Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Jurnal Penelitian Hasil Hutan

PENGARUH JENIS PEREKAT DAN KOMBINASI JENIS KAYU TERHADAP KETEGUHAN REKAT KAYU LAMINA Adi Santoso; Jamaludin Malik
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 23, No 5 (2005): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2005.23.5.375-384

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan tiga jenis perekat, yaitu lignin resorsinol formaldehida (LRF), tanin resorsinol formaldehida (TRF) dan fenol resorsinol formaldehida (PRF) dengan lama pengempaan yang berbeda terhadap keteguhan rekat kayu lamina dari kombinasi tiga jenis kayu, yaitu: tusam (Pillus merkusii), damar (Agathis sp.). dan gmelina (Gmelina arborea). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis perekat, jenis kayu dan interaksinya maupun lama pengempaan masing-masing berpengaruh terhadap keteguhan rekat kayu lamina. Demikian pula interaksi antara jenis perekat dengan susunan jenis kayu, jenis perekat dengan masa kempa, jenis kayu dengan masa kempa, serta jenis perekat dengan susunan jenis kayu berpengaruh terhadap keteguhan rekat kayu lamina. Hasil uji kering menunjukkan bahwa keteguhan rekat tertinggi (110,88 kg/cm2) diperoleh dari kayu lamina yang dibuat dari kombinasi jenis kayu tusam, gmelina dan damar dengan perekat LRF yang dikempa selama 8 jam. Kayu lamina yang dibuat dari kombinasi jenis kayu tersebut yang diuji pada kondisi basah, memiliki keteguha tertinggi (43,73 kg/cm2) dengan menggunakan perekat PRF dan dikempa selama 15 jam. 
PENGARUH PERLAKUAN PENDAHUULAN TERHADAP KECEPATAN PENGERINGAN KAYU MANGIUM Krisdianto Krisdianto; Jamaludin Malik
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 22, No 3 (2004): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2624.909 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2004.22.3.135-142

Abstract

One of the problems faced in mangium (Acacia mangium Willd.) wood utilization is its low drying rate. Some pre-treatment methods: steaming, boiling and microwave heating have been examined to improve its drying time. After treated with steaming, boiling and microwave heating, six various dimension of mangium samples were dried in oven. During drying process, the samples were weighed two hoursly in the first 24 hours to determine the pattern of moisture reduction. Microwave heating and boiling enhance its drying time in all sample sizes, while steaming was only effective for samples with thickness below 5 cm. Boiling leads to generate drying defects such as wrapping, twist, bow, and surface checks, while microwave heating and steaming methods caused minor drying defects.
PENGARUH UMUR POHON, POSISI BATANG, TEBAL VENIR DAN KOMPOSISI PANEL INTI SAWIT TERHADAP PRODUKSI KAYU LAPIS MINDI Jamal Balfas; Jamaludin Malik
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 38, No 3 (2020): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2020.38.3.189-198

Abstract

Penelitian ini menguji pengaruh umur pohon, posisi batang, tebal venir, dan komposisi inti panel kayu sawit terhadap produksi kayu lapis mindi.  Dolok berukuran panjang 1,3 m dipotong dari pohon sawit berumur 25 dan 32 tahun masing-masing empat batang kayu dari setiap pohon sejumlah sepuluh pohon dari masing-masing kelas umur.  Selanjutnya dikupas pada mesin spindle less rotary dengan ketebalan venir 2,5 dan 3,4 mm.  Venir sawit kering (KA 10%) dirakit menjadi dua macam komposisi panel, yaitu 3 lapis dan 5 lapis, di mana lapisan muka dan belakang menggunakan 1,2 mm venir kayu mindi (Melia azedarach). Hasil penelitian menunjukkan bahwa batang sawit umur 32 tahun memiliki nilai rendemen venir basah maupun kering lebih tinggi daripada batang sawit umur 25 tahun.  Kadar air dan kerapatan panel kayu lapis mindi berinti sawit umur 25 tahun memiliki nilai lebih rendah daripada umur 32 tahun. Nilai keteguhan rekat panel yang terbuat dari venir inti 32 tahun memiliki nilai yang lebih tinggi daripada venir inti 25 tahun. Keteguhan rekat panel 3 lapis memiliki nilai lebih tinggi daripada panel 5 lapis. Keteguhan rekat pada panel yang terbuat dari venir 2,5 mm lebih rendah dibandingkan dengan keteguhan rekat panel dengan ketebalan venir 3,4 mm.
KUALITAS REKATAN BILAH SAMBUNG JARI PADA LIMA JENIS KAYU DENGAN PEREKAT LIGNIN DAN TANIN Adi Santoso; Osly Rachman; Jamaludin Malik
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 23, No 3 (2005): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2005.23.3.187-195

Abstract

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa komponen senyawa dalam lignin dan tanin dapat dibuat kopolimer dengan resorsinol dan formaldehida membentuk resin lignin dan tanin formaldehida untuk produksi kayu lamina eksterior.Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas lignin resorsinol formaldehida dan tanin resorsinol formaldehida dalam pembuatan bilah sambung jari dari lima jenis kayu untuk bangunan perkapalan, yaitu: tempeas (Teysmanniodendron sympliciodes Kosterm), waru (Hibiscus tiliaceus L), bunyo (Trioma malaccensis Hook F.), gambir (Trigonopheura malayana Hook F.), dan rasamala (Altingia exelsa Noronha) terhadap sifat mekanisnya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak dijumpai adanya delaminasi bilah sambung jari pada kelima jenis kayu. Sifat mekanis dari bilah sambung jari dipengaruhi secara nyata oleh jenis kayu, jenis perekat dan interaksi kedua faktor tersebut.
KETEGUHAN LENTUR STATIS BALOK LAMINA DARI TIGA JENIS KAYU LIMBAH PEMBALAKAN HUTAN TANAMAN Jamaludin Malik; Adi Santoso
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 23, No 5 (2005): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7158.979 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2005.23.5.385-397

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat keteguhan lentur dan patah (MOE dan MOR) balok lamina dari kayu limbah pembalakan hutan tanaman dengan menggunakan tiga jenis perekat yaitu lignin resorsinol formaldehida (LRF), tanin resorsinol formaldehida (TRF) dan phenol resorsinol formaldehida (PRF). Kayu lamina dibuat dari komposisi tiga jenis kayu yaitu tusam (Pinus merkusii), damar (Agathis sp.). dan gmelina (Gmelina arborea).Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa kempa 8 jam menghasilkan nilai MOE lebih besar sedangkan masa kempa 12 jam meningkatkan MOR. Komposisi jenis terbaik dari kayu lamina berdasarkan MOE dan MOR-nya adalah agatis-agatis-agatis pada masa kempa 8 jam. Ketiga jenis kayu limbah pembalakan memiliki sifat perekatan yang baik dan cocok dibuat produk kayu rekonstitusi khususnya kayu lamina tipe eksterior untuk keperluan struktural. 
SIFAT PEMESINAN LIMA JENIS KAYU DOLOK DIAMETER KECIL DARI JAMBI Jamaludin Malik; Osly Racbman
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 20, No 5 (2002): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2002.20.5.401-412

Abstract

This paper deals with a study in machining properties of small diameter log of five wood species, i.e. mahang (Macaranga pruinosa Muell. Arg.), medang kuning (Litsea sp.), bayur (Pterospermum diversifolium Bl.), balam merah (Palaquium gutta Baill.), and merkubung (Macaranga gigantea Muell. Arg) using LPHH (1976) Standard and modified ASTM D 1666-64.The results revealed that in planing aspect, mahang, medang, balam, and merkubung belonged to class I (very good); Bayur to class II (good). In shaping aspect. mahang and balam belonged lo class 1, bayur and merkubung to class II. and medang to class Ill (moderate). In turning aspect, balam belonged to class I and mahang lo class V; medang, bayur and merkubung lo class II. In boring aspects, medang and bayur belonged to class II; balam to class III; mahang and merkubung to class IV (poor). In sanding aspect all wood species belonged to class I. All these wood species may be suitable for furniture and other secondary industry.