p-Index From 2019 - 2024
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Hortikultura
Apri Laila Sayekti
Puslitbang Hortikultura

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Kelas Benih Kentang (Solanum tuberosum L.) Berdasarkan Pertumbuhan, Produksi, dan Mutu Produk [Seed Class Potatoes Based on Growth, Production, and Quality Products (Solanum tuberosum L.)] Djoko Mulyono; M. Jawal Anwarudin Syah; Apri Laila Sayekti; Yusdar Hilman
Jurnal Hortikultura Vol 27, No 2 (2017): Desember 2017
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v27n2.2017.p209-216

Abstract

Sistem perbenihan kentang yang ada saat ini terdiri atas lima kelas benih, yaitu G0, G1, G2, G3, dan G4. Kelas benih G0 sampai G3 merupakan benih sumber, sedangkan kelas benih G4 merupakan benih sebar. Banyak penangkar, petani maupun stakeholder lainnya berpendapat bahwa proses produksi benih kentang dari kelas G0 sampai G3 cukup lama sehingga penyediaan benih untuk kentang konsumsi (G4) tidak dapat dilakukan secara cepat. Kegiatan penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat produktivitas kentang masing-masing kelas benih G0 sampai G4 agar dapat direkomendasikan sebagai kelas benih untuk kentang konsumsi. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Margahayu Balitsa Lembang dari bulan September sampai November 2012 menggunakan rancangan acak kelompok dengan enam perlakuan, yaitu kelas benih (G0, G1, G2, G3, G4, dan kontrol) dan empat ulangan. Parameter yang diamati meliputi pertumbuhan tanaman, produksi, dan mutu produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kentang yang berasal dari kelas benih G3 menghasilkan produksi dan kelas umbi A dan B yang tertinggi sehingga cocok untuk benih sebar. Untuk peningkatan produksi ternyata kelas benih yang lebih tinggi (G0 dan G1) memiliki peningkatan produksi dan menghasilkan umbi kelas C dan D yang lebih tinggi daripada kelas benih di bawahnya sehingga cocok dikategorikan sebagai benih sumber.KeywordsKentang; Pertumbuhan; Produksi; Kelas benihAbstractPotato seed systems that exist today consists of five seeds classes, namely G0, G1, G2, G3, and G4. G0 to G3 seed is the source seed, while classes G4 seed was extension seed. Many breeders, farmers and other stakeholders argue that the process of seed production from G0 to G3 class was too long so that the supply of potatoes seeds for consumption (G4) could not be carried out faster. Research was conducted to determine the level of productivity of each class of potato seed G0 to G4 to be recommended as a seed class for potato consumption. The reseach was conducted at Margahayu Experimental Garden of Indonesian Vegetable Research Institute Lembang from September–November 2012 in randomized block design with six treatments : seed class (G0, G1, G2, G3, G4, and control) with four replications. The parameters observed were plant growth, production, and product quality. Hence, it can be concluded that potatoes derived from G3 class was quite suitable for extension seeds. The higher the seed class (G0 and G1) the higher the increasing rate and it produced higher number of C and D tuber grade.
Hubungan Kepemilikan Aset Produksi terhadap Keputusan Petani untuk Menggunakan Varietas Unggul Baru Pepaya Merah Delima (The Association of Production Assets on Farmer Selection of A New Variety, Merah Delima Papaya) Apri Laila Sayekti; Rima Setiani; Nur Qomariah Hayati; Rizka Amalia Nugrahapsari; Sulusi Prabawati; Khoirun Enisa Maharina; Djoko Mulyono; nFN Puspitasari; nFN Waryat; Muhammad Prama Yufdy
Jurnal Hortikultura Vol 30, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v30n2.2020.p177-184

Abstract

Keputusan untuk mengadopsi varietas atau teknologi baru, terutama bagi petani skala kecil,  sangat dipengaruhi oleh kepemilikan sumber daya. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi pengaruh kepemilikan aset produksi petani terhadap keputusan petani menggunakan Varietas Unggul Baru (VUB) pepaya Merah Delima. Survei dilaksanakan di beberapa sentra produksi pepaya (Sumatra Barat, Riau, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat) melibatkan 46 responden terpilih yang terdiri atas 17 petani pengguna pepaya Merah Delima dan 29 petani penanam pepaya varietas lainnya. Faktor-faktor determinan penggunaan varietas dianalisis dengan menggunakan model regresi Logit dan Tobit. Ketersediaan sarana dan prasarana produksi berpengaruh signifikan terhadap keputusan petani menggunakan VUB pepaya Merah Delima. Pengaruh sarana dan prasarana produksi terhadap  probabilitas peningkatan penggunaan varietas lebih dominan dibanding pengaruh faktor-faktor lainnya. Oleh karena itu, program pengembangan VUB pepaya Merah Delima lebih lanjut disarankan perlu didukung dengan bantuan penyediaan alat semprot (sprayer) bertenaga mesin atau ditargetkan di lokasi-lokasi yang tidak terlalu bermasalah dengan tata kelola air.KeywordsAdopsi; Pepaya Merah Delima; Varietas Unggul BaruAbstractThe decision to adopt a new variety or technology, especially for small-scale farmers, is heavily influenced by resource ownership. The purpose of this study was to evaluate the effect of farmer production asset ownership on farmers’ decisions to use Merah Delima papaya high yielding variety (HYV). The survey was conducted in several papaya production centers (West Sumatra, Riau, East Java, Central Java, and West Java) involving 46 selected respondents consisting of 17 farmers using Merah Delima papaya and 29 farmers growing other papaya cultivars. The determinants of farmer decision were analyzed using the Logit and Tobit regression models. The results show that the availability of production facilities and infrastructure has significant effects on farmers’ decisions to use Merah Delima papaya HYV. The influence of production facilities and infrastructure on the probability of increasing the usage of Merah Delima papaya is more dominant than the influence of other factors. Therefore, it is recommended that further Merah Delima papaya HYV development program needs to be supported by the assistance of providing farmers with machine-powered sprayers or prioritized at locations that have few water/irrigation management problems.
Pengembalian Investasi Pengembangan Pepaya Merah Delima (Return on Investment of Papaya Merah Delima) Rima Setiani; Apri Laila Sayekti; Nur Qomariah Hayati; Rizka Amalia Nugrahapsari; Tri Budiyanti; Anna Sulistyaningrum; Dita Maulina Fauziah; nFN Waryat; Muhammad Prama Yufdy; Muhammad Jawal Anwarudinsyah; nFN Hardiyanto
Jurnal Hortikultura Vol 31, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v31n2.2021.p195-202

Abstract

Pepaya Merah Delima (MD) hasil penelitian Balitbangtan, Kementerian Pertanian sudah menyebar dan dinikmati oleh masyarakat. Namun, belum ada penelitian yang menampilkan data seberapa besar manfaat yang diterima petani dari investasi yang sudah dikeluarkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pepaya MD dalam meningkatkan pendapatan petani serta mengetahui tingkat pengembalian investasi (Return on Investment = RoI) dalam menghasilkan dan mengembangkan pepaya MD. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober – Desember 2019 di beberapa provinsi yang secara purposif dipilih karena merupakan sentra pengembangan pepaya, yaitu di Jawa Barat, Riau, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, serta Sumatra Barat. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan petani dan peneliti Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Responden 46 petani diwawancarai untuk mendapatkan data usahatani pepaya MD dan pepaya varietas lain, serta lima peneliti untuk mendapatkan data investasi penelitian dan pengembangan. Data diolah menggunakan analisis usahatani dan penghitungan RoI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan bersih petani MD selama 3 tahun sebesar Rp178.269.892,00 per 1.000 pohon, sedangkan petani non-MD memperoleh pendapatan sebesar Rp81.960.650,00 per 1.000 pohon. Sementara itu, nilai pengembalian investasi pepaya MD sebesar 3.074%, artinya setiap investasi Rp100,00 dapat meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp3.074,00. Hal ini mengindikasikan bahwa investasi pepaya MD sangat menguntungkan dan mampu meningkatkan pendapatan petani.KeywordsPendapatan; Pepaya Merah Delima; Petani; RoIAbstractPapaya Merah Delima (MD) is one of improved varieties developed by the Indonesian Agency for Agricultural Research and Development (IAARD). Previous studies indicated that papaya MD has been adopted at the farmers’ level. However, no information is available yet regarding the impacts of this IAARD’ investments to farmers’ income. This study was aimed at determining papaya MD contribution to increase farmers’ income and examining the RoI of producing papaya MD. Surveys were conducted in October - December 2019, in papaya producing provinces, i.e. West Java, Riau, Banten, Central Java, East Java, and West Sumatra. Data collection was carried out through interviews with 46 purposively selected farmers (farm data) and five researchers from the Indonesian Tropical Fruit Research Institute (R & D data). Data were analyzed by using budget and RoI analysis. Results show that the net income of papaya MD farmers for the last three years is IDR 178,269,892 per 1,000 trees, while non-MD farmers obtain IDR 81,960,650 per 1,000 trees. The return on investment is 3.074%, meaning that each investment of IDR 100 could increase farmer’s income by IDR 3,074 which indicate that investment of developing papaya MD is financially feasible and profitable.
Analisis Rantai Nilai Komoditas Kubis (Brassica oleracea L): Studi Kasus di Sentra Produksi Kabupaten Karo (Value Chain Analysis of Cabbages: Case Study in Karo District Production Centre) Idha Widi Arsanti; Apri Laila Sayekti; Adhitya Marendra Kiloes
Jurnal Hortikultura Vol 27, No 2 (2017): Desember 2017
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v27n2.2017.p269-278

Abstract

Kabupaten Karo, Sumatera Utara merupakan sentra produksi kubis yang berkontribusi memberikan devisa negara melalui ekspor. Di samping itu, kubis dari Kabupaten Karo memiliki keunggulan dalam karakteristik produknya dibandingkan dari negara lain. Namun demikian, arti penting kubis sebagai penyumbang nilai devisa belum diikuti dengan perlakuan produksi, panen, pascapanen, dan pemasaran yang memenuhi standar ekspor. Pelaku agribisnis di dalam rantai pasar kubis semakin banyak, di mana awalnya petani menjual ke pedagang pengumpul, pedagang besar, dan langsung ke eksportir, namun sekarang terdapat pelaku baru seperti pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan, kemudian kubis dijual ke pedagang besar. Hal ini memungkinkan terjadinya inefisiensi margin pemasaran di sepanjang alur pemasaran. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu dilakukan analisis rantai nilai komoditas kubis Kabupaten Karo untuk melihat keuntungan yang diperoleh setiap pelaku agribisnis kubis. Lebih lanjut dapat diberikan rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan efisiensi dan keefektifan rantai pemasaran kubis di Kabupaten Karo. Penelitian dilakukan di Kabupaten Karo melalui wawancara langsung kepada pelaku agribisnis kubis pada tahun 2012. Pemilihan sample dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa jumlah pelaku agribisnis kubis tidak terlalu banyak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspor kubis mengalami penurunan dari tahun ke tahun, karena lahan pertanian kubis yang semakin sempit. Kubis dengan nilai R/C yang tinggi menunjukkan tingkat keuntungan yang cukup besar. Dalam rantai pemasaran kubis, petani menerima pangsa yang cukup besar, sementara eksportir dengan kapasitas usaha yang besar juga menerima pendapatan yang seimbang. Sebagai implikasi kebijakan, pemerintah dapat memberikan dukungan dalam peningkatan ekspor berupa diseminasi teknologi budidaya untuk meningkatkan produksi serta fasilitasi ekspor baik sarana maupun prasarana pengangkutan dari lahan usahatani hingga pasar ekspor, perijinan ekspor serta bongkar muat di pelabuhan.KeywordsKubis; Rantai nilai; EksporAbstractKaro District, North Sumatera is a production center of cabbages which provides significant contribution of foreign exchange. Moreover, cabbages in Karo have many advantages compare to cabbages from other countries. Nevertheless, these important roles of cabbages have not been followed by standardized exported treatments, not only the production, harvest, postharvest but also the marketing treatment. Agribusiness of cabbages also show inefficiency of the marketing margin. Based on these problems, it is necessary to analyze the value chain of cabbages in Karo, to see the benefit received by each person in agribusiness system. Further, policy recommendations can be given to improve the efficiency and effectiveness of cabbage supply chain in Karo District. This research was conducted through interviews people who in charge in cabbage agribusiness in 2012. The purposive sample was done considering that the number people in cabbage agribusiness were not too much. The results showed that cabbage exports, in term of value, decreased from year to year, particularly due to limited land. R/C analysis showed the high level of profit. In this cabbage supply chain, farmers receive considerable share, while the exporters with large business capacity also received a higher income. In order to increase production and export of cabbages, it is recommended that government supports several programs such as increase innovation technologies dissemination, improve infrastructures for export as well as develop the simple administration process.