Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

REVIEW ARTIKEL : POTENSI LIKOPEN DARI BUAH TOMAT (Solanum lycopersicum L) SEBAGAI ANTIAGING TOPIKAL Dani Sujana; Diah Wardani; Nurul Nurul
Jurnal Insan Farmasi Indonesia Vol 3 No 1 (2020): Jurnal Insan Farmasi Indonesia
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36387/jifi.v3i1.479

Abstract

Free radicals are factors responsible for the skin's aging process. As a result of free radicals, there is a loss of electrons from its free electron pair which makes it unstable and highly reactive in its outer orbital. The effect of an odd number of electrons on free radicals, there is electron capture from other molecules around it to achieve stability. Compounds that can ward off free radicals are antioxidants. Likopen is an antioxidant with high content found in tomato fruit. Antioxidant activity of Lycopen potentially as antiaging skin. The mechanism of action of lycopene as an antioxidant that affects the skin is by lowering erythema due to exposure to UV rays and lowering the activity of Matrix Metalloproteinase-1 (MMP-1), where the enzyme is responsible for increasing the degradation of collagen dilution of the dermis. The occurrence of decreased collagen degradation resulted in reduced roughness to the skin.
Aktivitas Antioksidan Total pada Ekstrak Etanol Daun Bambu Surat (Gigantochloa pseudoarundinaceae) Mamay Mamay; Diah Wardani; Fathul Hakim
JURNAL KESEHATAN PERINTIS Vol 9 No 1 (2022): Jurnal Kesehatan Perintis
Publisher : LPPM UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33653/jkp.v9i1.797

Abstract

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan cara mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif dalam tubuh manusia Bambu surat (G. pseudoarundinaceae) adalah salah satu jenis tanaman bambu epidemik Indonesia yang diketahui mengandung senyawa antioksidan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran aktivitas antioksidan total dalam ekstrak etanol daun muda, tua dan sangat tua bambu surat, dengan metode spektrofotometri. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif laboratorik dengan pemeriksaan laboratorium secara kualitatif dan kuantitatif. Sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu daun muda, tua dan sangat tua. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Pengolahan sampel dengan cara ekstraksi dengan metode meserasi cara dingin menggunakan etanol. Penetapan kadar antioksidan dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri dan data yang didapat diolah dengan perhitungan persentasi inhibisi, IC50 (inhibitory concentration), AAI (antioxidant activity index). Pada ekstrak daun muda memiliki nilai IC50 57,46 ppm, AAI 2.78; dan pada ekstrak daun tua memiliki nilai IC50 42,02 ppm dan AAI 3.81 (AAI>2 antioksidan bersifat sangat kuat). Sedangkan ekstrak daun sangat tua memiliki nilai IC50 123,80 ppm dan AAI 1.29 (AAI>I antioksidan bersifat kuat. Lebih lanjut, Kuercetin dan vitamin C sebagai pembanding memiliki nilai IC50 dan AAI sebesar 33,74 (AAI=4,74) dan 37,91 (AAI=4,22).
FORMULASI KRIM EKSTRAK ETANOL DAUN REUNDEU (Staurogyne elongata (Blume) O.Kuntze) DENGAN VARIASI KONSENTRASI PARAFIN CAIR DAN SETIL ALKOHOL Diah Wardani; Nurul Nurul; Dani Sujana; Yogi Rahman Nugraha; Resta Nurseha
Pharma Xplore : Jurnal Sains dan Ilmu Farmasi Vol 6 No 2 (2021): Pharma Xplore : Jurnal Sains dan Ilmu Farmasi
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Buana Perjuangan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36805/jpx.v6i2.1940

Abstract

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui stabilitas krim ekstrak etanol daun reundeu (Staurogyne elongata (Blume) O.Kuntze) dengan variasi konsentrasi paraffin cair dan setil alkohol. Perbandingan konsentrasi paraffin cair dan setil alkohol yang ditambahkan pada sediaan yaitu F1 (5% dan 2%), F2 (10% dan 4%), F3 (15% dan 8%). Krim dibuat dengan cara peleburan. Metode uji stabilitas dilakukan dengan cara sediaan disimpan pada suhu kamar dan suhu 40C selama 4 minggu. Parameter pengujian fisik krim yang dilakukan meliputi uji tipe emulsi, organoleptik, daya sebar, homogenitas, viskositas, pH dan daya lekat. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sediaan krim yang memiliki stabilitas paling baik serta memenuhi standar uji yaitu formula F1 dengan konsentrasi paraffin cair 5% dan setil alkohol 2%, dengan hasil pengujian sifat fisik (siklus 0) sediaan yaitu memiliki tipe emulsi minyak dalam air (m/a), organoleptik (bau: khas lemah etanol daun reundeu; warna: hijau; tekstur: kental), memiliki tekstur yang homogen, pH 7,3, daya lekat 7,3 detik, daya sebar 5,3 cm, dan viskositas 4.783 cP.
ANALISIS KADAR PROTEIN DAN VITAMIN C DALAM TAHU KEDELAI HITAM (Glycine soja (L.) Merrill)DAN KEDELAI KUNING (Glycine max (L.) Merrill) DENGAN METODE KJELDAHL DAN TITRASI IODIMETRI Diah Wardani; Dani Sujana
Jurnal Ilmiah Farmako Bahari Vol 11, No 1 (2020): Jurnal Ilmiah Farmako Bahari
Publisher : Fakultas MIPA Universitas Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (504.365 KB) | DOI: 10.52434/jfb.v11i1.700

Abstract

Telah dilakukan analisis kadar protein dan vitamin C dalam kedelai hitam (Glycine soja (L.) Merrill) dan kedelai kuning (Glycine max (L.) juga tahu dengan beberapa pengerjaan yang berbeda dengan rata-rata perbedaan kadar yang didapat selisih 1% lebih besar kadar kedelai hitam (Glycine soja (L.) Merrill) dibanding kedelai kuning (Glycine max (L.) Merrill) untuk persentasi kadar protein. Sedang untuk kadar vitamin C selisihnyaa tidak mencapai angka 1% namun tetap saja kadar tertinggi dimiliki oleh kedelai hitam (Glycine soja (L.) Merrill) maupun produk olahan tahunya. Pada Uji hedonik yang dilakukan terhadap tahu goreng kedelai hitam (Glycine soja (L.) Merrill) dan tahu goreng kedelai kuning (Glycine max (L.) didapatkan persentasi kesukaan para panelis sebesar 80,66% dan 6733%. Kata Kunci : Kedelai, Tahu Kedelai Kuning, Tahu Kedelai Hitam, Protein, Vitamin C. ABSTRACT We analyzed the levels of protein and vitamin C in the black soybean (Glycine soja (L.) Merrill) and yellow soybean (Glycine max (L.) is also out with a few different treatments with an average difference of differences in levels gained 1% larger levels of black soybean (Glycine soja (L.) Merrill) than yellow soybeans (Glycine max (L.) Merrill) to the percentage of protein content. Moderate to high levels of vitamin C difference not reach the 1% but still owned by the highest levels of black soybean (Glycine soja (L.) Merrill) and processed him. Hedonic In the test conducted on the fried tofu black soybean (Glycine soja (L.) Merrill) and fried tofu yellow soybean (Glycine max (L.) A percentage obtained by the panelists 80.66% and 6733%.
ANALGESIC EFFECT OF INFUSA MIXTURE OF RED GINGER, TEMUKUNCI, KENCUR, LEMONGRASS AND TAMARIND ON FEMALE MICE BY WRITHING TEST METHOD. Dani Sujana; Nurul; Dadang Muhammad Hasyim; Yogi Rahman Nugraha; Diah Wardani; Mina Pertiwi; Hesti Renggana
Pharma Xplore : Jurnal Sains dan Ilmu Farmasi Vol 8 No 2 (2023): Pharma Xplore : Jurnal Sains dan Ilmu Farmasi
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Buana Perjuangan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36805/jpx.v8i2.5929

Abstract

Pain is an unpleasant sensory and emotional experience caused by actual or potential tissue damage. Based on systematic review studies it has been proven that red ginger, temukunci, kencur, lemongrass and tamarind have been shown to have analgesic effects both in vitro and in vivo. The purpose of this study was to determine the analgesic effect of IJTKSA. The method used in this study is a laboratory experiment with an analytical descriptive approach. The results showed that IJTKSA both concentrations of 0.02%, 0.04% and 0.08% were able to reduce the number of writhing mice. Overall, IJTKSA concentration of 0.02% has the most effective analgesic effect as evidenced by the low average total number of writhing mice during 60 minutes of observation.