Muhammad Rais
Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

WAJAH ISLAM DI BANDAR JALUR SUTERA (Kajian Sejarah Sosial Pada Kesultanan Tidore-Maluku Utara) Muhammad Rais
Al-Qalam Vol 16, No 2 (2010)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (70.181 KB) | DOI: 10.31969/alq.v16i2.485

Abstract

Riset ini menggunakan teknik penjaringan data sejarah secara konvensional dan kajian pustaka sebagai data primer(utama) menganalisis sumber-sumber tertulis, seperti kronik-kronik dan manuskrip-manuskrip klasik, buku-buku sejarah,artikel sejarah, artefak, dan dokumen sejarah sementara sumber data sekunder yang terdiri dari dua cara, yaitu wawancaramendalam (indepth interview) dengan informan utama dan observasi.Dalam konteks lslamisasi di Kesultanan Tidore, ditemukan beberapa leoriyang mengkonstruk data-data terkait, diantaranya: TeoriArab-meminjam istilah Ahmad Mansur (12 Rabiul Awal 502 Hatau 12 April 1108 M) dibawa oleh empat orangsyekh, Syekh Mansurdi Pulau Ternate, Pulau Halmahera dan sekitarnya, Syekh Yakub dengan wilayah syiar Pulau Tidore, Pulau Makian dan sekitarnya,Syekh Amin dan Syekh Umar melakukan syiar Islam di Pulau Halmahera. Kedua, Teori Persia sesuai keterangan Muhammad JafarShadiq bahwa Islam telah eksis di Maluku pada abad ke-13: Kedga, Teori Jawa, Jusuf Abdurrahman mengemukakan bukti sejarah,bahwa pada abad ke-14, tepatnya tahun 1465 M, dibawa muballigh bernama Datuk Maulana Husein sudah datang di Ternate danmengajarkan al-quran, Keempat, Teori Gujarat, teori ini digagas oleh Snaouck Hurgronje. Kelima, Teori Cina, berdasarkan hasilinterview dengan Adnan Amal, yang menganggap bahwa Jafar Shadiq yang dimaksudkan banyak kalangan di Maluku Utarasebagai orangArab keturunan Rasulullah SAW. lslamisasi di Kepulauan Tidore dengan tipologi islamisasipola kombinasi antaraintegratif dan dialog seperti belaku di Sulawesi dan Indonesia Bagian Timur, Kedatangan dan penerimaan Islam berimplikasipada perbahan-perubahan pada semua lini kehidupan sosial.
TRADISI LISAN TARSUL PADA MASYARAKAT KUTAI KARTANEGARA Muhammad Rais
Al-Qalam Vol 18, No 1 (2012)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (122.89 KB) | DOI: 10.31969/alq.v18i1.217

Abstract

Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang menyoroti tradisi lisan tarsul bagi masyarakat KutaiKartanegara. Tradisi lisan merupakan warisan budaya yang sarat dengan nilai dan makna.Pelestariannya mengalami transformasi sehingga bersifat kedinian. Tarsul adalah tradisi lisanmasyarakat Kutai Kartanegara yang masih terpelihara dengan baik seiring dengan pelestarian berbagaiupacara siklus hidup masyarakat dan upacara lainnya. Tulisan ini mengungkapkan kecenderunganmasyarakat Kutai Kartanegara dalam pemeliharaan bahasa dan seni sastra sebagai cerminan darikehalusan budi dan bahasa. Tarsul adalah sastra lisan yang menggambarkan proses dan untaianperasaan berkaitan dengan inti, makna atau figur sentral dari pelaksanaan suatu upacara, sepertiupacara perkawinan.
ALIRAN “BERMASALAH” DALAM LANSKAP NALAR PUBLIK: Respon Masyarakat Kota Samarinda Terhadap Aliran Bermasalah Muhammad Rais
Al-Qalam Vol 19, No 1 (2013)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.778 KB) | DOI: 10.31969/alq.v19i1.149

Abstract

Penelitian dengan genre kebijakan ini bertujuan untuk mengukur dan mendeskripsikan respon publik terhadap aliran keagamaan yang ditengarai, bahkan sebagian telah divonis, sebagai sempalan dan sesat. Salah satu alibi yang dijadikan sebagai pijakan argumentasi (illat hukm) keluarnya regulasi terkait penanganan mereka adalah reaksi, dan resistensi masyarakat yang potensial mengganggu stabilitas sosial. Dengan memanfaatkan metode survey, melalui instrumen utama berupa 100 kuesioner dalam proses penjaringan data primer, ditemukan respon publik yang mengindikasikan respon evaluative yang cenderung masif negatif terkait keberadaan aliran bermasalah. Secara kognitif, responden dominan tahu tentang eksistensi aliran sempalan di Indonesia, bahkan yang eksis di lingkungannya sendiri, mereka juga sepakat divonis sesat. Namun mekanisme penanganan yang tepat, kalangan responden lebih memilih jalur hukum, termasuk setuju dengan regulasi yang dibuat pemerintah, dalam konteks Kota Samarinda, pembekuan aktivitas Ahmadiyah ditetapkan dengan Surat Keputusan Walikota berdasarkan rekomendasi MUI setempat, paralel dengan respon dan aspirasi publik. Dengan demikian, nalar elite bersesuaian dengan nalar publik.
KONVERSI INSTITUSIONAL IAIN MENUJU UIN ALAUDDIN MAKASSAR MENURUT PERSPEKTIF AZHAR ARSYAD Muhammad Rais
EDUCANDUM Vol 3 No 1 (2017): Jurnal Educandum
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This article is projected to describe the process of institutional status transfer of IAINto UIN Alauddin Makassar according to Azhar Arsyad's perspective, which is one ofthe initiators of the transformation process of the State Islamic University. By utilizingthe social history approach, specifically the intellectual / historical history, this studyexamines the main points of thought Azhar with regard to the siginifikansi discoursewith respect to the importance of wider mandate of State Islamic University. which hasbeen using institutional nomenclature with all the limitations that are concentrated onthe discourse of the scientific paradigm which tends to be monolithic and atomistic,which is only concerned with Islamic discourse an sich, whose estuaries oftenculminate in the growing dichotomy between science and Islam, which is essentiallylike two inseparable sides of the coin. Taken for granted, Azhar also constructs ascientific integration paradigm, which is actually applied in UIN in the framework ofbreaking the chain which, during the two entities, a dichotomy between science andreligion that is originally like two inseparable coins, if it refers to the scientificparadigm of Islam. Concretely, Azhar is more holistic about the classification ofscience, and which is not spared by Azhar is improving the process of education andlearning in UIN post-institutional transformation
INDEKS KARAKTER SISWA DI KOTA SORONG DAN KABUPATEN SORONG PAPUA BARAT Muhammad Rais
EDUCANDUM Vol 5 No 1 (2019): Jurnal Educandum
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini betujuan untuk mengukur sekaligus mendeskripsikan tingkat indeks karakter perserta didik pada beberapa satuan pendidikan menengah di Kota Sorong dan Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat. Penelitian ini dilatari keinginan untuk mengevaluasi program penguatan pendidikan karakter yang menjadi elan vital serta tujuan utama penyelenggaraan pendidikan pada semua satuan pendidikan di Tanah Air, yang secara legalitas didasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Penelitian ini memanfaatkan metode kombinasi antara kuantitatif dan metode kualitatif, dengan instrumen pengumpulan data berupa kuosioner dan dipadukan dengan wawancara serta observasi. Adapun temuan utama penelitian ini adalah bahwa, indeks karakter siswa SMA dan MA di Kota Sorong dan Kabupaten Sorong, yang diukur melalui beberapa variabel dengan muatan indikator masing-masing, meliputi: religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas yang sejatinya melekat dalam diri setiap siswa, rerata berada pada kategori baik/tinggi dengan rerata skor indeks karakter 3, 50 ekuivalen dengan 88%. Adapun faktor pendukung, capaian indeks karakter yang tinggi yang telah dicapai perserta didik di Papua Barat adalah masih efektinya proses internalisasi nilai-nilai karakter pada tiga domain pendidikan; rumah tangga, sekolah/madrasah dan lingkungan sosial. Meskipun tidak bisa dinafikan pula bahwa, ketiga domain pendidikan tersebut, saat ini mulai mengalami penggerusan akibat pengaruh eksternal, yang paling aktual adalah pengaruh media sosial yang lebih banyak menjadi acuan peserta didik kita kini. Sehingga dibutuhkan kebijakan afirmatif para pengambil kebijakan, untuk memastikan efektivitas program penguatan pendidikan karakter ke depan
Pengelolaan Guru Pendidikan Agama Non PNS Pada Sekolah Menengah Atas Negeri Di Gorontalo Muhammad Rais
EDUCANDUM Vol 5 No 2 (2019): Jurnal Educandum
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel bertujuan untuk mendeskripsikan tata kelola guru Pendidikan agama pada sekolah umum begeri di Kota Gorontalo. Riset ini dilatarbelakangi isu yang kini bergulir bahwa semua wilayah di Indonesia menghadapi masalah Pendidikan yang sama, kekurangan pendidik di hampir semua satuan Pendidikan, termasuk sekolah menengah umum negeri. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah, mengambil kebijakan melalui pengadaan guru-guru yang berstatus guru non PNS atau guru honorer.Varian guru ini di Kota Gorontalo lebih familiar disebut guru tidak tetap (GTT). Guru GTT ini mengampu mata pelajaran agama dengan kewajiban mengajar minimal 30 jam per pekan. Kompensasi terhadap ketercapaian waktu 30 Jam Pelajaran tersebut adalah berupa tunjangan daerah yang ekuivalen dengan upah minimum regional (provinsi) sebesar Rp. 2 juta. Dan, jika jam pelajaran yang wajib terpenuhi setiap pekan tersebut tak terpenuhi, maka sangsinya adalah pengurangan tunjangan berdasarkan besaran kekurangan tersebut. Untuk menyiasati guru tidak tetap yang tidak mencukupi jam pelajaran di sekolahnya, maka ia diperkenankan mengambil mata pelajaran non Pendidikanagama di sekolahnya, atau mengamil jam mengajar mata pelajaran agama di sekolah lain. Kewajiban mengajar minimum 30 jam pelajaran tersebut dianggap discriminatif, sebab guru PNS yang mendapatkan gaji dan tunjangan profesi dan keistimewaan lainnya justru hanya diharuskan mengajar minimal 24 jam pelajaran per pekan.
PEMAHAMAN KEBHINEKAAN PESERTA DIDIK DI MADRASAH ALIYAH DI KOTA SORONG, PAPUA BARAT Muhammad Rais
EDUCANDUM Vol 6 No 1 (2020): Jurnal Educandum
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31969/educandum.v6i1.321

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman kebhinnekaan peserta didik pada Madrasah Aliyah di Kota Sorong, Papua Barat. Dalam upaya pengumpulan dan analisis data, riset ini menggunakan metode kualitatif. Selain peneliti sebagai inteumen utama, pengumpulan data juga memanfaatkan wawancara mendalam, observasi, FGD, dan studi dokumen. Penelitian ini menemukan beberapa hal yang berkenaan dengan perspektif informan, relevansinya dengan elemen kebudayaan yang mereka pahami, alami, yang akhirnya membentuk wawasan dalam domain kognitif mereka. Kalangan informan memahami betul keberagaman budaya yang melingkupi mereka, baik keberagaman agama, ras, suku bangsa, dan bahkan keberagaman aliran ataupun kelompok keagamaan. Setidaknya, ada beberapa sumber informasi, tersebut;meliputi: pembelajaran di madrasah melalui beberapa mata pelajaran yang memuat konten kebhinnekaan, lingkungan keluarga, dan secara makro lingkungan masyarakat. Namun, yang unik adalah pergeseran sarana informasi yang menjadi sumber rujukan/bahan peserta didik dalam memperleh data dan informasi, termasuk keragaman budayan, yang sebelum didominasi sumber-sumber konvensional, seperti lembaga Pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Kini, peserta didik lebih dominan merujuk pada media-media arus utama saat ini, misalnya media sosial, dengan beberapa variannya, terdiri dari Whats up, Instagram, Faceboook, dan sebagainya.
Religious Moderation Education According To Islamic Scholars In Gowa Regency South Sulawesi Muhammad Rais
EDUCANDUM Vol 7 No 1 (2021): Jurnal Educandum
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research is oriented to describe the perspective of public leaders on the educational discourse of religious moderation. which is currently being pursued by the government through the Ministry of Religion Affairs, so that it becomes the mainstream in religion. The principles of religious moderation include: nationality, tolerance, nonviolence, and local cultural accommodation. projected to be internalized, disseminated in all fields, including in educational institutions. Focuses on utilizing qualitative methods with specific data collection and analysis instruments, This study found that the informants, consisting of educators and religious figures, deeply understood religious moderation based on the al-Qur’an and hadith which emphasized Islam as a moderate religion. The principle of moderation (wasathiyyah) in Islam is in fact equivalent to the principle or value of religious moderation programmed by the current government. Then, if the idea of religious moderation is to be implemented in the realm of education, then some components should be prepared carefully, so that they do not overlap, and even duplicate with other programs. For example, several implementation models chosen, of course, with their respective advantages and disadvantages, include: autonomous, integrative, and enrichment models. In addition, what is also very urgent to formulate is the right curriculum, tools and learning designs, and competencies of educators, including an assessment tool which of course is more oriented towards attitudes and behavior. No longer trapped in the pathology of learning that has been ongoing, more focused on fulfilling the cognitive domain.
KAPASITAS UIN ALAUDDIN MAKASSAR PASCA ALIH STATUS Muhammad Rais
EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan Vol. 15 No. 3 (2017): EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan
Publisher : Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32729/edukasi.v15i3.455

Abstract

AbstractThis article describes the capacity and performance achievements of UIN Alauddin post-status change. This study uses qualitative methods with the data obtained through indepth interviews, observation and documentation studies. The results of this study shows that the capacity and performance of UIN Alauddin has increased, both from the interest and expectations of society and improved governance of institutional organizations, personnel, increasingly competitive infrastructure, increasingly proportional fnancing, learning, cooperation, and community service. Nevertheless, there are still a number of weaknesses and challenges, such as the process of institutional transformation is not working properly in terms of integration and interconnection of science, limited publication of research results through national and international journals.  AbstrakArtikel ini mendeskripsikan tentang kapasitas dan capaian kinerja uIN Alauddin pasca alihstatus. Studi ini menggunakan metode kualitatif, sumber data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Hasil studi ini menemukan bahwa, kapasitas serta kinerja uIN Alauddin mengalami peningkatan, baik dari animo dan ekspektasi masyarakat. Selain itu, semakin membaiknya tata kelola organisasi kelembagaan, ketenagaan, infrastruktur yang semakin kompetitif, pembiayaan yang semakin proporsional, pembelajaran, kerjasama, dan pengkhidmatan pada masyarakat. Meskipun demikian, masih terdapat sejumlah kelemahan dan tantangan, misalnya proses transformasi institusional belum berjalan sebagaimana semestinya dalam hal intergrasi dan interkoneksi keilmuan, masih terbatasnya publikasi hasilhasil penelitian melalui jurnal nasional maupuninternasional.