Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Kajian Degradasi Lahan Sebagai Dasar Pengendalian Banjir di DAS Juwana Arina Miardini; Totok Gunawan; Sigit Heru Murti
Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 2 (2016): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2932.508 KB) | DOI: 10.22146/mgi.15633

Abstract

PENILAIAN INDEKS KERENTANAN SEBAGAI UPAYA PENGURANGAN RISIKO LONGSOR DI KECAMATAN BANJARMANGU KABUPATEN BANJARNEGARA JAWA TENGAH (Vulnerability index assessment as landslide risk reduction in Banjarmangu District Banjarnegara Central Java) Baharinawati Wilhan Hastanti,; Arina Miardini
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Management Research) Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Managem
Publisher : Center for Implementation of Standards for Environmental and Forestry Instruments Solo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jppdas.2021.5.2.155-170

Abstract

ABSTRACT Landslide vulnerability index assessment is needed to reduce the disaster risk. The vulnerability of landslides in Banjarmangu District is calculated based on the results of the indexes of social, economic, physical, and environmental vulnerabilities. This study aims to determine the value of landslide vulnerability index in Banjarmangu Subdistrict, Banjarnegara Regency, referring to the Regulation of the Head of BNPB No.2 of 2012 concerning General Guidelines for Disaster Assessment which assesses landslide vulnerability using variables of social, economic, physical, and environmental vulnerabilities. The value of the vulnerability index is expressed on a numerical scale from 0 to 1 depending on the intensity of the landslide that occurred. The landslide vulnerability index assessment ranges from 0.37 to 0.91. 12.78% out of the total area is classified as very high (Kesenet and Kalilunjar Villages), 57.86% as high (Jenggawur, Beji, Sijenggung, Sipedang, Banjarmangu, Rejasari, Sigeblog, Paseh and Kendaga), 15.32% as moderate (Pekandangan, Banjarkulon and Sijeruk), and 14.02% as low (Majatengah, Gipit, and Prendengan). The implications of this study are used as a basis for policy considerations for landslide disaster mitigation to minimize the risks and losses incurred. One of the functions of the disaster vulnerability index is to serve as a warning and consideration in policy making and disaster management actions. Each region has different vulnerability index. Communities with high-risk disaster vulnerability are expected to be treated differently in handling disaster compared to the lowrisk vulnerability communities. Therefore, people who live in areas with high vulnerability values should increase the preparedness against landslides.Keywords: vulnerability; landslides; risk management; Banjarmangu ABSTRAKPenilaian indeks kerentanan longsor sangat diperlukan dalam upaya pengurangan risiko bencana. Kerentanan bencana tanah longsor di Kecamatan Banjarmangu dihitung berdasarkan hasil perhitungan indeks kerentanan sosial, kerentanan ekonomi, kerentanan fisik, dan kerentanan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai indeks kerentanan tanah longsor di Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara, mengacu pada Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Bencana. Penilaian kerentanan bencana tanah longsor menggunakan variabel kerentanan sosial, kerentanan ekonomi, kerentanan fisik, dan kerentanan lingkungan. Nilai indeks kerentanan dinyatakan dalam skala numerik dari 0 sampai 1 bergantung pada intensitas longsor yang terjadi. Hasil penilaian indeks kerentanan longsor berkisar antara 0,37-0,91 dengan rincian 12,78% dari total luas wilayah tergolong sangat tinggi (Desa Kesenet dan Kalilunjar), 57,86% tinggi (Jenggawur, Beji, Sijenggung, Sipedang, Banjarmangu, Rejasari, Sigeblog, Paseh dan Kendaga), 15,32% Sedang (Pekandangan, Banjarkulon dan Sijeruk), 14,02% Rendah (Majatengah, Gipit, dan Prendengan). Implikasi hasil penelitian ini adalah sebagai dasar pertimbangan kebijakan untuk mitigasi bencana longsor untuk meminimalkan risiko dan kerugian yang ditimbulkan. Salah satu fungsi indeks kerentanan bencana adalah menjadi peringatan (warning) dan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dan tindakan penanganan bencana. Setiap daerah mempunyai indeks kerentanan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Masyarakat dengan kerentanan bencana yang tinggi dengan masyarakat kerentanan yang rendah diharapkan diperlakukan secara berbeda dalam penanganan tergantung pada tingkatan resikonya terhadap bencana tersebut. Oleh sebab itu masyarakat yang tinggal pada daerah dengan nilai kerentanan yang tinggi maka perlu meningkatkan kesiapsiagaan yang lebih tinggi terhadap terjadinya bencana longsor. Kata kunci: kerentanan; longsor; manajemen risiko; Banjarmangu
FUZZY ANALYTIC HIERARCHY PROCESS BERBASIS MORFOMETRI UNTUK PRIORITAS PENANGANAN EROSI DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI OYO (Fuzzy analytic hierarchy process based on watershed morphometry for erosion priority mapping in Oyo Sub Watershed) Alfiatun Nur Khasanah; Arina Miardini
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Management Research) Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Managem
Publisher : Center for Implementation of Standards for Environmental and Forestry Instruments Solo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jppdas.2020.4.1.63-78

Abstract

ABSTRACTErosion is an indication of watershed degradation. In a watershed management, it is necessary to prioritize the handling that takes into account the characteristics of the watershed, one of which is morphometric character. This study aims to determine the priority location of erosion management in Oyo Watershed based on morphometric data using Fuzzy AHP modeling. Morphometric parameters that affect erosion are Rbm (bifurcation ratio), Rc (circulatory ratio), Dd (drainage density), T (texture), Su (Gradient) and Rn (Rugness Number). The highest value of the output shows the priority location that should be controlled. The high priority levels are found in 21 sub-watersheds with an area of 3,82 ha, medium levels are in 35 sub-watersheds with an area of 17,780.21 ha, low levels are in 106 sub-sub Watersheds with an area of 48,974.46 ha. The priority order for erosion management at the sub-watershed level is very important to prepare a watershed management plan in order to control soil erosion that is appropriate to protect the soil from further erosion.Keywords: fuzzy-AHP; morphometry; priority; erosion; Oyo Sub-watershed   ABSTRAKErosi merupakan salah satu indikasi kerusakan DAS. Dalam pengelolaan DAS perlu dilakukan urutan prioritas penanganan dengan memperhatikan karakteristik DAS, salah satunya yaitu karakter morfometri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lokasi prioritas penanganan erosi di Sub DAS Oyo berdasarkan data morfometri dengan menggunakan pemodelan Fuzzy AHP. Parameter morfometrik yang mempengaruhi erosi adalah Rbm (bifurcation ratio), Rc (circulatory ratio), Dd (drainage density), T (texture), Su (gradient), dan Rn (rugness number). Nilai tertinggi dari hasil analisis menunjukkan lokasi prioritas yang harus didahulukan penanganan erosinya. Tingkat prioritas tinggi terdapat pada 21 sub-sub DAS dengan luas 3.82 ha, tingkat sedang pada 35 sub-sub DAS dengan luas 17.780,21 ha, tingkat rendah pada 106 sub-sub DAS dengan luas 48.974,46 ha. Urutan prioritas penanganan erosi pada tingkat sub DAS sangat penting untuk menyusun rencana pengelolaan DAS dalam rangka pengendalian erosi tanah yang sesuai sebagai upaya perlindungan tanah dari erosi lebih lanjut.Kata kunci: fuzzy-AHP; morfometri; prioritas; erosi; Sub DAS Oyo
ANALISIS KERENTANAN TANAH LONGSOR SEBAGAI DASAR MITIGASI DI KABUPATEN BANJARNEGARA (Vulnerability analysis as a basic for landslide mitigation in Banjarnegara Regency) Pranatasari Dyah Susanti; Arina Miardini; Beny Harjadi
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Management Research) Vol 1, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed Managem
Publisher : Center for Implementation of Standards for Environmental and Forestry Instruments Solo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (709.149 KB) | DOI: 10.20886/jppdas.2017.1.1.49-59

Abstract

ABSTRACTWater erosion is one of the causes of degraded land and a decrease in land productivity. Improvement of degraded land needs to detect sources of erosion and vulnerability level of the degraded land. The research was conducted to predict the vulnerability of soil erosion and distribution of degraded land in order to support the implementation programme of Land Rehabilitation and Soil Conservation. The research was conducted in upper Solo Watershed. Soil erosion was predicted using Universal Soil Loss Equation (USLE). The analysis of Land Capability Class was undertaken to determine the suitability of current landuse with its capability. Analysis of critical land was based on the regulations of the Directorate General of Watershed Management and Social Forestry (BPDAS-PS) Nomor 4/V-SET/2013. The data used were DEM (Digital Elevation Model) Aster (30 m x 30 m), map of the Regional Physical Planning Program for Transmigration (RePPProT) scale 1: 250,000, map of forest area (1: 50,000) from BPKH (Forest Zone Determination Center), land cover map from BPKH (1: 50,000), Google Earth imagery, rainfall data from 93 rain stations and field surveys. The results show that the upper Solo Watershed is dominated by land categorized as potentially degraded (54%), followed by slightly degraded (35%), while land which is classified as degraded occupied 7% of the total watershed. The dominant land capability is categorized as Vth class and limited by soil erosion (89%). Dry land agriculture areas were found at land capability VIth and VIIth which should not utilized for agricultural activities. Implementation of agroforestry and teracing are alternatives to prevent further land degradation and to improve the current condition.Keywords: degraded; land; planning; watershed; rehabilitation ABSTRAKErosi oleh air merupakan salah satu penyebab terjadinya degradasi dan penurunan produktivitas lahan yang mengakibatkan lahan kritis. Upaya perbaikan lahan-lahan kritis perlu mendeteksi sumber-sumber penyebab erosi dan tingkat kekritisan lahan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat erosi dan distribusi lahan kritis dengan tujuan agar penerapan program Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah dapat tepat sasaran dan lahan berfungsi optimal. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Solo bagian hulu. Besarnya erosi tanah diprediksi dengan Universal Soil Loss Equation (USLE). Analisis KPL (Kemampuan Penggunaan Lahan) dilakukan untuk mengetahui kesesuaian penggunaan lahan dengan kemampuannya. Analisis lahan kritis didasarkan pada peraturan Ditjen Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial (BPDAS-PS) No.4/VSET/2013. Data yang digunakan berasal dari analisis DEM (Digital Elevation Model) Aster ukuran 30 m x 30 m, peta Regional Physical Planning Program for Transmigration (RePPProT) skala 1: 250.000, peta kawasan hutan skala 1: 50.000 dari BPKH (Balai Penetapan Kawasan Hutan), peta penutupan lahan BPKH skala 1: 50.000, Citra Google Earth, data hujan dari 93 stasiun hujan dan survey lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DAS Solo bagian Hulu didominasi lahan yang potential kritis (54%), diikuti agak kritis (35%), dan yang kritis 7%. Kemampuan Penggunaan Lahan (KPL) yang dominan adalah kelas V dengan pembatas utama erosi (89%). Dijumpai areal tegalan pada lahan dengan KPL VI dan VII yang seharusnya tidak sesuai untuk pertanian. Upaya yang dilakukan untuk tetap mempertahankan areal yang belum kritis dan memperbaiki areal yang sudah kritis adalah penerapan agroforestri dan terasering.Kata kunci: degradasi; lahan; perencanaan; DAS; rehabilitasi