Reni Triposa
Sekolah Tinggi Teologi Sangkakala

Published : 33 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

Menerapkan Matius 5:13 Tentang Garam Dunia di Tengah Era Disrupsi Yonatan Alex Arifianto; Reni Triposa; Daniel Supriyadi
SHAMAYIM: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 1, No 1 (2020): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Yerusalem Baru, Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.094 KB) | DOI: 10.51615/sha.v1i1.7

Abstract

AbstractSpiritual growth to be a blessing and influence and impact on others cannot be separated from the challenges of life. And it is part of the believer's role to be able to color and make himself a useful person. Yet the church and the believers experienced divisions that created conflict and contention so that the church could not speak or give anything to a divided, corrupted world. With the background of the problem, the author uses a library research method with a descriptive quantitative approach. So the author concludes that the role of believers as the salt of the world in Matthew 5:13, in the midst of an era of disruption, is the first Christianity that does not become tasteless. Second, Christianity must function like salt and third, Christianity must glorify God in its life. By applying to all believers, the role of Christians as the salt of the earth has an impact.Key words: Salt Of The World, Believers, The Role Of Christianity AbstrakPertumbuhan rohani untuk menjadi berkat dan pengaruh serta berdampak bagi sesama tidak lepas dari tantangan kehidupan. Dan hal itu sebagai bagian peran orang percaya untuk dapat mewarnai dan menjadikan dirinya sebagai orang yang berguna. Namun gereja dan orang percaya mengalami perpecahan yang menimbulkan konflik dan pertengkaran sehingga gereja tidak bisa berbicara atau memberikan apa-apa kepada dunia yang terpecah, rusak. Dengan latar belakang permasalahan, penulis menggunakan metode penelitian pustaka dengan pendekatan kuantitatif deskriptif. Maka penulis dengan mendapatkan kesimpulan bahwa   peran orang percaya sebagai garam dunia dalam Matius 5: 13, ditengah era disrupsi adalah pertama kekristenan yang tidak menjadi tawar. Kedua Kekristenan harus berfungsi seperti garam dan yang ketiga, Kekristenan harus memuliakan Tuhan dalam hidupnya. Dengan mengaplikasikan bagi semua orang percaya peran orang kristen sebagai garam dunia yang berdampak.Kata kunci: Garam Dunia, Orang Percaya, Peran Kekristenan 
Aplikasi Teori Kecerdasan Majemuk Pada Mata Pelajaran PAK Di Sekolah Inklusi Sumiati Sumiati; Steaven Octavianus; Reni Triposa
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 1 (2021): SEPTEMBER
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.117 KB) | DOI: 10.54592/jct.v1i1.10

Abstract

In the application of the theory of multiple intelligences to PAK subjects, it is a process of students in knowing the intelligence of students, through the theory it helps students find their intelligence in the learning that has been given. The author uses the library method, it can be concluded that the application of the theory of multiple intelligences Christian religious education is possible. This is done to find out and develop the theory of multiple intelligences through the process of religious education. So that the application of multiple intelligences through Christian religious education includes the concept of multiple intelligences, the availability of time and the ability to utilize learning resources. As well as the ability with the chosen method. because the application of methods to develop one type of intelligence will differ at different levels of development.Keywords : Multiple Intelligences, Christian Education, Religious Education, Inclusion AbstrakDalam aplikasih teori kecerdasan majemuk pada mata pelajaran PAK merupakan suatu proses peserta didik dalam mengetahui kecerdasaan yang dimiliki peserta didik, melalui teori tersebut membantu peserta didik dalam menemukan kecerdasannya dalam pembelajaran yang telah diberikan. Penulis menggunakan metode pustaka dalam kajian ini. Uraian pada artikel ini menyimpulkan aplikasi kecerdasan ganda dapat diimplementasikan dalam pembelajaran pendidikan agama Kristen. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan mengembangkan teori kecerdasan majemuk melalui proses pendidikan agama. Penerapan kecerdasan majemuk melalui pendidikan agama Kristen diantaranya konsep mengenai kecerdasan majemuk, ketersediaan waktu dan kemampuan memanfaatkan sumber belajar, serta kemampuan dengan metode yang dipilih. Karena itu penerapan metode untuk mengembangkan satu jenis kecerdasan akan berbeda pada tingkat perkembangan yang berbeda.Kata kunci : Kecerdasan Majemuk, Pendidikan Kristen, Pendidikan Agama, Inklusi
Strategi Guru PAK dalam Membangun Pancasila sebagai Paradigma Integrasi Bangsa terhadap Peserta Didik di Era Milenial Reni Triposa; Yonatan Alex Arifianto
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 1 (2021): September 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i1.166

Abstract

Abstract: Without realizing it, the millennial era with technological sophistication brings students to be influenced by wrong associations which will unconsciously bring about the disintegration of the nation. Therefore, teachers of Christian religious education can have strategies in bringing students to build their nationality through the paradigm of national integration based on Pancasila. through technological advances. and having used descriptive qualitative methods with a literature study approach, it can be concluded that the PAK teacher's strategy in building Pancasila as a paradigm of Nation integration towards students in the millennial era is to understand the degradation or moral decadence in the millennial era which continues to increase. For this reason, Christian Religious Education Teachers actualize the view of Pancasila as the basis for developing the integration of the Nation and also see that there is no theological debate on the value of Pancasila in the theological ethical perspective. From this, teachers have the basis to play a role in Guru Pak's strategy in the Actualization of National Integration in the millennial era, with the following steps: First, they are able to grow the faith of students who are increasingly mature. Second, it teaches to love each other and get rid of all bullying and improper behavior of students in respecting their nation's leaders. Third, provide an example in using social media and everything related to the internet of think. Abstrak: Tanpa disadari era milenial dengan kecanggihan teknologi membawa peserta didik terpengaruh dengan pergaulan yang salah yang secara tidak sadar akan membawa disintegrasi bangsa. Oleh karena itu guru pendidikan agama kristen dapat memiliki strategi dalam membawa peserta didik membangun kebangsaannya melalaui paradigma integrasi bangsa yang berlandaskan Pancasila. Melalui kemajuan teknologi dan memiliki menggunakan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi pustaka dapat disimpulkan bahwa strategi guru PAK dalam membangun Pancasila sebagai paradigma integrasi bangsa terhadap peserta didik di era milenial adalah memahami degradasi atau dekadensi moral di era milenial yang terus meningkat. Untuk itu Guru Pendidikan Agama Kristen mengaktualisasikan pandangan Pancasila sebagai dasar pembangunan integrasi bangsa dan juga melihat tidak ada perdebatan teologis dalam nilai Pancasila dalam perspektif  etis teologis. Dari hal tersebut guru memiliki dasar untuk berperan dalam strategi Guru Pak dalam aktualisasi integrasi bangsa di era milenial dengan langkah: Pertama, mampu menumbuhkan  iman peserta didik yang semakin  dewasa. Kedua, mengajarkan untuk saling mengasihi dan membuang segala perundungan, dan prilaku yang tidak benar peserta didik dalam menghormati pemimpin bangsanya. Ketiga, memberikan keteladan dalam mengunakan sosial media dan segala berhubungan dengan internet of things.  
Aktualisasi Pancasila dalam PAK: Penguatan Bela Negara dan Jati diri Bangsa Menghadapi Superioritas dan Fundamentalisme atas Nama Agama Tan Lie Lie; Yonatan Alex Arifianto; Reni Triposa
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.249

Abstract

Persoalan deskriminasi dan intoleransi yang diakibatkan pemahaman agama di ruang publik tidak memprioritaskan kebersamaan. Bahkan faham fundamentalisme yang mencoba memengaruhi anak bangsa untuk keluar dari marwah hidup yang pluralisme, sebagai ancaman yang nyata bagi generasi kedepannya. Peran penting dalam mereduksi superioritas agama  melalui aktulisasi pancasila menjadi tujuan dalam penelitian ini. Mengunakan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi pustaka dapat menjawab aktualisasi pancasila bagi kekristenan menjadikan umat Kristen sadar pentingnya menjaga jati diri bangsa dengan prioritas bela negara  melawan perkembangan superioritas dan fundamentalisme mengatasnamakan agama. Kesimpulan dari hasil pembahasan artikel ini adalah aktualisasi Pancasila dalam PAK: sebagai penguatan terhadap bela Negara dan sebagai Jati diri Bangsa dalam menghadapi Superioritas dan Fundametalisme atas Nama Agama. Diperlukan pemahaman bahwa Pancasila merupakan dasar hukum yang harus diterapkan bagi kehidupan bermasyarakat.  Untuk itu sebagai bagian dari makluk sosial dan beragama, Kekristenan dalam peran pendidikan agama Kristen turut membela bangsa dan negaranya dari berbagai ancaman termasuk sesama anak bangsa yang menginginkan perubahan ideologi negara.  Kekristenan juga dapat memprioritaskan bela negara dan pentingnya jati diri Bangsa sebagai bagian dari kerinduan Yesus bagi umatNya untuk menjadi terang dan garam. Maka diperlukan  sinergi Pancasila dan PAK sebagai upaya mereduksi  superiotas dan  fundamentalisme agama. Sehingga penelitian ini dapat memberikan wawasan dan sikap yang mengedepankan jati diri bangsa dan bela negara dalam bermasyarakat sebagai bagian mereduksi superioritas atas nama agama dan fundamentalisme.
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN DARING DI TENGAH PANDEMI COVID-19 Markuat; Reni Triposa; Yonatan Alex Arifianto
Metanoia Vol 3 No 2 (2021): Metanoia Juni 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Duta Panisal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55962/metanoia.v3i2.49

Abstract

Increasing interest in learning is the most important element in shaping the attitudes, character and enthusiasm of students to sharpen knowledge and intellect in line with technological advances. This study uses a qualitative approach with descriptive methods and analyzes the data using a literature study, which can provide information on objectives and clear understanding in increasing interest in learning Christian religious education during the Covid-19 pandemic. In this study also provides useful results for researchers as well as for educators and students to find out how important it is to increase interest in the learning process. This learning provides encouragement for students to be even more active in seeking to explore knowledge and experience independently at home because during this pandemic the government has stipulated a rule that schools cannot carry out face-to-face learning with students and students are encouraged to learn from home with assistance. guidance from each parent so that the process of student teaching and learning activities is improved and runs well.
Menanamkan Kerukunan di Tengah Masyarakat Multikultural Melalui Pendidikan Kristiani Paulus Purwoto; Reni Triposa; Yusak Sigit Prabowo
KHARISMATA: Jurnal Teologi Pantekosta Vol 4, No 1: Juli 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Alkitab Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47167/kharis.v4i1.90

Abstract

The harmony that has been torn so far as a result of the ethnicity, religion, race, and inter-group relations (SARA) conflict threatens the diversity of the nation. Even the horizontal conflicts that have occurred so far have caused wounds and trauma for all communities. This study aims to provide understanding for pastors, teachers, and believers so that they can play a role in the scope of Christian religious education to be able to emphasize the value of harmony in a multicultural society. Through a descriptive qualitative method with a literature study approach, the researcher tries to answer the research problem by searching for literature sources, both books, and journals, that correlate with the research problem. The conclusion of this study is the first by understanding the value of wisdom and the importance of maintaining harmony in society, Christians can contribute to actualizing the meaning of harmony, both internally and amid religious communities within Indonesia. Second, Christian religious education can be used as a medium in instilling and actualizing the value of harmony in a biblical perspective in a multicultural society. The three people believe that they can provide education in the community and family so that they are expected to become actors of tolerance in a pluralistic society.AbstrakKerukunan yang terkoyak selama ini akibat adanya konflik SARA mengancam kemajemukan bangsa. Bahkan konflik horizontal yang terjadi selama ini menimbulkan luka dan trauma bagi semua masyarakat. Penelitian  ini bertujuan untuk  memberikan pengertian bagi gembala, guru dan orang percaya sehingga dapat berperan dalam lingkup pendidikan agama Kristen untuk dapat menanankan nilai kerukunan di tengah masyarakat multikultural. Melalui  metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi pustaka, penulis berusaha untuk menjawab permasalahan yang terdapat dalam penelitian dengan mencari kajian dari berba-gai sumber literatur baik buku maupun jurnal yang berkorelasi dengan masalah penelitian. Kesimpulan penelitian ini adalah yang pertama dengan memahami nilai kearifan dan pen-tingnya menjaga kerukunan dalam bermasyarakat, orang Kristen dapat berkonribusi  dalam mengaktualisasikan makna kerukunan, baik dalam lingkup intern maupun antarumat beraga-ma di Indonesia. Kedua,  Pendidikan Agama Kristen dapat dipakai sebagai media dalam me-nanamkan dan mengaktualisasi nilai  kerukunan dalam persepektif Alkitabiah di tengah ma-syarakat multikultural. Ketiga orang percaya dapat memberikan edukasi dalam komunitas maupun keluarga sehingga  diharapkan dapat menjadi pelaku toleransi dalam masyarakat  majemuk.
Sosiologi Pluralisme dalam Pendidikan Agama Kristen: Upaya Membangun Kesatuan Bangsa Yonatan Alex Arifianto; Andreas Fernando; Reni Triposa
Jurnal Shanan Vol. 5 No. 2 (2021): Oktober
Publisher : UKI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.576 KB) | DOI: 10.33541/shanan.v5i2.3294

Abstract

Indonesia has experienced religious conflicts and brought about alarming humanitarian impacts. The horizontal conflict has pushed into the joints of destroying the pillars of the nation's integrity. Moreover, conflict destroys harmony, therefore the author's aim was to describe pluralism through the perspective of Christian religious education as an effort to bring generations to continue to build the nation and maintain its integrity. The writing of this article used a descriptive qualitative method with a literature study approach related to the sociology of religious pluralism in the perspective of Christian religious education as an effort to build national unity. The findings of this study are firstly the sociology of pluralism starting from recognizing and understanding the nature of pluralism and understanding all the values ​​of pluralism. Second, all believers, especially teachers and students, see and understand that pluralism in the concept of Christian Religious Education is not contradictory to what is done by people and organizations that promote pluralism, but it needs to be emphasized that pluralism in agreement is only to maintain and build the integrity of the nation. Third, on this basis, Christianity, in this case the role of Christian religious education, must be actualized in social life in pluralism.
Gereja dan Pendidikan Kristen: Ekspresi Iman Mengatasi Isu Pemanasan Global pada Ruang Virtual dan Dunia Nyata Carolina Etnasari Anjaya; Reni Triposa; Alfinny Jelie Runtunuwu
JURNAL TERUNA BHAKTI Vol 4, No 1: Agustus 2021
Publisher : SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN TERUNA BHAKTI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47131/jtb.v4i1.93

Abstract

Global warming is one of the serious threats to the world related to the environment and human survival. Global warming requires lifelong prevention efforts, therefore the church as a Christian community has a responsibility in it as a form of implementing God's cultural mandate. This study aims to describe the role of the church in efforts to prevent global warming through education by establishing relationships and utilizing virtual space. The research method uses a descriptive qualitative approach with library research techniques. The results of the study conclude that the church can play an active role in preventing global warming which is formulated in the Christian education curriculum. Some strategies that can be implemented include: first, implementing integrated ecological theological education in the church. Second, form a real community and program as a concrete effort in society by using technology optimally. Third, establish cooperative relations with the community, educational institutions, and the business world in terms of preventing global warming. Fourth, conduct periodic evaluations as a form of the church's seriousness in this issue.  AbstrakPemanasan global menjadi salah satu ancaman serius bagi dunia terkait dengan lingkungan dan kelangsungan hidup manusia. Pemanasan global membutuhan upaya pencegahan seumur hidup, oleh karenanya gereja sebagai komunitas orang Kristen memiliki tanggungjawab di dalamnya sebagai wujud pelaksanaan mandat budaya Tuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran gereja dalam usaha pencegahan pemanasan global melalui pendidikan dengan menjalin relasi dan pemanfaatan ruang virtual. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik studi pustaka. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa gereja dapat berperan aktif untuk mencegah pemanasan global yang dirumuskan dalam kurikulum pendidikan Kristen dan mem-bangun sinergitas. Beberapa strategi yang dapat dijalankan antara lain: pertama, menerapkan pen-didikan teologi ekologi yang terintegrasi dalam gereja. Kedua, membentuk komunitas dan program nyata sebagai upaya konkret dalam masyarakat dengan pemanfaatan teknologi secara optimal. Ketiga, menjalin relasi kerjasama dengan masyarakat, lembaga pendidikan dan dunia usaha dalam hal pencegahan pemanasan global. Keempat, melakukan evaluasi berkala sebagai bentuk keseriusan gereja dalam isu ini.
Konstrukti Moderasi Beragama melalui Pembacaan Matius 23:25-32 Reni Triposa; Broto Yulianto
JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO Vol 4, No 2: Januari 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46929/graciadeo.v4i2.100

Abstract

In Christianity, a friendly religious attitude has a much deeper meaning than the general meaning. According to the teachings of the Bible, this attitude is not limited to a duty to be carried out but is an inherent necessity of life for believers. The purpose of this research is to present a friendly religious construction through meditation in the Gospel of Matthew 23:25-32. This is important to convey considering that nowadays disharmony in life is increasing as a result of the appreciation and practice of religions that do not contain the truth. The research method uses descriptive qualitative with a hermeneutic approach. The results of the research found that a friendly religion according to God's teachings contains a noble element, namely self-awareness as a weak creature who is completely dependent on God. The main principle of friendly religion according to the theological study of Matthew 23 is the need for a foundation that is in accordance with the truth of God's word, namely a perspective on oneself as a weak sinful creature and a perspective on others as friends who must be loved and appreciated as God loves. AbstrakDalam Kekristenan sikap beragama yang ramah memiliki makna yang jauh lebih mendalam dari makna secara umum. Sesuai ajaran Alkitab, sikap tersebut bukan sebatas sebagai  tugas untuk dijalankan namun merupakan  kebutuhan hidup yang melekat bagi umat percaya. Tujuan riset ini  adalah menuangkan kontruksi beragama yang ramah melalui perenungan dalam Injil Matius  23:25-32. Hal ini penting disampaikan mengingat saat ini disharmonisasi kehidupan semakin meningkat sebagai akibat penghayatan dan pengamalan agama yang tidak memuat kebenaran. Metode riset mempergunakan deskriptif kualitatif dengan pendekatan hermeneutik. Hasil riset menemukan bahwa beragama yang ramah sesuai ajaran Tuhan mengandung unsur mulia yaitu kesadaran diri sebagai makhluk lemah yang bergantung sepenuhnya pada Tuhan. Prinsip utama  beragama yang ramah menurut Kajian Matius 23 secara teologis adalah dibutuhkannya landasan yang sesuai kebenaran firman Tuhan yaitu cara pandang terhadap diri pribadi sebagai makhluk berdosa yang lemah dan cara pandang terhadap sesama sebagai sahabat yaang harus dikasihi serta dihargai sebagaimana Tuhan mengasihi.
Strategi Guru PAK dalam Membangun Pancasila sebagai Paradigma Integrasi Bangsa terhadap Peserta Didik di Era Milenial Reni Triposa; Yonatan Alex Arifianto
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 1 (2021): September 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i1.166

Abstract

Abstract: Without realizing it, the millennial era with technological sophistication brings students to be influenced by wrong associations which will unconsciously bring about the disintegration of the nation. Therefore, teachers of Christian religious education can have strategies in bringing students to build their nationality through the paradigm of national integration based on Pancasila. through technological advances. and having used descriptive qualitative methods with a literature study approach, it can be concluded that the PAK teacher's strategy in building Pancasila as a paradigm of Nation integration towards students in the millennial era is to understand the degradation or moral decadence in the millennial era which continues to increase. For this reason, Christian Religious Education Teachers actualize the view of Pancasila as the basis for developing the integration of the Nation and also see that there is no theological debate on the value of Pancasila in the theological ethical perspective. From this, teachers have the basis to play a role in Guru Pak's strategy in the Actualization of National Integration in the millennial era, with the following steps: First, they are able to grow the faith of students who are increasingly mature. Second, it teaches to love each other and get rid of all bullying and improper behavior of students in respecting their nation's leaders. Third, provide an example in using social media and everything related to the internet of think. Abstrak: Tanpa disadari era milenial dengan kecanggihan teknologi membawa peserta didik terpengaruh dengan pergaulan yang salah yang secara tidak sadar akan membawa disintegrasi bangsa. Oleh karena itu guru pendidikan agama kristen dapat memiliki strategi dalam membawa peserta didik membangun kebangsaannya melalaui paradigma integrasi bangsa yang berlandaskan Pancasila. Melalui kemajuan teknologi dan memiliki menggunakan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi pustaka dapat disimpulkan bahwa strategi guru PAK dalam membangun Pancasila sebagai paradigma integrasi bangsa terhadap peserta didik di era milenial adalah memahami degradasi atau dekadensi moral di era milenial yang terus meningkat. Untuk itu Guru Pendidikan Agama Kristen mengaktualisasikan pandangan Pancasila sebagai dasar pembangunan integrasi bangsa dan juga melihat tidak ada perdebatan teologis dalam nilai Pancasila dalam perspektif  etis teologis. Dari hal tersebut guru memiliki dasar untuk berperan dalam strategi Guru Pak dalam aktualisasi integrasi bangsa di era milenial dengan langkah: Pertama, mampu menumbuhkan  iman peserta didik yang semakin  dewasa. Kedua, mengajarkan untuk saling mengasihi dan membuang segala perundungan, dan prilaku yang tidak benar peserta didik dalam menghormati pemimpin bangsanya. Ketiga, memberikan keteladan dalam mengunakan sosial media dan segala berhubungan dengan internet of things.