Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : INTEGRITAS : Jurnal Pengabdian

MENYAMAKAN POLA PIKIR ORANGTUA, GURU, DAN SISWA : SEBUAH USAHA MEMPERKENALKAN GAWAI SECARA BIJAK Nine Febrie Novitasari
INTEGRITAS : Jurnal Pengabdian Vol 4 No 1 (2020): JULI
Publisher : Relawan Jurnal Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36841/integritas.v4i1.567

Abstract

Penggunaan teknologi oleh anak bukanlah hal yang baru. Saat ini, hampir semua anak memiliki gawai sendiri seperti telepon pintar, tablet, atau laptop. Sayangnya, penggunaan gawai oleh anak seringkali tanpa melalui pengawasan yang cukup dari orangtua di rumah. Beberapa orangtua memberikan gawai kepada anak mereka dan memberikan akses untuk menggunakannya tanpa adanya kontrol terhadap apa saja yang dilakukan anak dengan gawai mereka. Sebagai pengganti orangtua di sekolah, guru juga memiliki peranan yang penting dalam membantu pengawasan penggunaan gadget oleh anak. Namun sayangnya, beberapa guru masih tidak sadar bahwa peranan mereka cukup signifikan dalam menanamkan pemahaman ini pada anak. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya bentuk penyalahgunaan gawai oleh anak saat di sekolah. Padahal, jika digunakan secara tepat, gawai memiliki manfaat yang sangat banyak dalam mendukung proses belajar anak di sekolah. Terkait dengan hal ini, kami mencoba memberikan sosialisasi pada guru, wali murid, dan siswa di SDN 1 Seletreng tentang pentingnya kerjasama antara orangtua dan guru dalam memperkenalkan gawai secara bijak pada anak. Dengan adanya sosialisasi ini diharapkan anak memiliki pemahaman yang baik sejak dini tentang dampak positif dan dampak negatif dari penggunaan gawai. Tujuan jangka panjang dari kegiatan ini adalah adanya kerjasama yang baik antara orangtua dan sekolah (dalam hal ini guru) untuk bersama-sama mendidik dan menanamkan potensi yang baik bagi anak terutama dalam kaitannya dengan penggunaan gawai dalam mendukung pendidikan dan perkembangana anak baik secara kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil dari kegiatan ini adalah adanya respon positif berupa pemahaman orangtua dan guru tentang penggunaan gawai pada anak, dan adanya usaha-usaha nyata yang dilakukan untuk mengawasi penggunaan gawai oleh anak.
Pendampingan Menuju Sekolah Digital 3.0: Upaya Meningkatkan Literasi Digital dan Manajemen Terintegrasi di SMP Negeri Satap 4 Panarukan Nine Febrie Novitasari; Ahmad Yusuf Firdaus
INTEGRITAS : Jurnal Pengabdian Vol 7 No 2 (2023): AGUSTUS - DESEMBER
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat - Universitas Abdurachman Saleh Situbondo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36841/integritas.v7i2.3821

Abstract

Dengan banyaknya tantangan yang dimiliki dikarenakan statusnya sebagai sekolah satu atap, SMP Negeri Satap 4 Panarukan memiliki potensi untuk berkembang menjadi Sekolah Digital 3.0. Jika dilihat dari kesiapan infrastruktur dan SDMnya, sekolah ini sekarang berada di masa transisi antara Sekolah Digital 1.0 dan Sekolah Digital 2.0. Namun, permasalahan yang dimiliki adalah kurangnya literasi digital kebanyakan guru dan siswa di sana karena mereka tidak menggunakan fasilitas yang ada secara maksimal untuk proses kreatif pembelajaran. Akibatnya, ketersediaan fasilitas, potensi, dan kesempatan yang ada tidak termanfaatkan dengan maksimal dan membuat tidak adanya manejemen sekolah terintegrasi berbasis web. Untuk itu, tim pelaksana menawarkan solusi berupa pendampingan bagi SMP Negeri Satap 4 Panarukan untuk mengembangkan diri menjadi Sekolah Digital 3.0 agar kualitas pembelajaran di sekolah meningkat sehingga dapat memenuhi kebutuhan siswa akan ilmu yang semakin meningkat. Proses penerapan IPTEKS yang dilakukan berupa transfer knowledge tentang literasi digital dan sekolah digital dan penggunaan Google Workspace for Education sederhana yang diwujudkan dalam bentuk kegiatan sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan pengembangan sistem informasi manajemen sekolah. Pelaksanaan PKM ini dilakukan dengan pendekatan transdisipliner, di mana tim pelaksana bertugas sebagai fasilitator dan mitra sebagai pelaku untuk mencapai perubahan. Hasil dari kegiatan ini adalah peningkatan literasi guru dan siswa dari dimensi invidual dan lingkungan (environment) dan adanya manajemen sekolah terintegrasi berbasis web sehingga mampu mengantarkan SMP Negeri Satap 4 Panarukan menjadi Sekolah Digital 3.0.
Menanamkan Integritas Pada Anak-Anak Panti Asuhan Melalui Pengintegrasian Pembelajaran Bahasa Inggris Ahmad Yusuf Firdaus; Nine Febrie Novitasari
INTEGRITAS : Jurnal Pengabdian Vol 7 No 2 (2023): AGUSTUS - DESEMBER
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat - Universitas Abdurachman Saleh Situbondo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36841/integritas.v7i2.3820

Abstract

Artikel ini menyajikan hasil dari kegiatan penagbdian kepada masyarakat yang bekerja sama dengan Panti Asuhan Tunas Melati di Pokaan, Situbondo. Dalam observasi awal, didaptkan informasi bahwa sejumlah besar anak asuh di panti tersebut memiliki rasa percaya diri yang rendah. Karena merupakan generasi masa depan bangsa, mereka perlu berkembang dan matang sebagai individu yang berintegritas untuk bersaing secara global. Untuk dapat bersaing dalam komunitas global, mereka memerlukan tingkat kesadaran sosial yang lebih tinggi, keterampilan dasar, dan kemampuan berbahasa Inggris yang cukup. Setelah berkonsultasi dengan mitra program, teridentifikasi bahwa tantangan utama yang mereka hadapi berkaitan dengan (a) kurangnya rasa percaya diri pada anak asuh di Panti Asuhan Tunas Melati dan (b) keterampilan berbahasa Inggris yang tidak memadai untuk interaksi sosial. Berdasarkan tinjauan atas masalah-masalah utama ini dan solusi yang diusulkan, pendekatan dalak kegiatan ini melibatkan penguatan integritas melalui pembelajaran bahasa Inggris, yang kemudian diintegrasikan ke dalam berbagai kegiatan. Hasil dari kegiatan-kegiatan ini menunjukkan bahwa anak asuh di Panti Asuhan Tunas Melati mulai menunjukkan tanda-tanda kesadaran sosial dan kompetensi sosial, meskipun masih ada ruang untuk perbaikan. Demikian pula, kemampuan berbahasa Inggris mereka baru mencapai Level 1, karena kegiatan-kegiatan ini hanya sebagian dilaksanakan. Oleh karena itu, sangat penting untuk segera melaksanakan kegiatan lebih lanjut guna mencapai pencapaian keseluruhan yang diharapkan.