Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengaruh Keberadaan TPA terhadap Kualitas Air Bersih Diwilayah Pemukiman Warga Sekitar: Studi Literatur Ahmad Walid; Raden Gamal Tamrin Kusumah; Erik Perdana Putra; Wira Herlina; Puji Suciarti
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol 20, No 3 (2020): Oktober
Publisher : Universitas Batanghari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/jiubj.v20i3.1025

Abstract

The influence of the presence of landfill in the presence of pollution can occur in the air as a result of waste decomposition, can also pollute water and soil caused by leachate seepage. Piles of garbage can cause physical and chemical environmental conditions to be incompatible with normal conditions. This research method uses a study method literature by collecting data by looking for relevant references and facts to get an argumentative description of the effect of the landfill, the literature is filtered and connected to get conclusions to understand the impact of the presence of landfill on the quality of clean water in the surrounding environment. Results obtained and concluded cities which are stockpiled at the final processing site (TPA), have the potential to cause environmental pollution, both surface and ground water pollution and soil pollution due to leachate.
Pembelajaran Biologi Menggunakan Problem Solving Disertai Diagram Tree Untuk Memberdayakan Kemampuan Berpikir Logis Dan Kemampuan Menafsirkan Siswa Ahmad Walid; Erik Perdana Putra; Asiyah Asiyah
IJIS Edu : Indonesian Journal of Integrated Science Education Vol 1, No 1 (2019): January 2019
Publisher : UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.036 KB) | DOI: 10.29300/ijisedu.v1i1.1398

Abstract

Problem solving  adalah metode belajar di mana siswa dilatih memiliki kemampuan merumuskan permasalahan yang kompleks dan membuat sejumlah solusi untuk kemudian merefleksikan solusi tersebut dari berbagai sudut pandang. Sintak dari Problem Solving adalah (1) pendidikan dan peserta didik menyusun permasalahan sebagai bahan belajar, (2) pendidik menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan oleh peserta didik, (3) peserta didik baik secara individu/kelompok mendapat sebuah bahan pemecahan masalah yang sama, (4) pada ahir kegiatan belajar pendidik/peserta ditunjuk menyimpulkan dan (5) pendidik dan peserta didik melakukan evaluasi proses dan hasil. Jurnal yang mendukung berjudul Penerapan Metode Pembelajaran Problem Solving Model Polya Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah. Tree Diagram(diagram pohon) adalah sebuah tipe diagram secara spesifik yang memiliki topologi network (hubungan) yang unik. (1) masalah utama dijabarkan ke dalam masalah yang lebih kecil, (2) masalah yang sudah dijabarkan itu kemudian dijabarkan lagi ke masalah yang lebih kecil, (3) mengadakan identifikasi jaringan hubungan komponen-komponen yang ada. Dukungan peneliti berjudul Aplikasi Network Pohon Dalam Tree Diagram. Pokok bahasan materi karena keanekaragaman hayati merupakan prinsip klasifikasi dan siswa dapat menafsirkan dan merupakan kompetensi yang terkait dengan KPS. Keanekaragaman hayati mempunyai nilai rendah 49,72. Melalui Problem Solving dan Diagram Pohon diharapkan dapat mendorong kemampuan berfikir logis dan kemampuan menafsirkan. Kesimpulan dari Problem Solving dan Diagram Pohon diharapkan dapat diterapkan dalam pembelajaran terutama pada materi keanekaragaman hayati untuk dapat meningkatkan kemampuan berfikir logis dan kemampuan menafsirkan. Saran perlu dilaksanakan penelitian tentang penggunaan model Problem Solving dan tehnik Diagram Pohon untuk memberdayakan berfikir logis dan menafsirkan.
Komparasi Yield Nata De Tomato Dengan Nata De Coco Berdasarkan Durasi Fermentasi Efri Gresinta; Rosa Dewi Pratiwi; Fitri Damayanti; Erik Perdana Putra
IJIS Edu : Indonesian Journal of Integrated Science Education Vol 1, No 2 (2019): July 2019
Publisher : UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (551.092 KB) | DOI: 10.29300/ijisedu.v1i2.2248

Abstract

Nata adalah bahan menyerupai gel yang terapung pada medium yang mengandung gula dan asam hasil bentukan mikroorganisme Acetobacter xylinum. Secara mikroskopik berupa massa fibril tidak beraturan yang menyerupai benang. Supaya hasil Nata berkualitas, media disesuaikan dengan syarat tumbuh (sifat fisik-kimia media) bakterinya A.xylinum. Nata de coco tanpa ZA dengan lama fermentasi 10 hari menghasilkan yield paling baik dengan ketebalan 1,1 cm dan berat 600 gram. Sedangkan pada nata de tomato dengan ZA memberikan yield terbaik dengan ketebalan0,5 cm pada lama fermentasi 10 hari. Hal ini menunjukkan bahwa ketebalan nata de coco dengan nata de tomato berbeda. Dipengaruhi oleh variasi substrat dan komposisi bahan. Pada nata de tomato, ekstrak nata tomato dicampurkan dengan air dengan perbandingan 1:4. Hal inilah yang menyebabkan yield nata de tomato dan coco berbeda. Kandungan nutrient atau glukosa pada sari buah tomat lebih sedikit dibandingkan dengan kandungan glukosa pada nata de coco.  Hasil uji organoleptik menyimpulkan bahwa : 1) Panelis lebih menyukai nata dengan tekstur kenyal yang diperoleh dari nata de coco pada hari ke-10, 2) Panelis lebih menyukai nata de coco maupun tomato dengan aroma tidak asam karena pada saat dipanen, nata  dicuci lalu direbus selama 20 menit pada suhu 100°C sehingga aroma asam pada nata hilang pada saat pencucian dan perebusan.3) Panelis lebih menyukai nata dengan rasa enak karena perbedaan lama fermentasi menghasilkan citarasa nata enak yang relatif sama.AbstractNata is a gel-like material that floats on a medium containing sugar and acid formed by the microorganism Acetobacter xylinum. Microscopically an irregular mass of fibrils that resemble threads. In order for the quality Nata results, the media are adjusted to the growth requirements (physical-chemical properties of the media) of the bacteria A.xylinum. Nata de coco without ZA with 10 days fermentation time produces the best yield with a thickness of 1.1 cm and a weight of 600 grams. Whereas the nata de tomato with ZA gives the best yield with a thickness of 0.5 cm at 10 days fermentation time. This shows that the thickness of nata de coco with nata de tomato is different. Influenced by variations in substrate and material composition. In nata de tomato, nata tomato extract is mixed with water in a ratio of 1: 4. This is what causes the yield of nata de tomato and coco to be different. Nutrient or glucose content in tomato juice is less than the glucose content in nata de coco. Organoleptic test results concluded that: 1) Panelists preferred nata with a chewy texture obtained from nata de coco on the 10th day, 2) Panelists preferred nata de coco or tomato with a non-sour aroma because when harvested, nata was washed and then boiled for 20 minutes at 100 ° C so that the acid aroma of the nata disappears during washing and boiling.3) Panelists prefer nata with good taste because the difference in fermentation time produces relatively similar delicious nata flavors..