Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

SISTIM BUDIDAYA LORONG (ALLEY CROPPING) PADA PERTANAMAN KAKAO DENGAN TANAMAN NILAM DI KECAMATAN MALANGKE KABUPATEN LUWU UTARA Sapareng, Sukriming
Jurnal BALIRESO Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Jurnal BALIRESO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.339 KB)

Abstract

Its objective is to provide knowledge and skills to the group of partners to increase the capability cultivation technology systems patchouli Alley Cropping on the sidelines of cocoa cropping, and produce quality patchouli oil products from the harvest and post-harvest handling is optimal. Alley Cropping system as part of efforts to increase the income of cocoa farmers through the use of empty space in between cocoa cropping. The method used is the counseling and training with material knowledge of basic techniques Alley Cropping systems and knowledge in harvesting and postharvest handling of patchouli. In addition, it is expected an increase in the cultivation of partner skills Alley Cropping system patchouli on the sidelines of cocoa cropping. Of the activities carried out can be concluded that the concept of Alley Cropping received enough good of the citizens to be applied on cocoa plantations. Knowledge of patchouli cultivation techniques applied include the selection of superior varieties, breeding, maintenance techniques, reduction and prevention of pests and diseases, cover and lighting requirements for patchouli, and staple crops and plant maintenance stream.
Optimalisasi Ukuran Dan Jenis Polybag Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Di Pre Nursery Rosnina Rosnina; Sukriming Sapareng; Idawati Idawati
AGROVITAL : Jurnal Ilmu Pertanian Vol 3, No 2 (2018): Agrovital Volume 3, Nomor 2, November 2018
Publisher : Universitas Al Asyariah Mandar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35329/agrovital.v3i2.204

Abstract

Pembibitan tanaman kelapa sawit dapat dilakukan melalui satu tahap pembibitan (single stage) atau dua tahap  pembibitan (double stage). Kedua sistem pembibitan tersebut membutuhkan tanah lapisan atas (top soil) untuk mengisi polybag sebagai tempat menanam kecambah dan membesarkan bibit kelapa sawit sebagai bahan tanam di lapangan. Masalah utama yang akan timbul pada masa kini dan  mendatang untuk mengembangkan lahan perkebunan kelapa sawit adalah pemindahan top soil dari satu tempat ke tempat lain. Top soil digunakan sebagai media tumbuh bibit kelapa sawit karena memiliki sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang baik untuk pertumbuhan bibit selama di pembibitan. Hasil penelitian melaporkan bahwa kebutuhan media tumbuh pada tahap pembibitan awal (pre nursery) membutuhkan 0,001 m3top soil/polybag kecil (ukuran polybag kecil berdiameter 10 cm  dengan tinggi 14 cm) dan 0.016  m3top soil/polybag besar (ukuran polybag besar berdiameter 23 cm dan tinggi 40 cm).  Areal tanaman kelapa sawit seluas 1.000 ha dengan populasi 136 tanaman/ha ditambah sulaman 10% membutuhkan ± 150.000 bibit, dengan kebutuhan media tumbuh top soil yang sudah dipergunakan sebanyak 2.400 m3 atau setara dengan luas areal 16.000 m2 (1,6 ha), dengan kedalaman top soil 15 cm. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran dan jenis polibeg yang terbaik terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit di pre nursey serta tingkat efisiensi penggunaan polibeg. Penelitian akan dilaksanakan pada lahan milik petani di Desa Pattimang, Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan. Percobaan dilakukan dalam bentuk eksperimen menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan perlakuan satu faktor yaitu ukuran dan jenis baby polybag, yaitu polibeg hitam standar Pre Nursery (kontrol) (22 cm x 14 cm), polibeg kecil bening (18 cm x 9.5 cm), polibeg kecil hitam (15 cm x 5 cm), polibeg kecil bening (13 cm x 6 cm), dan plastik gelas. Percobaan diulang sebanyak 3 ulangan, sehingga terdapat 15 unit percobaan. Setiap unit percobaan terdiri dari 5 tanaman sehingga jumlah bibit yang digunakan yaitu 75 bibit kelapa sawit. Pengamatan yang dilakukan yaitu pertumbuhan (morfologi) yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, dan fisiologi meliputibobot basah tajuk, bobot kering tajuk dan bobot basah akar, bobot kering akar, dan analisis tanah  dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Penggunaan berbagai jenis wadah meningkatkan pertumbuhan parameter morfologi tanaman (tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun) di pre nursery. Perlakuan terbaik berdasarkan peubah morfologi tanaman adalah polibeg hitam standar Pre Nursery, tetapi bisa digantik dengan plastik gelas bekas.
PEMANFAATAN LIMBAH BATANG PISANG SEBAGAI SUMBER MIKROORGANISME LOKAL (MOL) UNTUK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CABE Sukriming Sapareng; Taruna Shafa Arzam
JURNAL GALUNG TROPIKA Vol 5 No 3 (2016)
Publisher : Fapetrik-UMPAR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (88.38 KB) | DOI: 10.31850/jgt.v5i3.185

Abstract

Masalah yang dihadapi dalam peningkatan produksi pertanian adalah semakin berkurangnya lahan yang subur, penggunaan benih lokal yang terus menerus, dan serangan hama dan penyakit. Hal ini disebabkan karena meningkatnya pencemaran akibat penggunaan bahan kimia yang berlebihan. Pemakaian pupuk anorganik dan pestisida kimia yang tidak sesuai dengan anjuran, pemakaian pestisida selalu diikuti dengan pertimbangan ekonomi dan berdampak pada lingkungan, sehingga dibutuhkan alternatif yang aman bagi lingkungan dan konsumen. Salah satu alternatif adalah penggunaan mikroorganisme lokal (MOL) limbah batang pisang yang digunakan sebagai starter dalam pembuatan bokashi dan kompos. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi MOL batang pisang dan bahan organik terhadap pertumbuhan dan produksi cabe merah. Penelitian dilaksanakan di Desa Pattimang Kecamatan Malangke Kabupaten Luwu Utara, dengan menggunakan Rancangan Faktorial dua faktorial. Faktor pertama yaitu bahan organik, meliputi tanpa bahan organik, bokashi, dan kompos. Faktor kedua adalah dosis MOL batang pisang meliputi tanpa perlakuan MOL, dosis MOL 0.5 ml.l-1 air, dan dosis MOL 1.0 ml.l-1 air. Parameter pengamatan yaitu pertambahan tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah buah dan berat buah per tanaman. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan kompos dan dosis MOL batang pisang 1 ml.l-1 air dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabe merah.
PENGARUH DEKOMPOSER Trichoderma harzianum dan Pleurotus ostreatus (Tri-Po) TERHADAP PENGOMPOSAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT Akmal Akmal; Sukriming Sapareng; Taruna Shafa Arzam AR
Journal TABARO Agriculture Science Vol 5, No 2: DESEMBER 2021
Publisher : Universitas Andi Djemma Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35914/tabaro.v5i2.1020

Abstract

Penelitian ini difokuskan pada kemampuan Trichoderma harzianum + Pleurotus ostreatus (Tri-Po) sebagai dekomposer dalam pembusukan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) menjadi kompos, sehingga dapat digunakan sebagai pupuk organik yang bernilai ekonomis. Tahapan pengomposan tandan kosong kelapa sawit dengan perlakuan Trichoderma harzianum + Pleurotus ostreatus adalah pencacahan, inokulasi, inkubasi, pembubutan, dan pemanenan. Selama proses pengomposan dilakukan selama ± 60 hari, dilakukan pengamatan terhadap sifat fisik kompos meliputi perubahan suhu, kadar air, pH dan C/N ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama proses pengomposan terjadi perubahan suhu, kadar air, pH dan rasio C/N kompos yang menurun dan hampir stabil pada akhir proses pengomposan. Perubahan ini disebabkan adanya aktivitas mikroorganisme dalam mendegradasi bahan organik, senyawa asam seperti karboksilat dan fenol serta mineralisasi senyawa organik lainnya seperti protein, asam, dan peptida dari tandan kosong kelapa sawit. Trichoderma harzianum + Pleurotus ostreatus mampu mendegradasi tandan kosong kelapa sawit dengan hasil degradasi terbaik dan berperan dalam memperoleh selulosa sebagai bahan baku untuk menghasilkan produk bernilai tambah seperti kompos dan dapat menurunkan rasio C/N dengan mengkonversi C organik menjadi CO2 dan hilangnya Nitrogen dalam bentuk NH3
RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis jacq) TERHADAP INTERVAL PEMBERIAN PUPUK HAYATI Putu Wandika; Sukriming Sapareng; Sitti Maryam Yasin
Journal TABARO Agriculture Science Vol 3, No 2: DESEMBER 2019
Publisher : Universitas Andi Djemma Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (531.768 KB) | DOI: 10.35914/tabaro.v3i2.302

Abstract

Penelitian bertujuan mengetahui interval pemberian pupuk hayati bio nano yang terbaik pada pertumbuhan bibit kelapa sawit di pembibitan awal. Penelitian dilakukan dalam bentuk percobaan lapangan yang menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri atas 5 perlakuan yaitu tanpa pemberian pupuk hayati, pemberian pupuk hayati tiap 1, 2, 3, dan 4 minggu. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali dan terdiri atas 3 unit satuan percobaan sehingga terdapat 45 tanaman. Pemberian pupuk hayati bio nano tiap satu minggu memberikan pengaruh terbaik terhadap tinggi tanaman umur 1 – 3 BST, masing-masing 18.05 cm, 26.05 cm dan 35.55 cm, jumlah daun yaitu 4,00, 5,11 dan 7,11 helai, dan diameter batang yaitu 3.88 cm, 7.33 cm dan 11.22 cm, serta bobot yaitu 7,00 gram
KOMBINASI PUPUK ORGANIK HAYATI DAN KOMPOS TKKS UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) Sukriming Sapareng; Rosnina Rosnina; Yasmin Yasmin
Journal TABARO Agriculture Science Vol 4, No 2: DESEMBER 2020
Publisher : Universitas Andi Djemma Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35914/tabaro.v4i2.673

Abstract

Pemakaian pupuk hayati yang diaplikasikan dengan tepat dan benar akan berpengaruh positif terhadap ketersediaan unsur hara, ketahanan terhadap serangan penyakit dan meningkatkan kesehatan tanah sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih baik dan produksi dapat ditingkatkan. Penelitian ini bertujuan meningkatkan keragaan bibit kelapa sawit dengan pemberian pupuk organik hayati dan kompos TKKS. Penelitian dilaksanakan dengan mengunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan perlakuan terdiri dari dua faktor yaitu perbandingan volume kompos TKKS : top soil dan waktu pemberian pupuk hayati. Secara keseluruhan diperoleh 16 kombinasi, setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 48 unit percobaan, dimana setiap unit percobaan terdiri atas 3 bibit kelapa sawit. Jumlah bibit kelapa sawit seluruhnya adalah 144 bibit kelapa sawit. Parameter pengamatan yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang dan peningkatan pertumbuhan. Kombinasi perlakuan terbaik adalah perbandingan kompos TKKS dengan top soil 2:6 dan pemberian pupuk hayati setiap bulan dengan peningkatan pertumbuhan bibit kelapa sawit masing-masing untuk tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang adalah 97.18%, 52.26% dan 110.10%.
PENGARUH BIOAKTIVATOR DALAM PROSES PENGOMPOSAN JERAMI PADI Sitti Maryam Yasin; Niken Nur Kasim; Sukriming Sapareng; Jabal Jabal
Journal TABARO Agriculture Science Vol 3, No 1: MEI 2019
Publisher : Universitas Andi Djemma Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (689.597 KB) | DOI: 10.35914/tabaro.v3i1.198

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh berbagai jenis bioaktivator terhadap pembuatan kompos jerami padi.Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompokyang terdiri dari tiga perlakuan tanpa bioaktivator, Promi dan EM-4. Pengamatan dilakukan terhadap sifat fisik yaitu perubahan terhadap suhu, penyusutan volume kompos, dan kadar air, serta sifat kimia kompos berupa pH dan rasio C/N.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bioaktivator promi memberikan hasil terbaik terhadap sifat fisik kompos seperti kadar air, penyusutan, pH dan suhu. Kualitas kompos jerami padi sebagai pupuk organik dengan kadar  C/N yaitu 18,15dan sudah siap di gunakan.Disaran menggunakan bioaktivator promi dalam proses pengomposan limbah pertanian terutama jerami padi.
KARAKTERISTIK PADI LOKAL AROMATIK DI KECAMATAN SEKO Taruna Shafa Arzam AR; Sitti Maryam Yasin; Sukriming Sapareng; Rino Rino; Muh Yusuf Idris; Yasmin Yasmin
Journal TABARO Agriculture Science Vol 1, No 2: DESEMBER 2017
Publisher : Universitas Andi Djemma Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.684 KB) | DOI: 10.35914/tabaro.v1i2.29

Abstract

Penelitian ini bertujuan membedakan karakter aroma padi lokal Seko yang ditanam pada dataran tinggi. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Seko Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan.  Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja setelah menilai kelayakan lokasi (Judgement Sampling). Data primer diperoleh secara langsung dari lapangan dengan mengamati dari kelima hamparan jenis padi lokal aromatik Seko. Pengujian aroma dilakukan dengan dua cara yaitu dimasak dan tabung reaksi. Pengamatan kedua terhadap karakteristik morfologi dan agronomi. Pengujian dengan metode dimasak menampilkan karakter aroma dengan golongan aromatik yang lebih banyak daripada aroma sedang, sedangkan pada pengujian metode tabung reaksi menampilkan golongan aromatik yang lebih sedikit karena faktor jumlah beras yang digunakan lebih sedikit sehingga aroma yang tercium menjadi lebih lemah. Padi lokal Seko memiliki sifat-sifat morfologis yang spesifik, mulai dari daun, batang, malai, gabah dan beras dengan rasa nasi wangi dan pulen. Dengan perbaikan teknik budidaya, potensi hasil dapat mencapai 5,2 sampai 7,0 t/ha GKP. Untuk pelestarian dan pengembangan lebih lanjut, diperlukan usaha penangkaran padi jenis ini agar tetap terjaga keberadaannya.
PENILAIAN KUALITAS KOMPOS JERAMI PADI DAN PERANAN BIODEKOMPOSER DALAM PENGOMPOSAN Idawati Idawati; Rosnina Rosnina; Jabal Jabal; Sukriming Sapareng; Yasmin Yasmin; Sitti Maryam Yasin
Journal TABARO Agriculture Science Vol 1, No 2: DESEMBER 2017
Publisher : Universitas Andi Djemma Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.357 KB) | DOI: 10.35914/tabaro.v1i2.30

Abstract

Pemberian kompos pada tanah dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti pembentukan agregat atau granulasi tanah serta meningkatkan permiabilitas dan porositas tanah. Karena itu, peningkatan produktivitas padi perlu dipacu dengan penambahan bahan organik seperti kompos jerami. Penelitian menggunakan 9 kotak kompos dengan menggunakan bahan jerami padi. Jerami padi diambil dari daerah Tampalla Kecamatan Bone-bone  Kabupaten Luwu Utara, Indonesia. Penelitian dilakukan dalam bentuk eksperimen dengan Rancangan Acak Kelompok, tiga kali ulangan dan tiga perlakuan. Perlakuan biodekomposer (B), terdiri dari Tanpa Biodekomposer (B0), Promi (B1) dan EM-4 (B3). Pengambilan contoh kompos pada akhir percobaan ketika kompos dianggap telah matang untuk analisis sifat kimia serta kandungan senyawa organik. Pemberian biodekomposer promi dan EM4 pada proses pengomposan limbah jerami padi dapat meningkatkan laju pengomposan. Hal ini dapat dilihat dari parameter penurunan suhu (proses pematangan) yang lebih cepat dibanding kontrol, rasio C/N yang memiliki nilai lebih rendah dibanding kontrol, dan kadar unsur hara lebih tinggi dibanding kontrol
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI WIRAUSAHA KRIPIK IKAN TERI DI KAMPUNG NELAYAN KOTA PALOPO Sukriming Sapareng; Rosnina Rosnina
To Maega : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 2, No 1 (2019): Februari 2019
Publisher : Universitas Andi Djemma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35914/tomaega.v2i1.236

Abstract

Salah satu bentuk usaha yang memungkinkan dilakukan oleh ibu rumah tangga adalah dengan berwirausaha membuat kerupuk. Produk olahan makanan berbahan ikan teri dipilih sebagai usaha untuk berwirausaha karena memiliki prospek yang baik, karena selain hasil nelayan melimpah, juga mengandung protein yang tinggi. Mengingat manfaat dan kandungan gizi yang bagus maka diversifikasi ikan teri diperlukan agar produk lebih bisa diterima oleh pasar. Tujuan kegiatan ini adalah menginspirasi mitra pengabdian masyarakat tentang sebuah ide dan semangat berwirausaha dengan sumber bahan baku yang mudah didapatkan dan ada disekitar mereka sehingga dapat menambah penghasilan rumah tangga. Program ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu pengolahan ikan teri menjadi kripik siap saji menyehatkan dan transfer teknologi pengemasan. Melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini maka dilakukan pelatihan dan pengembangan teknologi pengolahan ikan teri menjadi produk komoditas ekonomi berupa kripik, yang dapat memberikan alternatif usaha perekonomian baru di masyarakat. Dampak positif dari kegiatan ini adalah meningkatnya keterampilan dan pengetahuan mitra terkait pembuatan olahan produksi dari ikan teri, termasuk juga mengenai teknik pengemasan terlihat dari peningkatan skills dalam mengemas produk. Terjadi peningkatan kemampuan mitra dalam berwirausaha dalam memproduksi dan menjual produk.