Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pengaruh Pemberian Tambahan Putih Telur pada Diet Tinggi Kalori dan Protein terhadap Kadar Albumin Darah Penderita Keganasan Kepala Leher dengan Hipoalbuminemia Dian Ruspita; Suprihati -; Amriyatun -; Niken Puruhita
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 3 (2013): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.926 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i3.64

Abstract

Latar belakang : Penderita keganasan kepala leher sering mengalami hipoalbuminemia karena asupan makanan yang menurun akibat terjadi gangguan saluran cerna, nyeri, depresi, konstipasi, malabsorbsi, efek samping pengobatan. Salah satu syarat kemoterapi adalah kadar albumin yang cukup. Putih telur adalah salah satu sumber asam amino yang dapat membentuk albumin bila dikonsumsi secara proporsional. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan pemberian tambahan putih telur pada diet tinggi kalori dan protein dapat meningkatkan kadar albumin d a r a h p e n d e r i t a ke g a n a s a n ke p a l a l e h e r d e n g a n hipoalbuminemia. Metode : Penelitian intervensi dengan control trial pretest–post test design di bangsal RSUP Dr Kariadi Semarang, sejak Desember 2010 – Mei 2011. Sampel adalah pasien keganasan kepala leher yang dirawat untuk mendapatkan kemoterapi yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 11 subyek untuk tiap kelompok. Kelompok penelitian adalah kelompok A yaitu kelompok diet putih telur, B yaitu kelompok diet tanpa telur dan C yaitu kelompok diet tambahan putih telur. Setelah pemberian diet putih telur ayam 5 hari kemudian dianalisis selisih kadar albumin pada hari ke–21 dan sebelum perlakuan. Analisis data menggunakan SPSS for Windows 17.0. Hasil : Empat puluh lima kasus hipoalbuminemia memenuhi kriteria inklusi dan 40 subyek yang dapat dianalisis. Selisih albumin kelompok A (0,18±0,51), B (0,02±0,61), C (0,02±0,41). Tidak didapatkan perbedaan bermakna selisih kadar albumin setelah dan sebelum perlakuan berdasarkan hasil uji one way anova (p=0,656). Simpulan : Tambahan putih telur pada diet tinggi kalori dan protein dapat meningkatkan kadar albumin darah penderita keganasan kepala leher dengan hipoalbuminemia pada hari ke-21 namun secara statistik tidak bermakna. Kata kunci: putih telur, keganasan kepala leher, hipoalbuminemia, kadar albumin.
Perbandingan Efektivitas Klinik Larutan Gentian Violet dengan Mikonazol Krim pada Terapi Otomikosis Enny Astuti; Pujo Widodo; Dian Ruspita; Muyassaroh Muyassaroh
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 3 No. 2 (2015): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (617.296 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v3i2.215

Abstract

Latar belakang : Kejadian otomikosis sekitar 9–40% dari seluruh kasus otitis eksterna. Penatalaksanaan otomikosis meliputi ear toilet secara berkala dan medikamentosa dengan antimikotik yang dapat diberikan secara topikal atau dikombinasi secara sistemik. Antimikotik topikal dapat berupa larutan maupun krim. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas klinik larutan gentian violet 1% dengan mikonazol krim 2% pada terapi otomikosis. Metode : Penelitian quasy eksperimental, dengan desain pre dan post test. Subjek adalah penderita otomikosis. Penegakan diagnosis otomikosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan pengecatan jamur dari Swab CAE. Subjek terdiri dari 2 kelompok terapi yaitu kelompok gentian violet (GV) dan mikonazol krim, dievaluasi keluhan (gatal, discad, nyeri, kurang dengar dan tinitus) dan tanda klinik (discad, edem dan debris CAE) pada hari ke–3,7,10 dan 14. Subjek diberi terapi lanjutan berupa aplikasi ulang GV atau mikonazol, sebelumnya dilakukan ear toilet untuk evaluasi. Pengecatan jamur ulang pada hari ke–7 dan 14. Uji statistik dilakukan menggunakan uji Chi square dan dan Manova. Hasil : Didapatkan 55 subjek otomikosis, 28 subjek kelompok GV dan 27 subjek kelompok mikonazol krim. Jenis kelamin laki-laki ada 25 subjek (45,4%) dan perempuan 30 subjek (54,6%). Kelompok usia terbanyak 41-50 tahun, sebanyak 19 subjek (34,60%). Hasil analisis pasca terapi menunjukkan perbedaan perbaikan keluhan gatal (p=0,009), discad (p=0,005),nyeri (p=0,012), kurang dengar (p=0,015), tinnitus (p=0,009). Terdapat perbedaan tanda klinik: edem CAE (p=0,009), discad (p=0,011), debris (p=0,008). Tidak terdapat perbedaan perubahan hasil pengecatan jamur pada hari ke-7 (p=0,422), dan hari ke-14 (p=1,000). Simpulan : Terapi larutan gentian violet lebih memberikan perbaikan keluhan dan tanda klinik dibanding terapi mikonazol, tetapi tidak berbeda dalam perubahan pengecatan jamur pasca terapi.