Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Puasa Dan Pendidikan Agama Islam Dalam Membangun Manusia Penaka “Tuhan”: Tinjauan Kritis Terhadap Sisi Epistemologik Dan Aksiologik (Pembelajaran) Pendidikan Agama Islam Umiarso Umiarso; Makhful Makhful
Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam Vol 12, No 1 (2018): Islamic Education and Peace
Publisher : FITK UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/nw.2018.12.1.2362

Abstract

The focus of the study lies in the relation of fasting with the epistemological and axiologicalside of Islamic religious education. This research used a qualitative approach which focuses on literature study (library research). The result found that fasting is a medium for developing human beings with humanity and divinity potential. This became the foundation of the humanist learning paradigm that made the subject and object of Islamic religious education into human learners; as well as using their learning outcomes for the welfare of mankind and the environment (khalifah) as a form of their devotion to God (abdullah). This human model tends to orient their life to transcendental values (divinity) without ignoring the profane (humanitarian) values; or otherwise take a profane oriented action on values that are transcendentalistic. This is what the humans “duplicate” God.Abstrak:Fokus kajian ini terletak pada relasi puasa dengan sisi epistemologik dan aksiologik pendidikan agama Islam. Riset ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi pustaka (library research). Hasil penelitian menunjukkan bahwa puasa merupakan medium untuk membangun manusia yang memiliki potensi kemanusiaan dan ketuhanan. Hal ini menjadi landasan memunculkan paradigma pembelajaran humanis yang meletakkan subjek dan objek pendidikan agama Islam menjadi manusia pembelajar. Serta menggunakan hasil pembelajaran bagi kesejahteraan umat manusia dan lingkungannya (khalifah) sebagai bentuk pengabdian dirinya kepada Tuhan (abdullah). Model manusia ini cenderung mengorientasikan hidupnya pada nilai-nilai transendental (ketuhanan) tanpa melepaskan nilai-nilai profanistik (kemanusiaan); atau sebaliknya melakukan tindakan yang bersifat profanistik diorientasikan (niatkan) pada nilai-nilai yang bersifat transendentalistik. Inilah yang dikatakan sebagai manusia penaka Tuhan.
Manajemen Zakat, Infak dan Shadaqah pada Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pahonjean Majenang Kabupaten Cilacap Makhrus M; Makhful M
Islamadina : Jurnal Pemikiran Islam ISLAMADINA, Volume 19, No. 1, Maret 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.825 KB) | DOI: 10.30595/islamadina.v19i1.2464

Abstract

Kegiatan ini merupakan pelatihan manajemen zakat, infak dan shadaqah pada Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pahonjean Kabupaten Cilacap dengan bertujuan memberikan dorongan motivasi kepada pada pelajar mengenai pentingnya kewajiban berzakat, infak dan shadaqah (ZIS) dalam Islam, memberikan pemahaman dan wawasan yang komprehensif mengenai tentang pentingnya berzakat, diantaranya keutamaan ibadah berzakat dan manajemen ZIS pada LAZISMU, memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai pentingnya pengelolaan dana ZIS secara kelembagaan yang profesional.Program pelatihan ini diberikan kepada Pimpinan Ranting Muhammadiyah Desa Pahonjean Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap, namun pada pelaksanaanya diikuti pula oleh warga Muhammadiyah di lokasi pelaksanaan pelatihan. Bentuk pelatihan ini menggunakan metode seminar, diskusi dan sharing. Harapannya, kegiatan ini para peserta dapat memahami, mengerti, dan mampu mempraktikkan manajeman zakat infak dan shadaqah secara kelembagaan formal dan profesional dengan mendirikan LAZISMU tingkat ranting Muhammadiyah Pahonjean.Adanya pelatihan manajemen zakat, infak dan shadaqah ini memiliki dampak yakni: pertama, para peserta dalam pelatihan ini telah memiliki motivasi dan kesadaran untuk menunaikan zakat, infak dan shadaqah yang dikoordinir secara kepanitiaan yang ditunjuk oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pahonjean. Pengumpulan dana zakat dilakukan setahun sekali, sementara untuk dana infak dan shadaqah disediakan kotak dan iuran secara sukarela untuk kegiatan sosial-keagamaan. Kedua, pengelolaan dana ZIS yang terkumpul digunakan untuk kegiatan sosial dan pendidikan dalam bentuk bantuan (charity) yang dilakukan selama setahun sekali, sementara yang terkumpul dari masjid atau mushola dikoordinir oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pahonjean sebagian besar digunakan untuk kegiatan rutin. Ketiga, adanya motivasi untuk mendirikan LAZISMU pada tingkat pimpinan ranting Muhammadiyah Pahonjean, sehingga terlaksananya pelatihan untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai pentingnya ibadah Ziswaf dan pengelolaannya secara terlembaga
Efektifitas Penerapan Kurikulum 2013 Terhadap Proses Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas Viii Di Smp Negeri 2 Bawang Kabupaten Banjarnegara Oktavia Ardiyani; Makhful M
Islamadina : Jurnal Pemikiran Islam ISLAMADINA, Volume 17, No. 1, Maret 2016
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.901 KB) | DOI: 10.30595/islamadina.v0i0.1815

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penerapan Kurikulum 2013 terhadap proses pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII di SMP Negeri 2 Bawang Kabupaten Banjarnegara. Jenis  penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B yaitu Junjung dan Dwita serta guru pendidikan agama Islam. Metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara, metode observasi, dan metode dokumentasi. Metode analisis data kualitatif dalam mengumpulkan datanya melalui empat langkah yaitu reduksi data, display data, mengembalikan kesimpulan dan verifikasi, serta analisis lapangan. Setelah data terkumpul penulis menganalisis dengan menggunakan cara berpikir deduktif dan induktif.Hasil penelitian ini menunjukan penerapan kurikulum 2013 terhadap proses pembelajaran pendidikan agama Islam telah efektif. Hal ini dapat dilihat dari aspek-aspek efektifitas yang mencakup beberapa aspek antara lain aspek rencana atau program seperti RPP yang digunakan oleh guru untuk menjadi pedoman mengajar dapat dilaksanakan dengan baik dimulai dari pertemuan awal hingga evaluasi yang telah terprogram didalam RPP, aspek ketentuan dan aturan yang dibuat oleh guru dalam proses belajar sudah diterapkan oleh siswa seperti dalam proses diskusi, presentasi dan ketentuan serta aturan ini dapat dilaksanakan dengan baik oleh siswa, aspek tujuan dalam proses belajar sudah dapat dikatakan baik karena nilai prestasi dari para siswa sudah memenuhi KKM, aspek tugas atau fungsi guru telah melaksanakannya dengan baik antara lain guru telah memberikan materi baik teori, lisan maupun tertulis dan memberikan nilai sesuai dengan kemampuan siswa. Siswa juga sudah menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik juga antara lain mengikuti mata pelajaran dengan baik yang terdiri dari teori dan mengikuti tes dengan mendapatkan hasil yang baik, serta aspek non kognitif terlihat dari peserta didik terpacu untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Jika dari segi kehadiaran peserta didik didapatkan kehadiran peserta didik tinggi serta tidak ada siswa yang keluar (dropout). 
Pendidikan Islam Berwawasan Kerahmatan W Wage; Makhful Makhful; Mintaraga Eman Surya
Islamadina : Jurnal Pemikiran Islam ISLAMADINA, Volume 22, No. 1, Maret 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/islamadina.v22i1.9144

Abstract

Artikel ini mengkaji pendidikan Islam yang berwawasan kerahmatan, yaitu sebuah konsep pendidikan Islam yang soft dan damai. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitataif, jenis kepustakaan, dengan analisis model analisis isi (content analisys). Hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur-unsur pendidikan Islam berwawasan kerahmatan adalah sebagai berikut pertama, sejarahnya, kedua, filsafatnya, ketiga, tujuannya, keempat, materi dan kelima, pengajarannya. Dalam sejarah awal Islam Rasulullah telah meletakkan landasan pendidikan kerahmatan, di mana beliau berhasil mendidik para sahabatnya sehingga antara Muhajirin dan Anshar terjalin persaudaraan yang erat luar biasa. Pendidikan Islam berangkat dari filosofi bahwa manusia sebagai khalifah Allah yang memiliki tugas menjaga keharmonisan hubungan antar sesama. Sebagai manusia mereka diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa dengan tujuan saling kenal dan bersahabat. Dasar dari pendidikan Islam adalah ajaran untuk bersaudara dan bersahabat. Sedangkan tujuan pendidikan Islam berwawasan kerahmatan adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki jiwa rahmah dan damai serta mampu menerapkan pergaulan yang harmonis baik terhadap Allah, sesama manusia, makhluk lain, lingkungan dan dirinya sendiri. Materi pendidikan menonjolkan dan mengutamakan agama dan akhlak dalam berbagai tujuannya, cakupan dan kandungan kurikulum Pendidikan Islam kerahmatan bersifat luas dan menyeluruh. Metode pembelajaran yang dipergunakan adalah holistic-partisipatoris, yaitu metode yang memungkinkan peserta didik untuk bertanya, berbagi dan berkolaborasi. Implikasi penelitian ini adalah perlunya mensosialisasikan konsep pendidikan Islam yang soft dan damai, agar lembaga pendidikan dapat menghasilkan peserta didik muslim yang mampu menerapkan ajaran Islam yang damai
Pengembangan Metode Pengajaran Ilmu Tajwid SQ (Shahibul Qur’an) di MTs Muhammadiyah Patikraja Esqi Noor Lisa; Makhful Makhful
Proceedings Series on Social Sciences & Humanities Vol. 4 (2022): Proceedings of Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas
Publisher : UM Purwokerto Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pssh.v4i.296

Abstract

Umat Islam memiliki kewajiban terhadap Al-Qur’an diantaranya membaca, memahami, menghafal, mengamalkan, dan kemudian mengajarkan. Oleh karena itu, mampu membaca Al-Qur’an secara baik dan benar menjadi sangat penting. Salah satu usaha supaya umat Islam memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an yang baik dan benar adalah dengan menguasai ilmu tajwid. Maka dari itu, peneliti melakukan pengembangan terhadap metode pengajaran ilmu tajwid. Penelitian ini berjenis penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D). Penelitian ini hanya menggunakan enam tahapan, yaitu 1. Analisis Potensi dan Masalah; 2. Pengumpulan Data; 3. Desain Produk; 4. Validasi Desain; 5. Revisi Desain; 6. Uji Coba Produk. Pengembangan Metode Pengajaran Ilmu Tajwid SQ (Shahibul Qur’an) diujicobakan di MTs Muhammadiyah Patikraja, karena peneliti melihat adanya potensi dan masalah. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan melakukan observasi, studi literatur, dan data primer dari angket. Kemudian, validasi produk yang dikembangkan yaitu kepada dua orang ahli diantaranya ahli materi dan ahli desain pembelajaran. Kelayakan Metode Pengajaran Ilmu Tajwid SQ (Shahibul Qur’an) berdasarkan penilaian ahli materi memperoleh nilai rata-rata 4,5 dengan kategori sangat baik. Selanjutnya Metode Pengajaran Ilmu Tajwid SQ (Shahibul Qur’an) berdasarkan penilaian ahli desain pembelajaran memperoleh rata-rata 4,7 dengan kategori sangat baik. Sedangkan kelayakan Metode Pengajaran Ilmu Tajwid SQ (Shahibul Qur’an) berdasarkan penilaian siswa memperoleh rata-rata skor 4,6 dengan kategori sangat baik.
Pendidikan Karakter Religius Dalam Pendidikan Agama Islam Makhful Makhful
Proceedings Series on Social Sciences & Humanities Vol. 4 (2022): Proceedings of Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas
Publisher : UM Purwokerto Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pssh.v4i.304

Abstract

Bangsa Indonesia sesungguhnya sudah lama menginginkan menjadi bansa yang berkarakter. Pada masa orde lama, keinginan untuk menjadi bangsa yang berkarakter terus dikumandangkan oleh pemimpin nasional. Prersiden Soekarno selalu membangkitkan semangat rakyat Indonesia untuk menjadi bangsa yang berkarakter dengan ajakan berdikari, yaitu berdiri di atas kaki sendiri. Soekarno mengajak bangsa dan seluruh rakyat Indonesia untuk tidak bergantung pada bangsa lain, melainkan harus menjadi bangsa yang mandiri. (Kemendiknas : 2010, 1).
Pendampingan Pengelolaan Keuangan Sekolah Melalui Peningkatan Pemahaman Literasi Keuangan Syariah Makhrus Makhrus; Safitri Mukarromah; Makhful Makhful
Proceedings Series on Social Sciences & Humanities Vol. 5 (2022): Proceedings of Sharia Economic Law Faculty of Islamic Religion Universitas Muhammadiy
Publisher : UM Purwokerto Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pssh.v5i.426

Abstract

The development of Islamic financial institutions in Indonesia over the last three decades has shown encouraging developments, this is indicated by the increasing number of sharia-based financial institutions. The purpose of the community service activities that have been carried out is to provide comprehensive understanding and insight about the importance of Islamic financial literacy, provide motivational encouragement, and an understanding of the importance of managing school finances that can be managed using sharia principles.The method used in this activity is the holding of Islamic financial literacy socialization which is directed at school financial management by providing material on contract theory, sharia business contracts, and Islamic financial institutions. Meanwhile, the participants in this activity were delegated teachers from Muhammadiyah schools in Banyumas Regency. The results of this activity show that school financial management is carried out differently according to school policies. The form of the policy is adjusted to the cooperation of schools with financial institutions, both BTM, BMT and commercial banks (Islamic banks and conventional banks). The delivery of material in this activity uses a participatory-dialogical method, where participants can convey their ideas and views, while the presenters only become facilitators by providing a review of participant responses. The form of practice in which the participants were directed by the implementing team was to get to know the various sharia contracts, while the participants' responses to the implementation process were mostly very good and good, and hoped that they would be implemented continuously.
ETNOMATEMATIKA: EKSPLORASI KESENIAN MUSIK CALUNG BANYUMASAN SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN MATEMATIKA Kusno Kusno; Gunawan Gunawan; Makhful Makhful
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Vol 12, No 2 (2023)
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24127/ajpm.v12i2.7462

Abstract

The selection of material that is contextual and based on student culture is essential for improving the quality of learning mathematics. This study aims to examine, explore, and explore Calung Banyumasan music as a source of learning mathematics that is contextual and easy to understand. This research is qualitative with an ethnographic approach because it examines a particular cultural system (Banyumasan art) from an ethnomathematics perspective. The subjects in this study were three humanists, practitioners, and mathematicians related to Calung Banyumasan musical arts, and the research object was Calung Banyumasan instruments. Data collection methods use in-depth interviews, observation, documentation, and field notes. The data analysis method was carried out descriptively based on the results of the meaning and translation of the phenomena found based on the results of the informant's conception, the results of observations combined with the researcher's language after an in-depth understanding was carried out. Triangulation and Forum Group, Discussion was used to test the data's validity and the effects of data analysis. The research results show that Calung Banyumasan music art has mathematical wealth, especially in Geometry (parallelism, congruence, plane shapes, and curved side shapes) and Algebra (compound functions, arithmetic sequences, series, and inverse comparisons of values). Besides that, Calung Banyumasan music also has a lot of valuable philosophical content for human life.
Implementasi Nilai-Nilai Religius di SMP Muhammadiyah Tonjong Kabupaten Brebes Risa Nasyiatul Ulfah; Makhful Makhful
Proceedings Series on Social Sciences & Humanities Vol. 9 (2023): Proceedings of Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas
Publisher : UM Purwokerto Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pssh.v9i.641

Abstract

The phenomenon of juvenile delinquency, corruption, and events that deviate from religious values ??are now increasingly rampant. This phenomenon should not have happened in this well-known religious country. Therefore, education is one of the solutions in instilling religious values ??from an early age. The implementation of religious values ??is the foundation for future generations to lead this nation. The purpose of this study is to describe religious values ??and to know the role of teachers in implementing religious values ??in students at SMP Muhammadiyah Tonjong. This research is a type of field research, namely field research. The data sources used are primary data sources and secondary data sources. The methods for collecting data used in the study were interviews, observations and documentation. While the data analysis technique used is inductive through data reduction, data presentation and conclusions. The results of the study show that the implementation of religious values ??carried out by moral teachers at SMP Muhammadiyah Tonjong, applies to three values, namely: moral values ??on this value through giving advice and habituation. This advice is given by all teachers, especially moral teachers during KBM and the habituation carried out by teachers to students is 5S habituation (Smile, Greetings, Greetings, Polite, Courteous). The second value is the value of worship at this value through the refraction of congregational Dluha prayers and Friday prayers at school. As for what is done by the teacher in instilling the value of this worship, namely rotating cults before the KBM starts. The third value is the exemplary value, namely the teacher is an example or role model for students. In this example the teacher keeps his attitude and words. There are 6 roles of moral teachers in implementing these religious values, namely: teachers as role models, teachers as mentors, teachers as teachers, teachers as learning influences, teachers as facilitators and teachers paying attention or supervision to students.
Peran Guru Akhlak dalam Membentuk Karakter Religius Peserta Didik di SMP Muhammadiyah 3 Purwokerto Saras Aprilia; Makhful Makhful
Proceedings Series on Social Sciences & Humanities Vol. 9 (2023): Proceedings of Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas
Publisher : UM Purwokerto Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pssh.v9i.642

Abstract

The purpose of this study was to determine the role of moral teachers in shaping the religious character of students at SMP Muhammadiyah 3 Purwokerto and to find out the inhibiting and supporting factors of moral teachers in shaping the religious character of students at SMP Muhammadiyah 3 Purwokerto. This research is a type of field research with data collection techniques, namely interviews, observation, and documentation. Data analysis used primary data from the results of interviews with moral teachers. The results showed that the role of the moral teacher at SMP Muhammadiyah 3 Purwokerto in shaping the religious character of students, among others, as educators and teachers, was by conveying material according to religious teachings, and having a good personality that students could later emulate as their role models, and continue to guide and remind students to always carry out Islamic coaching. While the supporting factors in the formation of the religious character of students are that almost all teachers in the school can attend every religious subject as well as the existence of supporting religious facilities. While the inhibiting factors are that there are still many students who cannot recite the Koran or pray, the learning system changes frequently during the COVID-19 pandemic, and students have different characters so that sometimes it is quite difficult for teachers in the learning process.