Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Analisis Produktivitas dan Pendapatan Petambak Garam di Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan B. Aswar Leo; Sri Suro Adhwati; Aslina Asnawi
AGROVITAL : Jurnal Ilmu Pertanian Vol 6, No 1 (2021): Agrovital Volume 6, Nomor 1, Mei 2021
Publisher : Universitas Al Asyariah Mandar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35329/agrovital.v6i1.1996

Abstract

Peningkatan produktivitas garam dapat dilakukan dengan cara mengoptimalkan faktor produksi garam. Pada umumnya, produksi berbanding lurus dengan penerimaan yang juga akan berpengaruh pada pendapatan. Semakin meningkat output produksi yang dihasilkan maka semakin meningkat penerimaan petambak tersebut dengan asumsi harga garam tidak mengalami penurunan. Faktor harga merupakan hal yang sulit dikendalikan petambak. Biasanya harga garam ditentukan oleh pasar atau harga yang telah ditetapkan sehingga petambak hanya bisa berusaha dalam meningkatkan produksi yang dihasilkan. Permasalahan yang terjadi mengakibatkan perubahan pada pendapatan petambak. Oleh karena itu diperlukan penelitian yang dapat membuktikan bahwa apakah faktor produksitivitas mempengaruhi pendapatan petambak garam di Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan. Tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini adalah Mengetahui apakah ada hubungan antara produktivitas dan pendapatan petambak di Kabupaten Jeneponto. Hasil peneitian diperoleh informasi nilai korelasi person antara variabel produktivitas dengan variabel pendapatan sebesar 0.728. Oleh karena nilai korelasi berada di range 0.60 - 0.799 maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel produktivitas dengan variabel pendapatan adalah kuat.
Persepsi Peternak Sapi Potong Terhadap Budaya Lokal Suku Bugis Terkait Aksesibilitas Pembiayaan Aslina Asnawi; A. Amidah Amrawaty; Nirwana Nirwana
Jurnal Agripet Vol 17, No 2 (2017): Volume 17, No. 2, Oktober 2017
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.841 KB) | DOI: 10.17969/agripet.v17i2.8070

Abstract

ABSTRAK. Pembiayaan pada peternak sapi potong masih merupakan determinan berkembangnya usaha peternakan.Cukup banyak penilaian yang ditentukan oleh pemberi pinjaman terutama lembaga formal yang menyulitkan peternak untuk mengaksesnya. Namun salah satu penilaian yang melekat pada diri peternak adalah karakter yang baik.Artikel ini menganalisis persepsi peternak sapi potong terhadap budaya lokal suku Bugis dan dikaitkan dengan dengan aksesibilitas pembiayaannya. Hal ini penting mengingat nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat sangat menentukan pembentukan karakter seseorang.Karakter perlu diperkuat karena merupakan salah satu hal yang dipertimbangkan oleh pemberi pinjaman untuk menilai apakah debitur layak diberikan kredit atau tidak termasuk peternak. Sementara persyaratan lainnya agak sulit dipenuhi oleh peternak seperti: collateral, capacity, dan capital.Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan yang mayoritas suku Bugis.Jumlah peternak yang diwawancarai sebanyak 70 orang.Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dan menggunakan analisis statistik deskriptif. Persepsi peternak terhadap nilai-nilai budaya seperti: kejujuran (alempureng), kecendekiaan (amaccang), kepatutan (asitinajang), keteguhan (agettengeng), usaha (reso) dan harga diri (siri’) adalah sangat positif dan setuju bahwa keenam hal tersebut dianggap sangat menentukan kemampuannya dalam mengakses pembiayaan. Budaya lokal tersebut perlu dijaga, dibina dan diperkuat untuk meningkatkan kepercayaan pemberi pinjaman baik lembaga formal maupun informal sehingga akses pembiayaan dapat meningkat.Keenam nilai-nilai tersebut saling berinteraksi dan menentukan karakter yang melekat pada diri peternak.(Perception of beef cattle breeders to local culture of buginese tribe related financing accessibility)ABSTRACT. Financing on beef cattle farmers is still a determinant of the development of livestock business. Quite a lot of judgments are determined by lenders, especially formal institutions that make it difficult for farmers to access it. But one of the inherent assessment of the breeder's self is a good character. This article analyzes the perception of beef cattle ranchers to the local culture of the Bugis tribe and associated with the accessibility of its financing. This is important because the cultural values adopted by the community are crucial to the formation of a person's character. The characterneeds to be strengthened because it is one of the things considered by the lender to assess whether the debtor is worthy of credit or not including the breeder. While other requirements are rather difficult to be met by breeders such as collateral, capacity, and capital.This research was conducted in Bone Bugis district of South Sulawesi. The number of farmers interviewed as many as 70 people. Research includes descriptive research and using descriptive statistical analysis. Farmers perception of cultural values such as honesty, intellect, propriety, perseverance, hard workandself-esteem are very positive and agree that these six things are considered determine its ability to access financing. The local culture needs to be maintained, nurtured and strengthened to increase the trust of both formal and informal lenders so that access to finance can increase. These values mutually intersect and determine the inherent character of the breeder.
Identifikasi niche marketing produk jeroan sapi di Indonesia Vidyahwati Tenrisanna; Aslina Asnawi
Agrokompleks Vol 19 No 1 (2019): Agrokompleks Edisi Januari
Publisher : PPPM Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51978/japp.v19i1.124

Abstract

Jeroan sapi secara luas telah dikonsumsi pada berbagai kelompok masyarakat di Indonesia. Berbagai hidangan masakan tradisional menggunakan jeroan sapi sebagai bahan utama seperti coto makassar, sop saudara, rendang, pallubasa, dan soto. Kebutuhan jeroan sapi di Indonesia masih harus dicukupi dengan produk impor dimana produksi dalam negeri belum mencukupi. Selain itu, peningkatan harga daging sapi dari tahun ke tahun menyebabkan konsumen memilih beralih untuk membeli jeroan sapi. Hal ini merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh produsen dan pedagang. Penting untuk melakukan strategi pemasaran yang tepat agar konsumen dapat membeli jeroan sapi dengan kuantitas, kualitas dan atribut yang mereka inginkan. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi niche marketing atau ceruk pasar jeroan sapi di Indonesia dengan melihat strategi yang dapat diterapkan oleh pedagang dalam menjual produk jeroan sapi. Studi literatur khususnya tentang pasokan jeroan sapi, konsumsi dan niche marketing jeroan sapi digunakan dalam studi ini. Studi ini menunjukkan bahwa untuk pemasaran jeroan sapi di Indonesia perlu melihat latar belakang sosial ekonomi konsumen, budaya makanan lokal, dan preferensi konsumen khususnya kualitas, harga dan jenis jeroan sapi yang diinginkan.
Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Mamuju Munawir Jumaidi Syadsali; Syahriadi Kadir; Aslina Asnawi
Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol 5, No 3 (2021)
Publisher : Department of Agricultural Social Economics, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jepa.2021.005.03.28

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan agribisnis ternak sapi potong di Kabupaten Mamuju dan merumuskan alternatif dan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam proses pengembangannya. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Responden dalam Penelitian ini di tentukan secara purposive sampling dengan mewawancarai tiga puluh tiga informan yang juga adalah responden. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang di dukung oleh data yang di analisa secara kuantitatif. Penelitian ini mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang kemudian dianalisis dengan menggunakan matriks internal eksternal (IE). Hasil dari matriks IE digunakan sebagai rujukan untuk menyusun Strategi pengembangan dengan menggunakan matriks SWOT. Alternatif strategi pengembangan yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan QPSM untuk menentukan prioritas strategi yang akan dijalankan. Hasil penelitian menunjukkan Matriks IE (Internal Eksternal) berada di sel V yaitu Konsentrasi melalui Integrasi Horizontal. Strategi ini kemudian dirumuskan di Matriks SWOT  dan menghasilkan tujuh strategi pengembangan. Strategi tersebut dianalisa menggunakan QSPM untuk mengetahui prioritas dari strategi yang dihasilkan untuk pengembangan agribisnis sapi potong di Kabupaten Mamuju. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan QSPM, diperoleh tiga strategi prioritas untuk Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kabupaten Mamuju sesuai urutan yaitu 1). Mendorong terbentuknya organisasi di tingkat desa baik Bumdes atau Koperasi untuk mendukung usaha pengembangan sapi potong, 2). Mendorong peningkatan populasi di wilayah pakan tinggi dengan intervensi modal pemerintah atau swasta untuk jenis sapi bali, dan 3).Penguatan Peran Kelembagaan Peternak baik dari segi manajemen maupun perannya untuk memberdayakan anggota kelompok.
A, Persepsi Persepsi Anggota Gapoktan terhadap Pelatihan Recording Keuangan Usaha Peternakan Aslina Asnawi; A. Amidah Amrawaty; Nirwana
Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 6 No. 3 (2022): Dinamisia: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/dinamisia.v6i3.10000

Abstract

Keberadaan gabungan kelompok tani di daerah pedesaan diharapkan dapat menjadi salah satu lokomotif perekonomian terutama bagi anggotanya khususnya Gapoktan Sipakainge Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai. Namun salah satu kendala yang dihadapi adalah rendahnya pengetahuan dan keterampilan pengurusnya dalam menyusun pembukuan dengan baik. Oleh karena itu pelatihan tentang recording usaha diberikan untuk mengatasi kendala tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis persepsi anggota Gapoktan Sipakainge terhadap pelatihan recording usaha dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Penelitian ini merupakan penelitan deskriptif mengunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian dan menggunakan skala pengukuran Likert serta dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu 83,93% anggota Gapoktan Sipakainge mempersepsikan sangat setuju pelatihan pembukuan telah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait pembukuan usaha. Pelatihan ini memberikan manfaat lainnya yaitu dokumen pembukuan dapat tersedia pada gapoktan yang diperlukan untuk memonitor dan mengevaluasi kinerja usaha gapoktan pada periode tertentu.
Pengelolaan kelompok dan implementasi teknologi pengolahan pakan ternak sapi potong di Kabupaten Bantaeng Agustina Abdullah; Jamila Mustabi; Aslina Asnawi; Amidah Amrawati
Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 2019, No 7: PROSIDING 7
Publisher : Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.317 KB)

Abstract

There are districts Bantaeng Kalambaung cattle farmer groups engaged in development. Beef cattle development of the livestock industry  beef cattle group are still simple with the feed forage. Available the community institutions be implement iptek devotion for the ( IbW ) relating to priority is the capacity to the problems of farmers  and the utilization of technology in the development of beef  cattle adoption of the technology still low. In addition , assess the potential this area as agricultural area rice and corn , so production waste rice and corn of abundant during harvest .The excavation and  focus group discussions with farmers , information was obtained that rice straw and corn very abundant in during harvest time and not do the processing of feed rice straw and corn to be used as a source of animal feed at present dry season so as to feed not available a sustainable. He did not processing feed rice straw and corn because the farmers doesnt know and understand and consider also that rice straw and corn less popular by cattle.  Activity program devotion IbW this with focuses on capacity building farmers by using all the potential here resources owned by the community to be a worth added , with introduce knowledge and technology owned by college with do technology transfer and assistance , implemented activities on the IbW is to do a variety of training and demonstration process technology straw for fodder .The results of products devotion the community difussion more wider at the community through products exhibition innovation in order cooperation with the local government of  Bantaeng Regency. Activities received an enthusiastically by the community and regional government , with middle and teaching animal breeders to use the potential the region that is to become as fodder .The outcome of the activities it gave solution in solve the problems faced by farmers especially in the delivery of fodder chiefly beef cattle and goats.
Sikap Peternak Ayam Petelur terhadap Kredit Program pada Lembaga Pembiayaan Formal di Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa Aslina Asnawi; A. Nurul Izzah Hirdan; Astrid A. Bakri; Sitti Asika
Media Agribisnis Vol 6 No 2 (2022): November
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Buton

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35326/agribisnis.v6i2.2841

Abstract

Salah satu kendala bagi peternak adalah kepemilikan modal yang rendah, bahkan saat beternak ayam petelur. Kepemilikan modal yang rendah salah satunya ditentukan oleh aksesiblitas pembiayaan terhadap lembaga formal. Namun, tidak semua peternak memiliki akses pembiayaan ke pembiayaan formal. Hal ini disebabkan karena belum layak untuk dibiayai namun tidak jarang pula peternak belum mau memanfaatkan kredit yang disediakan oleh perbankan. Hal ini tentu tergantung pada sikap peternak terhadap lembaga pembiayaan tersebut. Sikap yang positif tentu akan mempengaruhi keputusan pembiayaan untuk memilih bank sebagai alternatif sumber pembiayaan. Penelitian ini memiliki tujuan menganalisis sikap peternak ayam petelur terhadap kredit pada lembaga pembiayaan formal di Kecamatan Manuju, Kabupaten Gowa. Penelitian ini menggunakan pendekatan survei yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai alat penelitian dengan pengamatan langsung terhadap keadaan usaha peternakan ayam petelur. Sebanyak 25 orang peternak diperoleh sebagai sampel penelitian (sampel jenuh) dari beberapa peternak lebih dari 1000 ekor di wilayah Manuju. Ada tiga dimensi pembentuk sikap yang akan diteliti yaitu aspek pengetahuan (kognitf), afektif dan konatif/psikomotoriknya. Skala pengukuran menggunakan skala Likert. Dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 86,98 persen peternak sangat setuju dengan program pinjaman dari lembaga keuangan resmi. Keberadaan kredit program pada lembaga pembiayaan formal dikatakan dapat memudahkan peternak dalam menjalankan usaha peternakan yang dijalankan. Dari beberapa segi yaitu adanya peningkatan pendapatan, pertumbuhan modal dan peningkatan skala usaha yang dialami oleh peternak mandiri sejak menggunakan kredit program.
EDUKASI DAN PELATIHAN PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK DAN ANORGANIK DI DESA PARENRENG, KABUPATEN PANGKEP Sukri Palutturi; St. Rosmanely; Agus Bintara; Rizky Chaeraty Syam; Aslina Asnawi; Eva Arista; Adhelin Tiku Rombedatu; Chelnilo Pasudi; Amanda Amalia Putri; Yuana Wira Dwi Satya Ilham Putra
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 7, No 3 (2023): September
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v7i3.15932

Abstract

ABSTRAKPermasalahan lingkungan merupakan isu yang tidak bisa dihindari, termasuk di Desa Parenreng. Sampah merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah Desa Parenreng, yang selama ini belum dilakukan pengolahan sehingga menimbulkan masalah lingkungan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat mengenai pengolahan sampah organik dan sampah anorganik. Metode kegiatan yang digunakan intervensi fisik terkait pelatihan pengolahan sampah plastik dengan metode ecobrick dan pelatihan pengolahan sampah organik menjadi kompos menggunakan metode praktik, dan intervensi non-fisik edukasi pengolahan sampah anorganik dengan metode ecobrick menggunakan metode ceramah dan diskusi secara langsung di Kantor Desa Parenreng Kabupaten Pangkep. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan memberikan pre-post dan post-test. Hasil kegiatan pengabdian yang dilakukan menunjukan adanya peningkatan pengetahuan mitra sebesar 22,1% setelah dilakukan kegiatan ini. Selain itu, hasil pelatihan pengolahan sampah organik dihasilkan satu karung kompos, pelatihan sampah anorganik menghasilkan sebuah taman ecobrick. Diperlukan dukungan pemerintah desa agar kegiatan pengolahan sampah organik dan anorganik dapat terus berlangsung dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Kata kunci: pengolahan sampah; organik; anorganik; edukasi; pelatihan ABSTRACTEnvironmental problems are an unavoidable issue, including in Parenreng Village. Garbage is one of the problems faced by the Parenreng Village government and has not been processed so far, causing environmental problems. The purpose of this activity is to increase the community's knowledge and skills regarding the processing of organic and inorganic waste. The activity method used is physical intervention related to plastic waste processing training using the ecobrick method and training on processing organic waste into compost using practical methods, and non-physical educational interventions on inorganic waste processing using the ecobrick method using lecture methods and direct discussions at the Parenreng Village Office, Pangkep Regency. Evaluation of activities is carried out by giving a pre-post-, and post-test. The results of the service activities carried out showed an increase in partners' knowledge of 22.1% after this activity was carried out. In addition, the results of the organic waste processing training resulted in a sack of compost, and the inorganic waste training resulted in an ecobrick garden. The support of the village government is needed so that organic and inorganic waste processing activities can continue and provide benefits to the surrounding community. Keywords: garbage processing; organic; anorganic; training