Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Aktivitas Antibakteri Fraksi Teraktif Kulit Batang Trengguli (Cassia fistula L.) Terhadap Propionibacterium acnes Isolat Klinis dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dalam Sediaan Salep Tiana Milanda; Septiyani Mustikawati; Anis Yohana Chaerunisaa
Journal of The Indonesian Society of Integrated Chemistry Vol. 13 No. 1 (2021): Journal of The Indonesian Society of Integrated Chemistry
Publisher : Pendidikan Kimia FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/jisic.v13i1.13049

Abstract

[Antibacterial Activity of the Most Active Fraction of Trengguli Bark (Cassia fistula L.) Against Propionibacterium acnes Clinical Isolate and Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 in Ointment Preparation] Infeksi bakteri pada kulit umumnya disebabkan oleh Propionibacterium acnes dan Pseudomonas aeruginosa. Tanaman trengguli (Cassia fistula L.) diketahui memiliki aktivitas antibakteri yang sangat kuat. Pada penelitian ini dilakukan formulasi sediaan salep antibakteri dari fraksi teraktif kulit batang trengguli. Evaluasi fisik dan uji aktivitas terhadap kedua bakteri uji dilakukan terhadap sediaan dengan pengujian stabilitas setelah 28 hari penyimpanan. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar. Nilai Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ditentukan dengan metode mikrodilusi. Formula salep dibuat dengan konsentrasi fraksi teraktif 2–4 X KHTM. Karakteristik fisik dari sediaan yang diamati meliputi perubahan organoleptik, pH, dan viskositas selama penyimpanan. Profil Kromatografi Lapis Tipis dari fraksi dibandingkan antara sebelum dan setelah dibuat sediaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi etil asetat sebagai fraksi teraktif memiliki KHTM dan KBM sebesar 175 dan 350 ppm untuk Propionibacterium acnes, serta 400 dan 800 ppm untuk Pseudomonas aeruginosa. Dari hasil evaluasi terhadap formula dapat disimpulkan bahwa karakteristik fisik dari sediaan salep basis hidrofob dan hidrofil tidak berubah  selama 28 hari penyimpanan. Dari kedua jenis salep tersebut, salep basis hidrofil memiliki aktivitas lebih baik dengan diameter zona hambat yang tidak mengalami perubahan selama 28 hari penyimpanan.
REVIEW : FORMULASI DAN KARAKTERISASI FITOSOM-EKSTRAK HIDROFILIK & HIDROFOBIK : METODE HIDRASI LAPIS TIPIS DAN PENGUAPAN PELARUT: REVIEW : FORMULATION AND CHARACTERIZATION PHYTOSOME-EXTRACT HYDROPHYLIC & HYDROPHOBIC : THIN LAYER HIDRATION & SOLVENT EVAPORATION METHODE Siti Fauziyah ZD Sutisna; Anis Yohana Chaerunisaa
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol 7 No 2 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37874/ms.v7i2.360

Abstract

Penggunaan obat tradisional dalam memelihara kesehatan telah dilakukan sejak zaman dahulu hingga saat ini. Banyak ekstrak tumbuhan telah diketahui komposisi kimia dan efek terapeutiknya. Namun keterbatasan dari phytokonstituen seperti kelarutan dan masalah penyerapan yang rendah, dan ukuran molekul yang besar membatasi penyerapannya melintasi membran lipid biologis. Sehingga berdampak pada biovailabilitas yang rendah. Fitosom merupakan teknologi yang diperkenalkan untuk mengatasi rendahnya penyerapan bahan aktif alam, sehingga terjadi peningkatan bioavailabilitas karena peningkatan kemampuannya untuk melintasi membran seluler dan masuk ke dalam sirkulasi darah. Tinjauan ini bertujuan untuk memaparkan fitosom dalam system penghantaran obat terutama fitokonstituen beserta metode formulasi fitosom-fitokonstituen dan karakterisasinya. Metode penguapan pelarut meliputi jumlah ekstrak dan fosfolipid dengan rasio perbandingan 1:1, 1:2, 1:3 dilarutkan dalam pelarut organik lalu dilakukan reflux untuk menguapkan pelarut, residu yang dihasilkan ditambahkan pelarut non polar, disaring dan dikeringkan lalu disimpan di suhu kamar. Metode Hidrasi Lapis tipis meliputi persiapan kompleks ekstrak-fitosom dengan jumlah rasio 1:5 ditambahkan pelarut polar, diaduk dengan stirrer lalu pelarut diuapkan dengan rotary evaporator, lapisan film yang terbentuk ditambahkan buffer lalu di-ultasonikasi dan didinginkan selama maksimal 24 jam.