Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Pengaruh Variasi Kombinasi Konsentrasi Surfaktan Non Ionik (Span 60 Dan Peg-40 Hco) Terhadap Stabilitas Fisik Mikroemulsi Koenzym Q10 Silvi Ayu Wulansari; Umarudin Umarudin
Jurnal Surya Medika (JSM) Vol 6 No 1 (2020): Jurnal Surya Medika (JSM)
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/jsm.v6i1.1534

Abstract

Coenzyme Q10 is a compound that functions as an antioxidant with a large molecular weight of 863.36 g / mol and has lipophilic properties. This makes coenzyme Q10 need to be formulated to improve the solubility of the material and the delivery system in the skin. This study aims to determine the effect of various combinations of non-ionic surfactant concentrations (span 60 and PEG-40 HCO) on the physical stability of microemulsions. In this study Coenzyme, Q10 was formulated in oil-type microemulsion preparations in water. The oil used as the oil phase is rice bran oil with a combination of surfactant span 60 and PEG-40 HCO and 96% ethanol as a cosurfactant. the microemulsion was made in 4 microemulsion formulas namely FI, F2, F3, and F4, each formula was made 3 replications. Microemulsion preparations were evaluated after 24 hours after the preparations were made, observations made included organoleptic (shape, color, and phase formed), pH, viscosity, droplet size, zeta potential, and polydispersity index before and after centrifugation test with 10,000 rpm for 30 minutes. The research data were processed statistically using the Kruskal-Wallis analysis and Mann-Whitney follow-up tests. The results showed that the surfactant concentration affected physical characteristics (viscosity, droplet size, zeta potential, and polydispersity index) with a significantly different result (p <0.05) but the surfactant concentration did not affect the pH with the results not significantly different (p> 0, 05).
Aplikasi Hand Sanitizer Kitosan Cangkang Bekicot Sebagai Antibakteri dan Upaya Preventif Covid 19 Umarudin Umarudin; Surahmaida Surahmaida; Syukrianto Syukrianto; Silvi Ayu Wulansari; Siti Nurhaliza
SIMBIOSA Vol 9, No 2 (2020): JURNAL SIMBIOSA
Publisher : Universitas Riau Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33373/sim-bio.v9i2.2669

Abstract

Salah satu infeksi akibat bakteri yang dapat menyebabkan saluran pernapasan  adalah Klebsiella pneumonia. Desain yang digunnakan pada penelitian ini adalah true eksperimental. Tahapan penelitian dengan isolasi kitosan cangkang bekicot yaitu deproteinasi, demineralisasi, depigmentasi, dan deasetilasi, pembuatan hand sanitizer kitosan cangkang bekicot. Analisa data yang digunakan deskriptif kualitatif dan kuantatif untuk uji evaluasi organoleptis dan jumlah koloni bakteri dan uji ANOVA satu arah jika terdapat perbedaan dilakukan uji lanjut dengan uji LSD. Hasil penelitian menunjukan bahwa uji organoleptis hand sanitizer selama 28 hari dan didapatkan hasil sesuai spesifikasi yaitu berbentuk gel, warna transparan dan tidak ada aroma yang dikeluarkan, pH sediaan hand sanitizer sesuai dengan standart pH kulit, sediaan hand sanitizer kitosan cangkang bekicot homogen, jumlah koloni formula 2 (6%) dengan rata-rata 0,67 koloni, 3% dengan rata-rata 2,67 koloni lebih efektife alam menghambat pertumbuhan bakteri jika dibandingkan dengan K (-) dengan rata-rata 107,67. Perlakuan hand sanitizer 3% berbeda nyata secara signifikan dengan kontrol dan 6%, perlakuan hand sanitizer 6% berbeda nyata signifikan dengan kontrol dan 3%. Semakin tinggi konsentrasi cangkang bekicot semakin besar kemampuan daya hambat dan bersifat bakterisidal.
Isolasi, Identifikasi, Dan Uji Antibakteri Kitosan Cangkang Bekicot (Achatina fulica) Terhadap Staphylococcus aureus dari Penderita Ulkus Diabetikum Umarudin Umarudin; Surahmaida Surahmaida
SIMBIOSA Vol 8, No 1 (2019): JURNAL SIMBIOSA
Publisher : Universitas Riau Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33373/sim-bio.v8i1.1894

Abstract

Salah satu bakteri penyebab ulkus diabetikum adalah Staphylococcus aureus. Pengunaan antibiotik yang tidak tepat menyebabkan munculnya S. aureus yang resisten terhadap antibiotik atau bertahan hidup karena adanya perubahan genetic. Bahan alam yang memiliki sifat sebagai antibakteri adalah kitosan cangkang bekicot.Penelitian ini bertujuan untuk melakukan isolasi dan uji antibakteri kitosan cangkang bekicot terhadap Staphylococcus aureus dari penderita ulkus diabetikum dan juga dilakukan uji sensitifitas S. aureus terhadap kitosan cangkang bekicot. Pada penelitian inidilakukan secara true eksperimental. S. aureus diisolasi dari penderita ulkus diabetikum dan diidentifikasi berdasarkan sifat biakan, pewarnaan Gram, uji biokimiawi dan uji gula-gula. Isolat selanjutnya diuji sensitifitasnya terhadap kitosan cangkang bekicot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolasi bakteri yang tumbuh dan dapat memfermentasi plat mannitol salt agar, sel berbentuk bulat bergerombol, bersifat Gram +, memfermentasi maltosa dan laktosa, mengkoagulasi plasma kelinci dan bereaksi positif terhadap uji clumping faktor dan Voges Proskouer. Pada penelitian ini, hasil uji terhadap kitosan cangkang bekicot pada kosentrasi 300-700 ppm adalah sensitif. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penderita ulkus diabetikum yang diidentifikasi adalah Staphylococcus aureus. Isolat S. aureus sebagian besar sensitif terhadap kitosan cangkang bekicot (Achatina fulica).
Pelapisan Kitosan Cangkang Bekicot (Achatina fulica F) Pada Cabai Merah (Capsicum annum L.) Sebagai Pengawet Alami Umarudin Umarudin; Surahmaida Surahmaida; Mochammad Sulton Aziz Irawan; Anisa Rizki Amalia
Gorontalo Agriculture Technology Journal Volume 3 Nomor 1 April 2020
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (684.064 KB) | DOI: 10.32662/gatj.v0i0.955

Abstract

Cangkang bekicot mengandung kitosan sebesar 64% yang memiliki sifat sebagai antimikroba yang dapat digunakan sebagai pengawet alami pada cabai merah. Cabai merah mudah membusuk selama 2-3 hari penyimpanan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sifat fisik cabai merah seperti bau, warna dan bobot susut yang telah dilapisi kitosan cangkang bekicot, dan untuk mengetahui berapa lama masa simpan cabai merah dengan menggunakan kitosan cangkang bekicot. Metode penelitian dengan menggunakan true eksperimental. Kitosan dilakukan dengan empat tahapan yaitu deproteinasi, demineralisasi, depigmentasi dan deasetilasi. Pelapisan kitosan pada cabai merah dilakukan dengan konsentrasi 500 ppm, 600 ppm, 700 ppm dan kontrol tanpa kitosan cangkang bekicot selama 15 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cabai merah yang diberi kitosan cangkang bekicot dapat memperlama umur simpan yaitu pada konsentrasi 700 ppm selama 33 hari dengan bobot susut sebesar 90,61%, 600 ppm selama 29 hari dengan bobot susut sebesar 88,52%, 500 ppm selama 27 hari dengan bobot susut sebesar 88,64% dan kontrol selama 19 hari dengan bobot susut sebesar 88,64%. Konsentrasi 700 ppm memiliki lama umur simpan paling lama yang dilihat dari warna dan aroma.
Skrining Senyawa Metabolit Sekunder pada Ekstrak Aseton Biji Gayam (Inocarpus fagifer) Yuyun Widayati; Umarudin Umarudin
SPIZAETUS: JURNAL BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI Vol 3, No 3 (2022): Spizaetus: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi
Publisher : Universitas Nusa Nipa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55241/spibio.v3i3.78

Abstract

Gayam merupakan tumbuhan berkhasiat obat, salah satu bagian yang bisa dimanfaatkan adalah bijinya. Biji gayam memiliki manfaat bagi kesehatan salah satunya sebagai obat pencahar dan diabetes. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hasil identifikasi golongan senyawa metabolit sekunder dari ekstrak biji gayam (Inocarpus fagifer) dengan pelarut aseton. Metode penelitian ini yaitu biji gayam dilakukan determinasi, biji gayam dilakukan proses sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, dan penghalusan. Serbuk kering biji gayam dilakukan ekstraksi metode maserasi selama 3x24 jam. Hasil ekstraksi dilakukan perhitungan nilai rendemen dan skrining fitokimia untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder golongan alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid, tanin, dan saponin pada ekstrak biji gayam ditandai positif adanya perubahan warna, endapan, cincin, atau busa. Hasil determinasi tanaman biji gayam memiliki nama ilmiah Inocarpus fagifer. Ekstrak biji gayam diperoleh nilai rendemen sebesar 22%. Hasil skrinning fitokimia senyawa metabolit sekunder positif mengandung senyawa golongan alkaloid, terpenoid, tanin, saponin, dan negatif senyawa golongan flavonoid dan steroid. Temuan ini dapat mendukung klaim secara tradisional/etnomedisinal yang sebelumnya biji gayam dimanfaatkan untuk antidiabetes.
Pengaruh Variasi Jenis dan Konsentrasi Gelling Agent Terhadap Karakteristik Fisik Emulgel Koenzim Q10 Silvi Ayu Wulansari; Umarudin Umarudin; Lailatus Sa’diyah
Journal of Experimental and Clinical Pharmacy (JECP) Vol 2, No 2 (2022): Agustus 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52365/jecp.v2i2.464

Abstract

Koenzim Q10 berperan sebagai antioksidan untuk mencegah penuaan akibat radikal bebas. Koenzim Q10 untuk memenuhi kebutuhan sel jumlahnya terbatas, sehingga untuk mencegah timbulnya penuaan dengan menggunakan skin care secara topical, salah satu bentuk sediaan topikal yaitu emulgel. Penggunaan bahan pembentuk gel merupakan komponen penting dalam sediaan gel, karena jenis dan konsentrasi bahan pembentuk gel dapat mempengaruhi karakteristik fisik gel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi jenis dan konsentrasi gelling agent terhadap sifat fisik emugel koenzim Q10. Pada penelitian ini dibuat 6 formula dengan variasi jenis dan konsentrasi gelling agent. F1, F2, F3 mengandung carbopol 940 (0,5; 0,75 dan 1%) F4, F5, F6 mengandung CMC-Na (3; 3,5 dan 4%) dan semua formula emugel mengandung koenzim Q10 0,5%. Parameter yang diamati adalah karakteristik fisik emulgel koenzim Q10 (pengamatan organoleptis dan homogenitas, pengujian pH, daya sebar, pengujian viskositas, dan pengujian daya lekat). Analisa data penelitian ini dengan One Way Anova. Hasil penelitian karakteristik fisik sediaan pada formula 1-6 emulgel koenzim Q10 dari segi organoleptis memiliki karateristik sesuai dengan spesifikasi dari bentuk sediaan, warna, aroma dan homogenitas. Temuan penelitian ini sediaan emulgel yang mengandung carbopol 940 pada F1, F2, F3 memiliki nilai pH (5,91c; 5,77b; 5,32a) daya sebar (6,4c; 6,1b; 5,8a) viskositas (2.445a; 2.976b; 3.083c) dan daya lekat (18a; 21b; 29c) dan sediaan emulgel yang mengandung CMC-Na pada F4, F5, F6  memiliki nilai pH (6,25a ; 6,28a; 6,27a) daya sebar (6,6c; 6,3b; 5,1a) viskositas (2.379a; 2.926b; 3.157c) dan daya lekat (13a; 19b; 37c). Simpulan penelitian ini gelling agent yang digunakan pada emulgel koenzim Q10 dapat berpengaruh terhadap karakteristis fisik sediaan, dari keenam formula (F1-F6) formula F2 yang menggunakan gelling agent carbopol 940 merupakan formula yang paling optimum.Coenzyme Q10 acts as an antioxidant to prevent aging caused by free radicals. Coenzyme Q10 to meet the needs of cells is limited in number, so to prevent aging by using skin care topically, one of the topical dosage forms is emulgel. The use of gelling agents is an important component in gel preparations, because the type and concentration of gelling agents can affect the physical characteristics of the gel. This study aims to determine the effect of variations in the type and concentration of gelling agent on the physical properties of emugel coenzyme Q10. In this study, 6 formulas were made with variations in the type and concentration of gelling agent . F1, F2, F3 contained carbopol 940 (0.5 ; 0.75 and 1%) F4, F5, F6 contained CMC-Na (3; 3.5 and 4%) and all emugel formulas contained coenzyme Q10 0.5% . Parameters observed were physical characteristics of coenzyme Q10 emulgel (organoleptic and homogeneity observations, pH testing, dispersion, viscosity testing, and adhesion testing). Analysis of this research data with One Way Anova . The results of the research on the physical characteristics of the dosage form 1-6 emulgel coenzyme Q10 in terms of organoleptic have characteristics in accordance with the specifications of the dosage form, color, aroma and homogeneity. The findings of this study were that the emulgel preparation containing carbopol 940 at F1, F2, F3 had a pH value (5.91 c ; 5.77 b ; 5.32 a ) dispersion (6.4 c ; 6.1 b ; 5.8 ). a ) viscosity (2,445 a ; 2,976 b ; 3,083 c ) and adhesion (18 a ; 21 b ; 29 c ) and emulgel preparations containing CMC-Na at F4, F5, F6 had a pH value (6.25 a ; 6 ,28 a ; 6.27 a ) dispersibility ( 6.6 c ; 6.3 b ; 5.1 a ) viscosity ( 2,379 a ; 2,926 b ; 3,157 c ) and adhesion (13 a ; 19 b ; 37 c ). The conclusion of this research is that the gelling agent used in emulgel coenzyme Q10 can affect the physical characteristics of the preparation, of the six formulas (F1-F6) formula F2 using the gelling agent carbopol 940 is the most optimum formula.
Penyuluhan Pemanfaatan Ekstrak Daun Mimba sebagai Sabun Kertas Antiseptik Silvi Ayu Wulansari; Lailatus Sa’diyah; Umarudin Umarudin
Humanism : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 3, No 3 (2022): Desember
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/hm.v3i3.14595

Abstract

COVID-19 (Corona Virus Diseases-19) yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) sebagai pandemi di level dunia mulai tahun 2020.  Provinsi Jawa Timur memiliki jumlah kasus positif Covid-19 nomor urut dua setelah DKI Jakarta. Berbagai  upaya telah dilakukan pemerintah untuk menekan angka kasus Covid-19 dengan cara menjaga prokes seperti mencuci tangan dengan sabun. Sabun perperan penting dalam pencegahan dan penurunan angka penyebaran Covid-19, upaya penyebaran tersebut perlu adanya solusi pemanfaatan daun nimba sebagai zat aktif pada sabun. Daun mimba terdapat senyawa yang bersifat antibakteri dan antivirus, sehingga daun mimba dapat dijadikan sebagai senyawa bioaktif pada sabun kertas dengan dilakukan penyuluhan program pengabdian mengenai pemanfaatan herbal untuk pencegah penyebaran Covid-19. Program pengabdian masyarakat ini mendukung Sustainable Development Goals (SDGs). Sasaran kegiatan pengabdian ini pada siswa SMK Farmasi Kapasari Surabaya. Kegiatan ini dilakukan secara luring dengan metode penyuluhan. Target dari kegiatan pengabdian kepada siswa untuk meningkatkan kepedulian terhadap kesadaran mengenai bahan alam yang diolah untuk dapat menghasilkan suatu produk yang bermanfaat dalam ikut serta mencegah penyebaran Covid-19. Berdasarkan hasil yang didapatkan dari sepuluh aspek penilaian pada pre-test, terdapat kenaikan pada setiap aspek setelah di lakukan penyuluhan. Hal ini menunjukkan siswa dari Sekolah Menegah Farmasi lebih memahami pemanfaatan bahan alam sebagai sabun kertas untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Toxicity of Miana Leaf (Coleus blumei) Extract Against Houseflies (Musca domestica) Surahmaida Surahmaida; Umarudin Umarudin
Biosaintifika: Journal of Biology & Biology Education Vol 11, No 2 (2019): August 2019
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Sciences, Semarang State University . Ro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/biosaintifika.v11i2.19402

Abstract

Houseflies (Musca domestica) is an disease-carrying insect  that plays an important role in the spread of disease in humans and animals. One way to control houseflies is using Miana leaves (Coleus blumei) as botanical pesticide. The purpose of this study was to determine the chemical compounds contained in Miana leaf as well as determine the optimal concentration of Miana leaf extract in causing knockdown effect in houseflies. Miana leaf fine powder was soaked with methanol (maceration) for 3 days followed byphytochemical screening (chemical reagents and Gas Chromatography Mass Spectrophotometry (GCMS) and anti-houseflies toxicity tests. Testing of methanolic extract of Miana leaves was made in the form of spray using the knockdown method at concentrations of 5%, 10%, 20%, 30% and 40% and observed in 5, 10 and 15 minutes. The results of phytochemical screening with chemical reagents showed that the extract contained alkaloids, tannins, flavonoids, saponins and terpenoids; while the results of GCMS analysis showed 8 bioactive compounds. The results of the study revealed that at a concentration of 30% and 40%, methanolic extract of Miana leaves could result in a knockdown effect that was accompanied by death with a percentage value of 100% in the first 5 minutes of observation. This research shows that methanolic extract of Miana leaves can be used as an alternative to botanical pesticides in controlling houseflies (Musca domestica).