Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

The Impact of Primatani Program in Accelerating Transfer of Agricultural Technology for Farmers and Local Government Dian Adi Anggraeni Elisabeth, Mrs.
Jurnal Ilmiah Administrasi Publik Vol 13, No 2 (2012): Jurnal Ilmiah Administrasi Publik
Publisher : FIA UB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.9874/fia-ub.v13i2.286

Abstract

This study aims to obtain the information about the impact of Primatani program in accelerating transfer of agricultural technology. Generally, farmers who assisted in Primatani could experience the impact of technology introduction although they did not get intense assistance from Bali AIAT. By the formation of working groups within the farmer group could improve the efficiency, especially in terms of providing farming inputs. Unfortunately, the impact cannot be really experienced by non-targeted farmers although they have ever heard about technologies introduced. For local government, the adoption of technology and concept of Primatani supported Bali Provincial Government in realizing their vision “Bali Mandara” named Integrated Farming System (Simantri). Replication of Primatani concept in a massive level has been carried out by local government since 2009 at various villages. For field extension agents, the impact of Primatani could be felt by the utilization of introduced technologies as a program material.
PENDUGAAN UMUR SIMPAN MI KERING DARI TEPUNG KOMPOSIT TERIGU, KELADI, DAN UBI JALAR Elisabeth, Dian Adi Anggraeni; Setijorini, Ludivica Endang
Jurnal Matematika Sains dan Teknologi Vol 17 No 1 (2016)
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research aimed to investigate theshelf-life of wheat, taro, and sweet potato composite flours-based dried noodles produced by a women-farming group called“Mekar Sari” in thePelaga village, Badung District, Bali. The research was conducted fromMay until November 2014. The research onthe shelf-life wasbased on the water content changing patternsby usinga completely randomized design with four treatments of thickness of PE plastic, i.e. (a) P1=0,30 mm; (b) P2=0,32 mm; and (c) P3=0,35 mm; and (d) P4=0,40 mm. The identification of shelf-life adoptedthe acceleration method (ASLT = Accelerated Shelf Life Testing)together with the Arrhenius approach. The products were stored in various storage temperatures, i.e.,20oC, 30oC (room temperature) as a control, and40oC. The results showed that PE plastic 0,35 mm was suitable for dried noodle packaging. In room temperature, shelf-life of the dried noodle was about 46 weeks.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui umur simpan mi kering dari tepung komposit terigu, keladi, dan ubijalar. Produk mi kering dihasilkan oleh kelompok wanita tani (KWT) Mekar Sari di Desa Pelaga, Kabupaten Badung, Bali. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai November 2014. Penentuan umur simpan produk mi kering berdasarkan pola perubahan kadar air menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 (empat) perlakuan ketebalan plastik polietilen (PE), yaitu: (a) P1=0,30 mm; (b) P2=0,32 mm; dan (c) P3=0,35 mm; dan (d) P4=0,40 mm. Penentuan umur simpan menggunakan metode ASLT (Accelerated Shelf Life Testing) dengan pendekatan Arrhenius. Produk mi kering disimpan pada berbagai suhu penyimpanan, yaitu 20oC, 30oC (suhu ruang) sebagai kontrol, dan 40oC. Hasil menunjukkan bahwa pengemasan dalam plastik PE 0,35 mm lebih sesuai untuk penyimpanan mi kering. Pada suhu ruang, umur simpan mi kering dapat mencapai sekitar 46 minggu.  
Keunggulan Ekonomis Tumpangsari Kedelai dengan Jagung di Lahan Kering Iklim Kering Elisabeth, Dian Adi Anggraeni; Harsono, Arief
Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vol 4, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (503.829 KB) | DOI: 10.21082/jpptp.v4n1.2020.p53-62

Abstract

Peningkatan produksi kedelai nasional dapat diupayakan melalui intensifikasi pada lahan optimal, dan perluasan area tanam pada lahan-lahan suboptimal diantaranya lahan kering iklim kering (LKIK). Salah satu upaya peningkatan produktivitas di LKIK adalah dengan penerapan pola tanam tumpangsari. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keunggulan ekonomis dan penerimaan petani terhadap introduksi paket teknologi tumpangsari kedelai dengan jagung di sentra produksi jagung pada LKIK Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Penelitian dilaksanakan pada musim tanam Maret-Juli 2019 di Desa Pongpongan Kecamatan Merakurak, dan Desa Gesing Kecamatan Semanding. Parameter yang diamati meliputi keragaan hasil biji kedelai dan jagung, biaya produksi, penerimaan, dan keuntungan usahatani, keunggulan ekonomis pola tanam tumpangsari (R/C rasio, B/C rasio, IKF, dan NKP), dan penerimaan petani. Paket teknologi tumpangsari kedelai dengan jagung, yakni jagung ditanam baris ganda (40 cm x 20 cm) x 200 cm satu tanaman/lubang dan kedelai diantara baris ganda jagung dengan jarak tanam 30 cm x15 cm dua tanaman/lubang (isi 5 baris kedelai), dosis pupuk sesuai kesuburan tanah dan populasi tanaman mampu memberikan keuntungan lebih tinggi dibandingkan pola tanam monokultur jagung. Hal ini karena hasil jagung pada pola tanam tumpangsari juga relatif sama dengan hasil jagung pola tanam monokultur. Tumpangsari kedelai varietas Dena 1 dengan jagung memiliki keunggulan ekonomis lebih tinggi dibandingkan tumpangsari jagung dengan varietas kedelai lainnya, dengan keuntungan Rp 19.146.500/ha; R/C rasio 2,51; B/C rasio 1,51; IKF 12.843; dan NKP 1,69. Petani tertarik untuk mengadopsi paket teknologi tumpangsari ini apabila hasil yang didapatkan lebih menguntungkan dibandingkan pola tanam monokultur jagung yang selama ini diterapkan oleh petani.Kata kunci: lahan kering iklim kering, keunggulan ekonomis, tumpangsari kedelai dengan jagung
Analisis Kelayakan Finansial dan Nilai Tambah Agroindustri Skala Rumah Tangga Berbasis Ubikayu Di Kabupaten Barito Koala, Kalimatan Selatan Elisabeth, Dian Adi Anggraeni; Prasetiaswati, Nila
Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vol 2, No 2 (2018): Agustus 2018
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1108.444 KB) | DOI: 10.21082/jpptp.v2n2.2018.p129-136

Abstract

Financial feasibility and added value analysis of home scale-agroindustries development based on cassava commodity in Barito Koala District, South Kalimantan. Cassava processing into food products aimed to improve shelf-life of fresh cassava in order to be feasible to be consumed and to give added value in order to improve cassava’s selling value. Prospect of home scale-agroindustries development based on cassava was observed by analyze their financial feasibility and added value. Research location was detemined using purposive sampling method; while sample taking was determined using simple random sampling and key person methods. Data obtained was analyzed using both qualitative and quantitative descriptive methods. Stages of financial feasibility and added value analysis were production cost analyses, revenue, benefit, and efficiency (B/C ratio), and added value. Home scale-agroindustries based on cassav in Barito Koala District have prospect to be developed. However, with B/C ratio greater than 1 (1.67), cassava chips industry has more chance to be developed due to it is more efficient and feasible. The highest added value ratio as well as benefit ratio i.e. 63.13% and 90.79% respectively, showed that the chips indsutry can give the high added value and benefit for producer.
PENGARUH PENGEMASAN DAN PELABELAN PADA PENERIMAAN MI KERING BERBAHAN BAKU TEPUNG KOMPOSIT UBIJALAR DAN KELADI Dian Adi Anggraeni Elisabeth
Jurnal Matematika Sains dan Teknologi Vol. 18 No. 2 (2017)
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (574.242 KB) | DOI: 10.33830/jmst.v18i2.136.2017

Abstract

Introduction of sweet potato and taro composite flours-based dried noodle productionwas conducted in Pelaga, Badung, Bali since 2013. Initial analysis found that dried noodle made from 70% wheat flour and 30% composite flours (80% taro flour and 20% sweet potato flour) was preferedbyrespondents. Minimum selling price for a pack of 200 grams was IDR 8,124.81, with R/C ratio was 1.30. The product packaged with special design and set with the brand name of ‘Labi Mie’ then was introduced to consumers in order to determine their acceptanceto the product. The study involved 32 respondents. Data was collected from semi-open questionnaires then analysed with a simply descriptive qualitative. Consumers stated that the information of expired date and net weight (75.00%) as well as nutrition fact (34.38%) were unclear. Then 68.75% consumers had no intention to buy the product with the reason of high price (50.00%) and unattractive(27.27%). The price of IDR 8,500 was considered too expensive by consumers. It should be less or equal to IDR 8,000.00 (87.50%). Only 6.25% consumers answered that reasonable price could be higher than minimum selling price. It should be admitted that these study results were still far from the expectation. However, it is a valuable input for farmers in developing their product in market. Introduksi produksi mi kering berbahan baku tepung komposit ubijalar dan keladi dilaksanakan di Pelaga, Badung, Bali sejak 2013. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa mi kering yang dibuat dari 70% tepung terigu dan 30% tepung komposit dengan perbandingan 80% tepung keladi dan 20% tepung ubijalar disukai oleh panelis. Harga jual minimum untuk mi kering kemasan 200 gram adalah Rp 8.124,81 dengan R/C rasio 1,30. Produk mi dikemas dengan desain khusus dan diberi label nama “Labi Mie” kemudian diperkenalkan kepada konsumen untuk mengetahui tingkat penerimaan mereka terhadap produk. Studi melibatkan 32 orang responden. Data dikumpulkan melalui kuesioner semi-terbuka, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif sederhana. Konsumen menyatakan bahwa informasi tanggal kadaluwarsa danberat bersih produk tidak jelas (75+,00%), demikian juga daftar kandungan gizi (34,38+%). Sebanyak 68,75+ % konsumen menyatakan tidak berminat membeli produk karena alasan harga mahal (50,00%) dan produk tidak menarik (27,27 +%). Harga jual sebesar Rp 8.500 per kemasan 200 gram dinilai konsumen terlalu mahal. Harga jual seharusnya kurang atau sama dengan Rp 8.000 (87,50+%). Hanya 6,25+% konsumen yang menjawab bahwa harga yang pantas untuk produk adalah lebih tinggi dari harga jual minimum. Harus diakui bahwa hasil studi masih jauh dari perkiraan; namun hal tersebut dapat menjadi masukan bagi petani dalam mengembangkan produknya di pasaran.
PENDUGAAN UMUR SIMPAN MI KERING DARI TEPUNG KOMPOSIT TERIGU, KELADI, DAN UBI JALAR Dian Adi Anggraeni Elisabeth; Ludivica Endang Setijorini
Jurnal Matematika Sains dan Teknologi Vol. 17 No. 1 (2016)
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.615 KB) | DOI: 10.33830/jmst.v17i1.182.2016

Abstract

This research aimed to investigate theshelf-life of wheat, taro, and sweet potato composite flours-based dried noodles produced by a women-farming group called“Mekar Sari” in thePelaga village, Badung District, Bali. The research was conducted fromMay until November 2014. The research onthe shelf-life wasbased on the water content changing patternsby usinga completely randomized design with four treatments of thickness of PE plastic, i.e. (a) P1=0,30 mm; (b) P2=0,32 mm; and (c) P3=0,35 mm; and (d) P4=0,40 mm. The identification of shelf-life adoptedthe acceleration method (ASLT = Accelerated Shelf Life Testing)together with the Arrhenius approach. The products were stored in various storage temperatures, i.e.,20oC, 30oC (room temperature) as a control, and40oC. The results showed that PE plastic 0,35 mm was suitable for dried noodle packaging. In room temperature, shelf-life of the dried noodle was about 46 weeks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui umur simpan mi kering dari tepung komposit terigu, keladi, dan ubijalar. Produk mi kering dihasilkan oleh kelompok wanita tani (KWT) Mekar Sari di Desa Pelaga, Kabupaten Badung, Bali. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai November 2014. Penentuan umur simpan produk mi kering berdasarkan pola perubahan kadar air menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 (empat) perlakuan ketebalan plastik polietilen (PE), yaitu: (a) P1=0,30 mm; (b) P2=0,32 mm; dan (c) P3=0,35 mm; dan (d) P4=0,40 mm. Penentuan umur simpan menggunakan metode ASLT (Accelerated Shelf Life Testing) dengan pendekatan Arrhenius. Produk mi kering disimpan pada berbagai suhu penyimpanan, yaitu 20oC, 30oC (suhu ruang) sebagai kontrol, dan 40oC. Hasil menunjukkan bahwa pengemasan dalam plastik PE 0,35 mm lebih sesuai untuk penyimpanan mi kering. Pada suhu ruang, umur simpan mi kering dapat mencapai sekitar 46 minggu.
KERAGAAN MUTU BIJI KAKAO KERING DAN PRODUK SETENGAH JADI COKELAT PADA BERBAGAI TINGKATAN FERMENTASI Dian Adi A. Elisabeth; Ludivica Endang Setijorini
Jurnal Matematika Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 1 (2009)
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (162.84 KB) | DOI: 10.33830/jmst.v10i1.570.2009

Abstract

Basic of cocoa bean preparation process is fermentation. Fermentation is done especially to improve and build specific chocolate flavour of cocoa bean and its products, i. e. cocoa liquor, butter, and powder; and also to decrease the disliked flavors, like bitter and acid. Research of cocoa bean fermentation was hold on in Subak Abian Pucaksari, Tabanan. This research involved 20 cooperative farmers with 0,5 hectare farm area per each farmer. The treatment used was time of cocoa bean fermentation, i.e. without fermentation, not fully fermentation (4 days), and fully fermentation (5 days). Variables observed were dried cocoa beans physic and chemical quality, and also cocoa products chemical and organoleptic quality. Organoleptic test done to cocoa liquor and powder was descriptive and ranking test used 15 semi-trained panelists. The result showed that the fermentation process had significant influence to dried cocoa beans chemical quality and its products. Fermentation had no significant influence to dried cocoa beans physic quality. For organoleptic quality attributes, all panelists gave the highest rank for cocoa liquor and powder prepared from fully fermented cocoa bean.
FORMULASI TEPUNG KOMPOSIT KELADI DAN UBI JALAR SEBAGAI BAHAN BAKU MI KERING PENGGANTI SEBAGIAN TERIGU Fawzan Sigma Aurum; Dian Adi Anggraeni Elisabeth
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 18, No 3 (2015): November 2015
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v18n3.2015.p%p

Abstract

ABSTRACTFormulation of Taro and Sweet Potato Composite Flours as Partly Substitution of Wheat Flour in Dried Noodle Making. Taro and sweet potatoes may address food diversification to reduce dependency on wheat flour. This research aimed to determine the best proportion of taro (Colocasia esculenta (L.) Schott) and sweet potato (Ipomoea batatas L.) composite flours as partly substitution of wheat flour in dried noodle making based on sensory, physical, and chemical characteristics. The research was conducted in July 2013 in the Postharvest Laboratory of Bali AIAT. In the making of dried noodle, 30% composite flours was replacing wheat flour. Research used Completely Randomized Design (CRD) with 7 treatments of flours proportion and 3 replications per each treatment. Data was analysed using Anova followed by DMRT at 5%. Dried noodle’s characteristics observed included organoleptic properties (color, aroma, flavor, texture, firmness, stickiness), chemical properties (water, ash, protein, fat, carbohydrate) and physical properties (rehydration time, water absorption, solid loss due to cooking). The results showed that composite flours of taro and sweet potato could substitute 30% wheat flour in the making of dried noodle. The best proportion of composite flours for 30% wheat flour substitution consisted of 80% taro flour and 20% sweet potato. The chemical content of the best dried noodle was, respectively, water 7.30%, ash 1.66%, protein 7.10%, fat 0.32%, and carbohydrate 83.64%; with the physical properties as follow: optimum rehydration time at 3 minutes, water absorption at 318.15% and solid loss due to cooking at 4.31%. Keywords: Taro, sweet potato, flour, physical properties, chemical propertiesABSTRAKTepung keladi dan ubi jalar berpotensi untuk mengganti sebagian kebutuhan tepung terigu yang hingga kini masih bergantung pada impor. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan proporsi tepung komposit keladi (Colocasia esculenta (L.) Schott) dan ubi jalar (Ipomoea batatas L.) yang terbaik sebagai pengganti sebagian terigu untuk bahan baku mi kering berdasarkan karakteristik sifat sensoris dan fisiko-kimianya. Penelitian dilakukan pada Juli 2013 di Laboratorium Pascapanen BPTP Bali. Proses pembuatan mi kering, 30% terigu disubtitusi dengan tepung komposit keladi dan ubi jalar. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan formulasi tepung komposit keladi dan ubi jalar dan 3 ulangan. Data dianalisis dengan ANOVA dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf 5%. Karakterisasi yang diamati meliputi sifat organoleptik (warna, aroma, rasa, tekstur, kekenyalan, kelengketan), sifat kimia (air, abu, protein, lemak, karbohidrat) dan sifat fisika (waktu rehidrasi, daya serap air, kehilangan padatan akibat pemasakan (KPAP). Hasil penelitian menunjukan bahwa tepung komposit keladi dan ubi jalar dapat mensubtitusi 30% terigu dalam pembuatan produk mi kering, dimana proporsi terbaik tepung komposit adalah 80% tepung keladi dan 20% tepung ubi jalar. Mi kering terbaik tersebut memiliki kadar air 7,30%, kadar abu 1,66%, kadar protein 7,10%, kadar lemak 0,32%, dan kadar karbohidrat 83,64%; dengan waktu optimum pemasakan adalah 3,0 menit, DSA 318,15% dan KPAP 4,31%. Kata kunci: Keladi, ubi jalar, tepung, sifat fisika, sifat kimia
ANALISIS FINANSIAL PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA KEDELAI BIODETAS PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN Dian Adi Anggraeni Elisabeth; Arief Harsono; Titik Sundari; Novita Nugrahaeni
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 22, No 1 (2019): Maret 2019
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v22n1.2019.p15-26

Abstract

Financial Feasibility Study of Biodetas as a Soybean Production Technology Package on Rainfed Area. For achieving soybean self-sufficiency target in 2018-2020, the Government of Indonesia (the GoI) makes some efforts for increasing soybean production. The efforts require a significant increase in productivity as well as harvest area. The great potential for soybean cultivation area expansion in Indonesia is rainfed area. Soybean productivity in rainfed area is around 1.5 t/ha, which is expected to be increased in the range of 1.8-3.2 t/ha as some previous research results on the same soil type depending on input and cultivar used. Indonesian Legumes and Tuber Crops Research Institute (Iletri) has supported the GoI program by doing the dissemination of soybean production technology packageon rainfed area namely Biodetas which was conducted during the dry season of 2017 in Tompobulu sub-district, Maros Regency, South Sulawesi Province. The dissemination development scale of Biodetas was 40 ha then compared to 5 ha of the existing cultivation and 5 ha of BiodetasPlus. Research aimed  to study the financial feasibility of Biodetas on rainfed area. The application of Biodetas and BiodetasPlus on rainfed alfisol with pH 6.2-6.7, sandy clay loam texture, and moderate fertility in Tompobulu ia able to increase soybean yield to respectively 2.7 t/ha and 3.2 t/ha, 71.1% and 101.3% higher than the existing producing 1.6 t/ha. Biodetas technology is efficient and economically feasible to be adopted by farmers with B/C ratio is 1.2 and MBCR is 2.2. Production cost of Biodetas for 1 kg of soybean is the lowest, respectively 81.5% and 82.1% production cost of existing and BiodetasPlus.Keywords: soybean, productivity, economic feasibility, rainfed areaABSTRAKDalam rangka mencapai target swasembada kedelai pada 2018-2020, pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan produksi kedelai nasional. Upaya ini memerlukan peningkatan produktivitas dan luas panen yang signifikan. Areal tanam kedelai di Indonesia yang memiliki potensi besar untuk diperluas adalah sawah tadah hujan. Produktivitas kedelai di lahan sawah tadah hujan umumnya mencapai 1,5 t/ha, yang dapat ditingkatkan sampai 1,8-3,2 t/ha berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya bergantung pada input dan varietas yang digunakan. Balitkabi mendukung program pemerintah tersebut dengan melaksanakan diseminasi teknologi budidaya kedelai di lahan sawah tadah hujan (Biodetas) yang dilaksanakan pada musim kering 2017 di Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Skala pengembangan diseminasi teknologi Biodetas adalah 40 ha, yang kemudian dibandingkan dengan teknologi Rekomendasi 5 ha dan Biodetas Plus 5 ha. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis kelayakan finansial teknologi Biodetas di lahan sawah tadah hujan. Penerapan teknologi Biodetas dan Biodetas Plus pada sawah tadah hujan alfisol pH 6,2-6,7 dengan tekstur tanah debu pasir berliat dan tingkat kesuburan sedang di Tompobulu  mampu meningkatkan hasil kedelai berturut-turut sebesar 2,72 t/ha dan 3,20 t/ha, 71,1% dan 101,3% lebih tinggi daripada teknologi Rekomendasi yang menghasilkan 1,59 t/ha. Teknologi Biodetas efisien dan secara ekonomi layak diadopsi oleh petani dengan B/C rasio 1,2 dan MBCR 2,2. Biaya produksi per kg kedelai dengan penerapan teknologi Biodetas adalah terendah, berturut-turut sebesar 81,5% dan 82,1% biaya produksi teknologi Rekomendasi dan Biodetas PlusKeywords: soybean, productivity, economic feasibility, rainfed area
PENGARUH KEMASAN DAN HARGA JUAL KERIPIK DAN STIK DARI TEPUNG KOMPOSIT KELADI DAN UBIJALAR TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN Dian Adi Anggraeni Elisabeth; Fawzan Sigma Aurum; Jemmy Rinaldi
Buletin Palawija Vol 15, No 1 (2017): Buletin Palawija Vol 15 No 1, 2017
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v15n1.2017.p1-7

Abstract

Introduksi pengolahan produk snack berbahan baku tepung komposit keladi dan ubijalar telah dilaksanakan di Desa Pelaga, Kabupaten Badung, Bali pada tahun 2013 dan 2014 dengan melibatkan KWT “Mekar Sari”. Penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa produk keripik dan stik yang dibuat dari tepung keladi dan tepung ubijalar dengan perbandingan 3:2 dan 4:1 dapat diterima secara organoleptik (hedonik) oleh panelis. Analisis biaya produksi untuk produk keripik dan stik per kemasan 30 g adalah Rp 1.537,90 dan Rp 1.398,60; dengan R/C ratio 1,29 dan 1,17. Umur simpan produk sampai sekitar 34 minggu pada suhu ruang untuk produk stik yang disimpan dalam plastik PE 0,40 mm sebagai kemasan dalam dengan kertas karton sebagai kemasan luar. Produk snack dikemas dengan desain khusus dan diberi label nama “Keripik Labi” dan “Stick Labi” kemudian diperkenalkan kepada konsumen untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap produk. Studi melibatkan 32 responden. Data dikumpulkan melalui kuesioner semi-terbuka dan dianalisis secara deskriptif kualitatif sederhana. 84-97% panelis menyatakan bahwa informasi tanggal kadaluwarsa produk tidak jelas. Beberapa informasi lain juga dianggap masih agak jelas. Informasi pada kemasan yang tidak jelas membuat 10-15% konsumen menganggap produk tidak menarik sehingga mempengaruhi minat beli konsumen. Disamping itu, harga produk yang mahal juga berpengaruh pada minat beli konsumen (25-27%). Harga jual sebesar Rp 3.500,00 dianggap tidak sesuai untuk produk snack kemasan 30 g. Harga jual yang pantas/sesuai menurut mayoritas konsumen (89-90%) adalah kurang dari Rp 3.000,00.Hasil penelitian ini memang masih jauh dari yang diharapkan. Namun, hasil studi dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi petani untuk pengembangan produk secara komersial.