Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis jacq) TERHADAP INTERVAL PEMBERIAN PUPUK HAYATI Putu Wandika; Sukriming Sapareng; Sitti Maryam Yasin
Journal TABARO Agriculture Science Vol 3, No 2: DESEMBER 2019
Publisher : Universitas Andi Djemma Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (531.768 KB) | DOI: 10.35914/tabaro.v3i2.302

Abstract

Penelitian bertujuan mengetahui interval pemberian pupuk hayati bio nano yang terbaik pada pertumbuhan bibit kelapa sawit di pembibitan awal. Penelitian dilakukan dalam bentuk percobaan lapangan yang menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri atas 5 perlakuan yaitu tanpa pemberian pupuk hayati, pemberian pupuk hayati tiap 1, 2, 3, dan 4 minggu. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali dan terdiri atas 3 unit satuan percobaan sehingga terdapat 45 tanaman. Pemberian pupuk hayati bio nano tiap satu minggu memberikan pengaruh terbaik terhadap tinggi tanaman umur 1 – 3 BST, masing-masing 18.05 cm, 26.05 cm dan 35.55 cm, jumlah daun yaitu 4,00, 5,11 dan 7,11 helai, dan diameter batang yaitu 3.88 cm, 7.33 cm dan 11.22 cm, serta bobot yaitu 7,00 gram
KARAKTERISTIK PADI LOKAL AROMATIK DI KECAMATAN SEKO Taruna Shafa Arzam AR; Sitti Maryam Yasin; Sukriming Sapareng; Rino Rino; Muh Yusuf Idris; Yasmin Yasmin
Journal TABARO Agriculture Science Vol 1, No 2: DESEMBER 2017
Publisher : Universitas Andi Djemma Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.684 KB) | DOI: 10.35914/tabaro.v1i2.29

Abstract

Penelitian ini bertujuan membedakan karakter aroma padi lokal Seko yang ditanam pada dataran tinggi. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Seko Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan.  Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja setelah menilai kelayakan lokasi (Judgement Sampling). Data primer diperoleh secara langsung dari lapangan dengan mengamati dari kelima hamparan jenis padi lokal aromatik Seko. Pengujian aroma dilakukan dengan dua cara yaitu dimasak dan tabung reaksi. Pengamatan kedua terhadap karakteristik morfologi dan agronomi. Pengujian dengan metode dimasak menampilkan karakter aroma dengan golongan aromatik yang lebih banyak daripada aroma sedang, sedangkan pada pengujian metode tabung reaksi menampilkan golongan aromatik yang lebih sedikit karena faktor jumlah beras yang digunakan lebih sedikit sehingga aroma yang tercium menjadi lebih lemah. Padi lokal Seko memiliki sifat-sifat morfologis yang spesifik, mulai dari daun, batang, malai, gabah dan beras dengan rasa nasi wangi dan pulen. Dengan perbaikan teknik budidaya, potensi hasil dapat mencapai 5,2 sampai 7,0 t/ha GKP. Untuk pelestarian dan pengembangan lebih lanjut, diperlukan usaha penangkaran padi jenis ini agar tetap terjaga keberadaannya.
PENILAIAN KUALITAS KOMPOS JERAMI PADI DAN PERANAN BIODEKOMPOSER DALAM PENGOMPOSAN Idawati Idawati; Rosnina Rosnina; Jabal Jabal; Sukriming Sapareng; Yasmin Yasmin; Sitti Maryam Yasin
Journal TABARO Agriculture Science Vol 1, No 2: DESEMBER 2017
Publisher : Universitas Andi Djemma Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.357 KB) | DOI: 10.35914/tabaro.v1i2.30

Abstract

Pemberian kompos pada tanah dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti pembentukan agregat atau granulasi tanah serta meningkatkan permiabilitas dan porositas tanah. Karena itu, peningkatan produktivitas padi perlu dipacu dengan penambahan bahan organik seperti kompos jerami. Penelitian menggunakan 9 kotak kompos dengan menggunakan bahan jerami padi. Jerami padi diambil dari daerah Tampalla Kecamatan Bone-bone  Kabupaten Luwu Utara, Indonesia. Penelitian dilakukan dalam bentuk eksperimen dengan Rancangan Acak Kelompok, tiga kali ulangan dan tiga perlakuan. Perlakuan biodekomposer (B), terdiri dari Tanpa Biodekomposer (B0), Promi (B1) dan EM-4 (B3). Pengambilan contoh kompos pada akhir percobaan ketika kompos dianggap telah matang untuk analisis sifat kimia serta kandungan senyawa organik. Pemberian biodekomposer promi dan EM4 pada proses pengomposan limbah jerami padi dapat meningkatkan laju pengomposan. Hal ini dapat dilihat dari parameter penurunan suhu (proses pematangan) yang lebih cepat dibanding kontrol, rasio C/N yang memiliki nilai lebih rendah dibanding kontrol, dan kadar unsur hara lebih tinggi dibanding kontrol
PEMANFAATAN Hydrilla verticillata (L.f.) Royle SEBAGAI PUPUK HIJAU UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) Marwan Marwan; Sitti Maryam Yasin; Naima Haruna
Journal TABARO Agriculture Science Vol 1, No 1: MEI 2017
Publisher : Universitas Andi Djemma Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (540.189 KB) | DOI: 10.35914/tabaro.v1i1.14

Abstract

Hydrilla verticillata (L. f.) Royle adalah merupakan salah satu tumbuhan air yang banyak ditemukan tumbuh di perairan yang tergenang seperti sawah dan rawa-rawa. Keberadaan tanaman ini dalam jumlah banyak dapat menghalangi laju aliran air sehingga tumbuhan ini sering dicabut dan dibuang begitu saja. Tumbuhan hydrilla mengandung Nitrogen 1,37 % dan Karbon Organik 14,47% sehingga berpotensi untuk dijadikan sebagai pupuk hijau yang dapat diberikan pada tanaman baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk kompos. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian Hydrilla verticillata (L. f.) Royle sebagai pupuk hijau terhadap pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L). Penelitian dilaksanakan di Desa Bungadidi Kecamatan Tanalili Kabupaten Luwu Utara yang berlangsung pada bulan Juli-September 2016. Penelitian dilaksanakan dalam bentuk percobaan yang disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan yaitu tanpa pemberian hydrilla (kontrol=P0), pemberian hydrilla segar 200 g/polybag (P1), 400 g/polybag (P2), dan 600 g/polybag (P3), pemberian hydrilla yang dikomposkan  200 g/polybag (P4), 400 g/polybag (P5), dan 600 g/polybag (P6).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian hydrilla yang dikomposkan dengan dosis 600 g/polybag mengakibatkan pertumbuhan bibit kakao menjadi lebih baik yaitu jumlah daun lebih banyak (9,6 helai), bibit lebih tinggi (30,3 cm), diameter batang lebih besar (5,2 mm) dan volume akar lebih banyak (6,6 ml).