Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Evaluasi Pelatihan Ekstraksi Serumen Pada Dokter Layanan Primer Bodro Prastowo; Muyassaroh .
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 4 No. 3 (2017): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (232.07 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v4i3.329

Abstract

Latar belakang : Ekstraksi serumen merupakan prosedur yang dapat dilakukan dokter umum/dokter layanan primer. Diperkirakan sekitar 4% pasien dengan kasus serumen akan konsultasi ke dokter pelayanan primer. Tujuan penelitian ini adalah melakukan evaluasi pelatihan ekstraksi serumen pada dokter layanan primer di wilayah Jawa tengah.Metode : Penelitian deskriptif analitik menggunakan kuesioner diisi oleh dokter layanan primer yang pernah dilatih.Hasil : subyek 128 dokter layanan primer dengan 109 (85,2%) mendapatkan kasus serumen 0-5 kasus setiap minggunya. Peningkatan prosentase keberhasilan ekstraksi serumen dari 14,1% menjadi 32% dan penurunan kasus yang dirujuk ke faskes tingkat 2 dari 32% menjadi 46,9% sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan (p<0,05).Kesimpulan : Pelatihan ekstraksi serumen dapat meningkatkan keberhasilan penanganan ekstraksi serumen di dokter layanan primer dan penurunan kasus serumen yang dirujuk ke faskes tingkat 2.Kata kunci : serumen, pelatihan ekstraksi serumen, dokter layanan primer 
Pengaruh Pemberian Vitamin E Terhadap Kadar Malondialdehid Plasma Dan Hasil Uji Emisi Otoakustikpada Pekerja Terpapar Bising Muyassaroh .; Devia Arnita; Zulfikar Naftali
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 4 No. 3 (2017): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (309.774 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v4i3.332

Abstract

Latar belakang : Bising dapat menyebabkan kerusakan koklea secara metabolik dengan terbentuknya reactive oxygen species (ROS) dengan cara menginduksi peroksidasi lipid dan dapat merusak DNA sehingga terjadi kematian sel terutama outer hair cell (OHC). Vitamin E merupakan antioksidan yang mendonorkan ion hidrogen pada tahap propagasi peroksidasi lipid sehingga menghasilkan produk yang tidak radikal dan menghentikan siklus peroksidasi lipid. Malondialdehid (MDA) adalah salah satu produk yang dihasilkan dari peroksidasi lipid. Kerusakan OHC dapat dideteksi dengan uji emisi otoakustik .Tujuan : Membuktikan vitamin E dapat menurunkan kadar MDA plasma dan memperbaiki hasil uji emisi otoakustik pada pekerja yang terpapar bising.Metode : Penelitian eksperimental dengan desain randomized control trial, double-blind di pabrik kayu semarang pada bulan Desember 2015. Subyek penelitian sebanyak 32 pekerja terpapar bising dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan (n=16) yang mendapatkan vitamin E 400 IU per oral dan kelompok kontrol (n=16) yang mendapatkan plasebo. Dilakukan pemeriksaan kadar MDA plasma dan emisi otoakustik sebelum dan 10 hari setelah pemberian vitamin E. Perbedaan kadar MDA plasma sesudah pemberian vitamin E antara kelompok perlakuan dan kontrol dianalisis dengan uji t tidak berpasangan dan perbedaan perbaikan hasil uji emisi otoakustik antara kelompok perlakuan dan kontrol dengan uji Fisher’s exact.Hasil : Dari 36 subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi, dibagi menjadi 18 orang pada kelompok perlakuan dan 18 orang kelompok kontrol. Dua orang drop-out dari kelompok perlakuan dan 2 orang drop-out dari kelompok kontrol, sehingga analisis dilakukan pada 16 orang pada kelompok perlakuan dan 16 orang pada kelompok kontrol. Kadar MDA plasma setelah pemberian vitamin E tidak berbeda bermakna (p> 0,05) dibandingkan sebelumnya. Kadar MDA plasma sesudah pemberian vitamin E tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p> 0,05)  dibandingkan kelompok kontrol. Penurunan kadar MDA plasma pada kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna (p> 0,05) dengan kontrol. Perbaikan hasil uji emisi otoakustik pada kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna (p> 0,05) dengan kontrol.Simpulan : Vitamin E tidak dapat menurunkan kadar MDA plasma dan tidak memperbaiki hasil uji emisi otoakustik pada pekerja terpapar bising.Kata kunci : Vitamin E, malondialdehid, emisi otoakustik, pekerja terpapar bising
Tatalaksana Non Intervensional Pasien Dengan Penyakit Meniere Lidya Sabig; Muyassaroh .
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 5 No. 1 (2018): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (460.787 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v5i1.350

Abstract

Pendahuluan: Penyakit Meniere adalah suatu sindrom yang terdiri dari serangan vertigo, tinnitus, berkurangnya pendengaran yang bersifat fluktuatif dan perasaan penuh di telinga. Prevanlensi mencapai 0.5-7.5/1000 di Inggris dan Swedia. Tujuan: Untuk melaporkan tatalaksana non intervensional pasien dengan diagnosis penyakit meniere. Laporan kasus: laki-laki berusia 53 tahun dengan diagnosis penyakit meniere, tatalaksana yang dilakukan adalah perbaikan gaya hidup, diet rendah garam, pemberian diuretik  HCT 25 mg/sehari dan latihan gerakan kepala secara bertahap. Evaluasi setelah dua bulan menunjukkan vertigo dan telinga berdenging dirasakan berkurang tetapi keluhan kurang pendengaran menetap. Pembahasan: Penatalaksanaan non-intervensional penyakit Meniere meliputi perubahan gaya hidup, terapi medikamentosa dan rehabilitasi. Tatalaksana intervensional meliputi pembedahan dekompresi kantung endolimfatik, pemotongan saraf vestibular, labirinektomi, endolimfe shunt dan terapi tekanan denyut yang bila pengobatan medikamentosa tidak dapat menanggulangi vertigo. Pada pasien ini, tatalaksana meliputi perubahan gaya hidup meliputi pembatasan konsumsi kopi, diet rendah garam, pemberian diuretik HCT 25 mg/hari dan latihan gerakan kepala secara bertahap. Tindakan pembedahan belum perlu dilakukan karena tinitus dan vertigo berkurang dan terkompensasi dengan vestibular rehabilitation therapy.  Kesimpulan: Penyakit meniere yang dilakukan tatalaksana non intervensional menunjukkan pengurangan keluhan vertigo dan tinitus namun tidak dengan kurang pendengaran.Key word: Tatalaksana non intervensional, intervensional, penyakit meniere
Perbaikan Kualitas Hidup Pasien Disfagia Orofaringeal Nastiti Dwi Cahyani; Muyassaroh .
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 5 No. 1 (2018): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.603 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v5i1.353

Abstract

Latar belakang: Disfagia merupakan gangguan transportasi atau asupan makanan dari mulut ke perut. Disfagia berdampak buruk pada kualitas hidup. Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah mengetahui perbaikan kualitas hidup pasien disfagia orofaringeal setelah dilakukan latihan menelanLaporan kasus: Dilaporkan seorang laki-laki usia 65 tahun dengan kesulitan menelan secara tiba-tiba. Pasien didiagnosis dengan disfagia orofaringeal et causa neurogenic (stroke), diprogramkan 8 kali terapi penelanan. Penilaian kualitas hidup dengan kuesioner Eating Assessment Tool (EAT-10) dilakukan sebelum dan setelah 4 kali terapi, didapatkan penurunan skor dari 39 menjadi 17.Pembahasan : Disfagia adalah kondisi umum yang sering mengikuti berbagai kelainan neurogenik. Rehabilitasi penelanan dengan menggunakan neuromuscular electrical stimulus (NMES) dan oromotor exercise. Stimulasi NMES bertujuan memperkuat otot-otot menelan dengan merangsang jalur sensorik yang relevan. Oromotor exercise dilakukan dengan compensatory postural, thermal tactile stimulation, sensory enhancement. Penilaian kualitas hidup terkait disfagia orofaring dapat menggambarkan yang dirasakan seseorang dan interpretasi persepsi berbagai tahap perawatan. EAT-10 sebagai alat penilaian diri yang valid dan solid.Kesimpulan :. Didapatkan perbaikan kualitas hidup pasien dengan disfagia orofaringeal et causa neurogenic setelah dilakukan 4 kali terapi.Kata kunci : Disfagia orofaringeal, kualitas hidup, terapi penelanan, EAT-10
Faktor yang berpengaruh pada perkembangan bicara anak kurang dengar yang menggunakan alat bantu dengar Nastiti Dwi; Muyassaroh .
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 5 No. 2 (2018): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.948 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v5i2.359

Abstract

Latar belakang : Deteksi dini tuli kongenital sudah dilakukan di RSUP Dr. Kariadi. Rata-rata kunjungan anak kurang dengar sejak lahir sebanyak 10-20 pasien per bulan. Salah satu metode intervensi dengan pemakaian alat bantu dengar (ABD). Keluaran penting bagi anak pengguna ABD adalah persepsi bicara, bahasa, kemampuan komunikasi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor yang mempengaruhi perkembangan auditori, bahasa dan wicara pada anak kurang dengar yang menggunakan ABD.Metode : Penelitian belah lintang. Sampel adalah anak kurang dengar dengan ABD usia pendengaran kurang dari 2 tahun. Data umur pertama memakai alat bantu dengar (ABD), lama penggunaan ABD perhari, jumlah ABD didapatkan dari wawancara. Derajat kurang pendengaran dari hasil BERA. Data kelainan lain pada sampel didapat dari rekam medis. Perkembangan auditori, bahasa dan wicara dinilai dengan LittlEARS Auditory Questionnaire (LEAQ). Analisis data dengan uji Chi square menggunakan regresi logistic multivariate.Hasil : Sampel berjumlah 35 anak, 17 (48,6%) anak menggunakan ABD di usia kurang dari atau sama dengan 3 tahun dan 18 anak (51,4%) menggunakan ABD setelah 3 tahun. Data derajat kurang pendengaran profound 80%, sedang-berat 20%. Lama pemakaian ABD diatas 8 jam sebanyak 45,7% dan 54,3% anak dibawah 8 jam. Terdapat kelainan lain 20% dan tanpa kelainan 80%. Frekuensi terapi wicara kurang dari 2 kali perminggu 54,3% dan lebih dari sama dengan 2 kali perminggu 45,7%. Hasil LittlEARS Auditory Questionnaire (LEAQ) dibawah kurva 52,4% dan 47,6% sesuai kurva normal. Didapatkan agka yang signifikan (p<0,005) pada lama pengunaan alat dan frekuensi terapi wicara. Simpulan : Lama penggunaan ABD dan frekuensi terapi wicara merupakan faktor yang berpengaruh dalam perkembangan bicara pada anak kurang pendengaran yang menggunakan ABD. Kata Kunci : Alat bantu dengar, perkembangan auditori, kurang pendengaran
Tatalaksana Laringomalasia Kongenital Derajat Sedang pada Bayi Muyassaroh .; Rery Budiarti
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 5 No. 2 (2018): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.475 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v5i2.365

Abstract

Latar belakang: Laringomalasia merupakan kelainan laring kongenital yang paling sering. Gejala khas laringomalasia adalah stridor inspirasi. Penatalaksanaan laringomalasia dengan non medikamentosa, medikamentosa dan operatif. Tujuan penulisan kasus ini adalah melaporkan  tatalaksana laringomalasia kongenital derajat sedang pada bayi dengan aspirasi rekuren, sehingga angka morbiditas dan mortalitas menurun.Laporan kasus: Bayi perempuan, usia 2 bulan, konsulan dari bangsal anak RSUP Dr. Kariadi Semarang dirawat dengan assesment bronkopneumonia riwayat aspirasi rekuren, gizi buruk perawakan normal, dan anemia mikrositik normokromik. Diagnosis Bagian THT adalah laringmalasia kongenital derajat sedang disertai pneumonia aspirasi. Tatalaksanan dengan diit lewat NGT, medikamentosa, fisioterpi, stimulus oromotor. Evaluasi 1minggu mengalami perbaikan, dipulangkan terpasang NGT, diberi obat, edukasi, fisioterapi dan latihan stimulus oromotor Bayi. usia 6 bln NGT di lepas. Evaluasi saat pasien berusia 8 bulan, tidak sesak nafas, minum susu dengan dot dan tidak tersedak. Pembahasan : Laringomalasia dibagi menjadi derajat ringan, sedang dan berat. Laringomalasia derajat sedang perlu perbaikan gejala dengan memasang NGT untuk diit dan cegah aspirasi. 70% bayi mengalami perbaikan setelah 12 bulan. 28% laringomalasia derajat sedang dapat menjadi laringomalasia derajat berat. Bayi dengan laringomalasia derajat sedang dan saturasi oksigen rata-rata ≤ 91% memerlukan terapi operatif (supraglottoplasti). Kasus ini terdiagnosis laringomalasia derajat sedang dengan terapi konservatif membaik dan tidak ada indikasi untuk dilakukan tindakan operatif.Kesimpulan :. Bayi perempuan 2 bulan terdiagnosis laringomalasia derajat sedang disertai aspirasi pneumonia. Di berikan tatalaksana konservatif mengalami perbaikan klinis. Usia 8 bulan tidak sesak, dapat minum dengan baik. Kata kunci : Derajat laringomalasia, stridor, tatalaksana
PENANAMAN NILAI-NILAI KEISLAMAN KEPADA ANAK USIA DINI MELALUI CERITA ANAK KECIL-KECIL PUNYA KARYA (KKPK) Muyassaroh .
EDUSCOPE: Jurnal Pendidikan, Pembelajaran, dan Teknologi Vol 2 No 2 (2017): EDUSCOPE
Publisher : LPPM Universitas KH.A.Wahab Hasbullah Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (137.924 KB)

Abstract

ABSTRACT Education plays an important role to change people for the better. Education is expected to make a tangible contribution to print quality Indonesian generation, responsible, and able to face the challenges of the times. To make it happen, religious education oriented planting of Islamic values to children from an early age required. With these values, children can improve their quality of life as abdullah and khalifatullah. Planting of Islamic values have become an important responsibility of parents for that family as an educational institution first and foremost for children. To inculcate Islamic values, parents can use to cultivate the habit of story telling and children’s literature. This is due in children’s literature as KKPK contains many Islamic values that child can learn. Through the story, the children are expected to learn life through the characters in the stories read or told them. Islamic values include faith, piety, do good, kind thought (husnudhon), trust, implement the congregational prayer and evening prayer, polite, and not ungodly parents. KEYWORDS: inculcating, Islamic values, children stories ABSTRAK Pendidikan memainkan peran penting untuk mengubah individu menjadi lebih baik. Pendidikan diharapkan memberikan kontribusi nyata untuk mencetak generasi Indonesia yang berkualitas, bertanggungjawab, dan mampu menghadapi tantangan zaman. Untuk mewujudkannya, pendidikan agama yang berorientasi pada penanaman nilai-nilai keislaman kepada anak sejak dini dibutuhkan. Dengan nilai-nilai itulah, seorang anak dapat meningkatkan kualitas hidupnya sebagai abdullah dan khalifatullah. Penanaman nilai keislaman ini menjadi tanggung jawab penting orang tua karena keluargalah sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama bagi anak. Untuk menanamkan nilai keislaman ini, orang tua dapat menggunakan kebiasaan bercerita dan menggeluti sastra anak. Hal ini disebabkan oleh di dalam sastra anak seperti KKPK memuat banyak nilai keislaman yang dapat dipelajari anak. Melalui cerita tersebut, anak diharapkan belajar kehidupan melalui tokoh-tokoh dalam cerita yang dibaca atau diceritakan kepadanya. Nilai keislaman itu meliputi keimanan, ketakwaan, berbuat baik, berbaik sangka (husnudhon), amanah, melaksanakan salat berjamaah dan salat malam, menutup aurat, serta tidak durhaka pada orang tua. KATA KUNCI: penanaman, nilai keislaman, cerita anak