Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Formulasi Tablet dengan Bahan Aktif Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia: Review Adrian Suparman; Yasmiwar Susilawati; Anis Yohana Chaerunisaa
Majalah Farmasetika Vol 6, No 3 (2021): Vol. 6, No. 3, Tahun 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mfarmasetika.v6i3.32259

Abstract

Penggunaan tumbuhan obat sebagai bahan aktif pada sediaan obat herbal telah banyak digunakan baik untuk upaya preventif, promotif dan kuratif. Sediaan obat herbal telah banyak digunakan oleh masyarakat dengan berbagai macam jenis dan bentuk sediaan. Salah satu bentuk sediaan obat, termasuk sediaan obat herbal, yang banyak dibuat dan digunakan adalah sediaan tablet, dimana keunggulan sediaan tablet adalah dosisnya yang tepat, stabil dalam penyimpanan, dan penggunaannya yang praktis. Review ini bertujuan untuk mengumpulkan literatur mengenai formulasi sediaan tablet dengan bahan aktif ekstrak tumbuhan di Indonesia. Pustaka primer yang digunakan pada review ini adalah jurnal mengenai formulasi tablet dengan bahan tumbuhan herbal Indonesia dengan rentang waktu publikasi antara tahun 2010-2020. Review disajikan dalam bentuk tabel yang berisi rangkuman dari Pustaka yang digunakan dan pembahasan dari hasil review. Dalam review juga dicantumkan mengenai metode dan eksipien yang digunakan pada masing-masing tumbuhan. Dari hasil review diketahui bahwa metode yang paling banyak digunakan adalah metode granulasi basah karena sifat granul yang dihasilkan lebih baik. Namun pemilihan metode disesuaikan dengan sifat ekstrak dan eksipien yang akan digunakan. Review ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti maupun penulis dalam melakukan penelitian mengenai formulasi dengan bahan aktif ekstrak.
Peptida Antimikrobial Cathelicidin dan Liposom sebagai Pembawa Mayang Kusuma Dewi; Anis Yohana Chaerunisaa; Sriwidodo Sriwidodo
Majalah Farmasetika Vol 6, No 2 (2021): Vol. 6, No. 2, Tahun 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mfarmasetika.v6i2.33182

Abstract

Peptida antimikrobial (PAM) dalam beberapa tahun terakhir telah menarik perhatian di kalangan ilmuwan, profesional kesehatan, dan perusahaan farmasi karena potensi terapeutiknya yang sangat luas. Cathelicidin merupakan salah satu kelompok dari PAM dengan berat molekul rendah yang mempunyai berbagai aktivitas biologis pada rentang terapi tertentu yang berfungsi sebagai antimikrobial, antivirus, dan antijamur, serta dapat memodulasi sistem imum terhadap infeksi bakteri (gram positif dan gram negatif). Walaupun menarik untuk aplikasi klinis, cathelicidin memiliki keterbatasan dalam hal stabilitas dan aktivitasnya secara in-vivo, serta interaksi non-spesifik dengan membran biologis inang yang mengarah pada efek sitotoksik yang merugikan. Enkapsulasi cathelicidin dapat mengakibatkan penurunan sitotoksisitas, meningkatkan stabilitas dan aktivitas biologisnya. Keterbatasan cathelicidin dapat diatasi dengan mengenkapsulasi cathelicidin dalam pembawa lipid seperti liposom. Review ini bertujuan untuk memberikan gambaran singkat mengenai struktur, sifat, fungsi, uji klinis, dan keterbatasan dari cathelicidin yang mana keterbatasan cathelicidin ini dapat di atasi dengan pembawa vesikular salah satunya adalah liposom. Liposom merupakan pembawa vesikular generasi pertama yang bersifat non-toksik, biodegradable, biokompatibel, dan stabil dalam larutan koloid sistem penghantaran obat. Sistem liposom dapat melindungi peptida yang dienkapsulasi dari degradasi protease. Selain itu, pembawa liposom disajikan sebagai alternatif yang menjanjikan untuk mengoptimalkan pemberian cathelicidin dalam hal dosis, pola pengiriman, dan keamanan.
AKTIVITAS ANTIBAKTERI HERBAL TERHADAP SHIGELLOSIS (Shigella dysenteriae) SHEILA FRIZQIA JELITA; Yoga Windhu Wardhana; Anis Yohana Chaerunisaa
Farmaka Vol 18, No 1 (2020): Farmaka (Januari)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (47.736 KB) | DOI: 10.24198/jf.v18i1.22028

Abstract

ABSTRAKObat tradisional dengan bahan dasar tanaman telah digunakan sejak lama secara turun temurun di berbagai negara di dunia. Berbagai penelitian telah menunjukkan aktivitas dan mekanisme kerja tanaman-tanaman tertentu dalam melawan patogen yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia Shigellosis merupakan salah satu jenis infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Shigella dysenteriae dan berlokasi di usus. Kasus resistensi terhadap antibiotik juga telah terjadi pada S. dysenteriae, sulfonamid merupakan salah satu dari antibiotik tersebut. Oleh karena itu, pengembangan dan penelitian terkait pengobatan alternatif dengan bahan dasar tanaman sebagai penghambat pertumbuhan bakteri S. dysenteriae dapat menjadi suatu solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri dari tanaman terhadap S. dysenteriae sebanding dengan antibiotik konvensional, bahkan secara sinergis dapat meningkatkan aktivitas antibiotik konvensional. Maka, penelitian terkait penggunaan bahan alam sebagai antibakteri diharapkan dapat mewujudkan pengobatan yang lebih efektif, efisien, dan aman dalam dunia farmasi.ABSTRACTTraditional medicines with plant based ingredients have been used for a long time for generations in various countries in the world. Numerous studies have shown the activity and mechanism of action of certain plants against pathogens that can cause infection in humans. Shigellosis is one type of acute infection caused by the bacterium Shigella dysenteriae and is located in the intestine. Cases of antibiotic resistance have also occurred in S. dysenteriae, sulfonamide is one of the antibiotics. Therefore, the development and research related to alternative medicine with plant based ingredients as inhibitors of S. dysenteriae's growth can be a solution to solve this problem. In addition, several studies have shown that the antibacterial activity of plants against S. dysenteriae is comparable to conventional antibiotics, even synergistically increase conventional antibiotic activity. Hence, researches related to the use of natural ingredients as an antibacterial agent is expected to be able to objectify a more effective, efficient and safe treatment in the pharmaceutical world.
KARAKTERISASI SERBUK SELULOSA MIKROKRISTAL ASAL TANAMAN RAMI (Boehmeria nivea L. Gaud) Ina Widia; Marline Abdassah; Anis Yohana Chaerunisaa; Taofik Rusdiana
Farmaka Vol 15, No 3 (2017): Suplemen Desember
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2087.59 KB) | DOI: 10.24198/jf.v15i3.15447

Abstract

AbstrakKarakteristik serbuk merupakan hal yang  penting untuk dipertimbangkan dalam proses pembuatan tablet, salah satunya akan mempengaruhi sifat alir massa cetak. Bahan pengisi tablet yang sering digunakan adalah selulosa mikrokristal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik serbuk selulosa mikrokristal hasil isolasi dari tanaman rami.  Metode penelitian ini meliputi penyiapan bahan baku serat rami, isolasi α-selulosa, pembuatan selulosa mikrokristal, dan karakterisasi selulosa mikrokristal. Hasil penelitian menunjukan rendemen selulosa mikrokristal sebesar 56,103%. Hasil karakterisasi serbuk selulosa mikrokristal meliputi reaksi warna, organoleptis, kelarutan, titik lebur, dan pH menunjukan kemiripan karakteristik dengan Avicel® PH 102 sebagai pembanding, kadar kelembapan selulosa mikrokristal hasil isolasi dan Avicel® PH 102 sebesar 0,88% dan 0,56%, laju alir 1,487 g/s dan 2,524g/s, sudut istirahat 28,5o dan 26,194o, kerapatan sejati 1,561 g/cm3 dan 1,533 g/cm3, kerapatan curah 0,326 g/cm3 dan 0,374 g/cm3, kerapatan mampat 0,435 g/cm3 dan 0,483 g/cm3, kompresibilitas 25,057% dan 22,567%, ukuran partikel dengan PSA 81,34 µm dan 129,9 µm. Kata kunci : karakteristik, serbuk, selulosa mikrokristal, rami. AbstractPowder characteristics are important to consider in the process of making tablets, one of which will affect the mass flow properties of the prints. The most commonly used tablet filler material is microcrystalline cellulose. The purpose of this research is to know the characteristic of microcrystalline cellulose powder from isolation from ramie. Methods of this study include preparation of raw materials of ramie fiber, α-cellulose insulation, microcrystalline cellulose manufacturing, and microcrystalline cellulose characterization. The result showed that microcrystalline cellulose yield was 56.103%. The results of characterization of microcrystalline cellulose powders include color reaction, organoleptic, solubility, melting point, and pH shown similarity in characteristic to Avicel® PH 102 as comparison, moisture content of microcrystalline cellulose and Avicel® PH 102 was 0.88% and 0.56%, flow rate at 1.487 g/s and 2.524 g/s, resting angle at 28.5o and 26.194o, true density at 1.561 g/cm3 and 1.533 g/cm3, bulk density at 0.326 g/cm3 and 0.374 g/cm3 , tapped density at 0.435 g/cm3 and 0.483 g/cm3, compressibility at 25.057% and 22.567%, particle size with PSA 81.34 μm and 129.9 μm.  Keywords : characteristics, powders, microcrystalline cellulose, ramie.
REVIEW: TANAMAN HERBAL BERKHASIAT SEBAGAI OBAT ANTIMALARIA Sinthiya Eka Wijayanti; Anis Yohana Chaerunisaa
Farmaka Vol 17, No 2 (2019): Farmaka (Agustus)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.503 KB) | DOI: 10.24198/jf.v17i2.21865

Abstract

Malaria adalah penyakit menular yang ditularkan oleh nyamuk pada manusia dan hewan lain yang disebabkan oleh protista (sejenis mikroorganisme) dari genus Plasmodium. Resistensi Plasmodium falciparum terhadap obat malaria semakin marak terutama pada obat malaria lini pertama seperti klorokuin dan sulfadoksin-pirimetamin. Tanaman herbal yang berkhasiat sebagai obat antimalarial memiliki aktivitas dari senyawa selain kuinon yang memiliki IC50 dengan kategori baik dan paling baik sehingga sangat berpotensial untuk dijadikan obat antimalarial. Dalam review ini telah disajikan 20 tanaman herbal berkhasiat antimalarial dengan berbagai kandungan.Kata kunci: Malaria, antimalaria, tanaman herbal ABSTRACTMalaria is an infectious disease that is transmitted by mosquitoes to humans and other animals caused by protists (a type of microorganism) from the genus Plasmodium. Plasmodium falciparum resistance to malaria drugs is increasingly high in first-line malaria drugs such as chloroquine and sulfadoxine-pyrimethamine. Herbal plants that are efficacious as antimalarial drugs have activity from additives other than quinone which have IC50 with the best and best category so that it is very potential to be used for antimalarial drugs. In this review it contains 20 antimalarial herbs with various ingredients.Keyword: Malaria, Antimalarial, Herbal plant
MUCILAGO OKRA : Variasi Ekstraksi Dan Potensinya Sebagai Eksipien Multifungsi Elvie Rifke Rindengan; Marline Abdassah; Anis Yohana Chaerunisaa
Farmaka Vol 15, No 2 (2017): Farmaka
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (428.086 KB) | DOI: 10.24198/jf.v15i2.12583

Abstract

Pembuatan bentuk sediaan farmasi memerlukan eksipien. Eksipien yang digunakan dalam suatu formula obat berasal dari bahan alam atau sintesis. Buah Okra (Abelmoschus esculentus) mempunyai kandungan mucilago yang dapat diperoleh melalui proses ekstrasi. Mucilago yang berasal dari tanaman dalam berbagai penelitian memiliki fungsi sebagai eksipien farmasi. Mucilago Okra dapat dimanfaatkan sebagai pengemulsi, pensuspensi, pengikat tablet, matrix tablet dalam pembuatan tablet lepas lambat.
Aplikasi Kaolin dalam Farmasi dan Kosmetik Hayatus Sa'adah; Marline Abdassah; Anis Yohana Chaerunisaa
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 16 No. 02 Desember 2019
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (775.022 KB) | DOI: 10.30595/pharmacy.v16i2.5827

Abstract

Kaolin merupakan mineral tanah liat berwarna putih yang memiliki komponen terbesar berupa kaolinit dengan rumus kimia Al2O3.2SiO2.2H2O. Penggunaan kaolin untuk pengobatan berawal dari literatur-literatur barat abad pertengahan, terutama setelah kemunculan pendekatan yang lebih empiris terhadap efek farmakologi, pembentukan farmakope, perkembangan mineralogi, kimia dan teknologi farmasi, kemajuan dalam teknik instrumental, dan peningkatan dari reputasi terapeutik mineral. Kaolin dengan persyaratan khusus dapat digunakan dalam aplikasi farmasi (topikal maupun oral) dan kosmetik. Kaolin telah banyak digunakan sebagai obat dalam penyembuhan tradisional selama ribuan tahun dan penggunaannya sebagai bahan aktif untuk pengobatan beberapa penyakit terus diteliti. Artikel terkait pengumpulan informasi penggunaan kaolin dalam aplikasi farmasi dan kosmetik belum banyak dilakukan, sehingga artikel ini dibuat untuk mengulas peran dan fungsi kaolin dalam aplikasi farmasi dan kosmetik. Tujuan keseluruhan dari artikel ini adalah untuk memberikan informasi tentang pemanfaatan dan pengembangan kaolin sebagai bahan aktif atau eksipien dalam bidang farmasi dan kosmetik. Kaolin dapat diberikan secara oral sebagai antibakteri, antivirus, dan antidiare, dan secara topikal sebagai agen pelindung dermatologis. Selain sebagai bahan aktif, kaolin juga biasa digunakan dalam aplikasi farmasi sebagai bahan eksipien. Beberapa fungsi dari kaolin sebagai eksipien yaitu sebagai bahan pengisi, agen pengemulsi, agen suspensi, dan bahan penghancur. Selain dalam aplikasi farmasi, kaolin juga digunakan dalam aplikasi kosmetik sebagai agen tabir surya dan untuk tujuan perawatan kulit. Metode penulisan artikel ini ditulis berdasarkan studi literatur dari artikel dan jurnal yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.
REVIEW : FORMULASI DAN KARAKTERISASI FITOSOM-EKSTRAK HIDROFILIK & HIDROFOBIK : METODE HIDRASI LAPIS TIPIS DAN PENGUAPAN PELARUT: REVIEW : FORMULATION AND CHARACTERIZATION PHYTOSOME-EXTRACT HYDROPHYLIC & HYDROPHOBIC : THIN LAYER HIDRATION & SOLVENT EVAPORATION METHODE Siti Fauziyah ZD Sutisna; Anis Yohana Chaerunisaa
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol 7 No 2 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37874/ms.v7i2.360

Abstract

Penggunaan obat tradisional dalam memelihara kesehatan telah dilakukan sejak zaman dahulu hingga saat ini. Banyak ekstrak tumbuhan telah diketahui komposisi kimia dan efek terapeutiknya. Namun keterbatasan dari phytokonstituen seperti kelarutan dan masalah penyerapan yang rendah, dan ukuran molekul yang besar membatasi penyerapannya melintasi membran lipid biologis. Sehingga berdampak pada biovailabilitas yang rendah. Fitosom merupakan teknologi yang diperkenalkan untuk mengatasi rendahnya penyerapan bahan aktif alam, sehingga terjadi peningkatan bioavailabilitas karena peningkatan kemampuannya untuk melintasi membran seluler dan masuk ke dalam sirkulasi darah. Tinjauan ini bertujuan untuk memaparkan fitosom dalam system penghantaran obat terutama fitokonstituen beserta metode formulasi fitosom-fitokonstituen dan karakterisasinya. Metode penguapan pelarut meliputi jumlah ekstrak dan fosfolipid dengan rasio perbandingan 1:1, 1:2, 1:3 dilarutkan dalam pelarut organik lalu dilakukan reflux untuk menguapkan pelarut, residu yang dihasilkan ditambahkan pelarut non polar, disaring dan dikeringkan lalu disimpan di suhu kamar. Metode Hidrasi Lapis tipis meliputi persiapan kompleks ekstrak-fitosom dengan jumlah rasio 1:5 ditambahkan pelarut polar, diaduk dengan stirrer lalu pelarut diuapkan dengan rotary evaporator, lapisan film yang terbentuk ditambahkan buffer lalu di-ultasonikasi dan didinginkan selama maksimal 24 jam.
SOSIALISASI PEMANFAATAN PEWARNA ALAMI PADA PENGOLAHAN KERUPUK LAKAR DI UMKM N&N JATINANGOR Muhaimin Muhaimin; Anis Yohana Chaerunisaa; Tiana Milanda; Intan Timur Maisyarah; Uce Lestari; Mayang Kusuma Dewi; Lia Mardiana; Karina Erlianti
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 5 (2023): Volume 4 Nomor 5 Tahun 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v4i5.21970

Abstract

UMKM N&N yang berada di Desa Jatiroke, Kecamatan Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat merupakan satu-satunya UMKM yang memproduksi kerupuk lakar dengan bahan dasar singkong. Awal produksi kerupuk lakar menggunakan pewarna makanan sintetis yang berada dipasaran. Mengingat bahayanya penggunaan pewarna sintetis pada makanan akan berdampak pada kesehatan manusia salah satunya adalah timbulnya reaksi alergi pada jangka waktu yang pendek dan timbulnya penyakit kanker pada jangka waktu yang lama. Oleh karena itu untuk menghindari pengunaan pewarna sintetis pada kerupuk lakar, maka tim PKM (Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat) Universitas Padjadjaran Bandung mengadakan sosialisasi pemanfaatan pewarna alami yang berasal dari bahan alam seperti wortel (warna orange), buah naga (warna merah fanta), bayam (warna hijau) dan ubi ungu (warna ungu) untuk dijadikan pewarna pada pengolahan kerupuk lakar yang sehat dan hygienis. Adapun tujuan sosialisasi atau penyuluhan pada UMKM N&N adalah untuk mendapatkan produk kerupuk lakar yang sehat dan bebas dari pewarna sintetis, sehingga dapat meningkatkan daya tarik bagi konsumen untuk mengkonsumsinya. Hasil dari penyuluhan penggunaan pewarna alami pada makanan telah diterapkan oleh UMKM N&N pada pengolahan kerupuk lakar dengan penggunaan 4 pewarna alami seperti wortel, bayam, buah naga dan ubi ungu sehingga dapat menambah varian warna dari kerupuk lakar yang dihasilkan. Selain itu kegiatan PKM ini juga memberikan kebermanfaatan kepada UMKM N&N dengan bantuan kemasan kerupuk berupa standing pouch sehingga dapat menambah nilai jual kerupuk lakar dan dapat dijual pada pasar retail seperti minimarket dan supermarket. Kerupuk lakar yang diproduksi oleh UMKM N&N diberi nama merek dagang kerupuk lakar ANIA.
Modifikasi Viskositas Kappa Karagenan Sebagai Gelling Agent Menggunakan Metode Polymer Blend Anis Yohana Chaerunisaa; Patihul Husni; Fairuzati Anisah Murthadiah
Journal of The Indonesian Society of Integrated Chemistry Vol. 12 No. 2 (2020): Journal of The Indonesian Society of Integrated Chemistry
Publisher : Pendidikan Kimia FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/jisic.v12i2.12040

Abstract

[ Viscosity Modification of Kappa Carrageenan as Gelling Agent Using Polymer Blend Method ] Gelling agent merupakan zat hidrokoloid yang dapat meningkatkan viskositas dan menstabilkan sediaan gel. Karagenan sebagai salah satu gelling agent memiliki konsistensi yang kaku dan padat. Untuk mendapatkan gel karagenan dengan viskositas yang memenuhi standar suatu gelling agent, tetapi memiliki sifat fisikokimia dan stabilitas yang memenuhi syarat, maka diperlukan modifikasi pada kappa karagenan. Salah satu metode modifikasi gelling agent adalah metode polymer blend. Modifikasi viskositas dari gel karagenan dilakukan dengan mencampurkan kappa karagenan dengan berbagai tipe gelling agent yaitu iota karagenan, carbomer 940, natrium karboksimetilselulosa, natrium alginat, dan gelatin dengan perbandingan 10:90, 20:80, 30:70, 40:60, 50:50. Hasil penelitian menunjukan bahwa modifikasi terbaik yang sesuai dengan standar gel adalah pada campuran gel kappa karagenan : carbomer 940 dengan perbandingan 90:10 dan campuran gel kappa karagenan : natrium karboksimetil selulosa dengan perbandingan 70:30. Percampuran kappa karagenan dengan iota karagenan, carbomer 940, natrium karboksimetil selulosa (NaCMC), natrium alginat dan gelatin mempengaruhi viskositas, sineresis, swelling ratio, kekuatan gel dan kekerasan gel, namun tidak mempengaruhi pH dan rheologi dari gel.