Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

KAJIAN SOSIOLINGUISTIK PEMAKAIAN VARIASI BAHASA KEN (CANT) OLEH PARA PENGEMIS DI LINGKUNGAN LAMPU MERAH KOTA SERANG, PROVINSI BANTEN Arip Senjaya; Ilmi Solihat; Erwin Salpa Riansi
Jurnal Membaca Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Membaca (Bahasa dan Sastra Indonesia)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1868.441 KB) | DOI: 10.30870/jmbsi.v3i2.5224

Abstract

Dalam kehidupan masyarakat yang semakin berkembang, bahasa digunakan untuk pelbagai kebutuhan dan kepentingan. Hal itu terjadi karena adanya perbedaan status sosial dalam masyarakat dan situasi berbahasa. Oleh karena itu, diperlukan adanya perhatian khusus terhadap dimensi kemasyarakatan bahasa. Dalam  ilmu  sosiolinguistik, keanekaragaman pemakaian bahasa disebut sebagai variasi bahasa. salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya variasi bahasa adalah pemilihan terhadap salah satu ragam bahasa yang dipengaruhi oleh faktor kebutuhan penutur atau penulis akan alat komunikasi yang sesuai dengan situasi. Sekait  dengan  uraian  tersebut,  ken  (chant)  merupakan  salah  satu  variasi bahasa yang memiliki kekhasan tersendiri. Kekhasan tersebut terlihat pada tuturan yang  diungkapkan   dalam   situasi   tertentu   dan   hanya   dipakai   oleh   kelompok masyarakat sosial-ekonomi rendah. ken (chant) adalah wujud ragam bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial tertentu dengan lagu yang dibuat-buat supaya lebih menimbulkan kesan “memelas” atau supaya “dikasihani”.penelitian ini akan mengkaji penggunaan bahasa ken oleh pengemis di lingkungan Lampu Merah Kota Serang. Para pengemis memiliki tuturan dan gaya yang khas ketika meminta- minta. Hasil penelitian ini; tuturan pengemis di lingkungan Lampu Merah Kota Serang Provinsi Banten ditemukan kosakata yang dapat dikategorikan sebagai ciri variasi ken, yaitu sebanyak 15 buah. Dalam tuturan pengemis di lingkungan Lampu Merah Kota Serang, Provinsi Banten  ditemukan pula kalimat yang dapat dikategorikan sebagai kalimat fitur ken.
PUISI DAN AURAT Arip Senjaya
Jurnal Membaca Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Membaca (Bahasa dan Sastra Indonesia)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1856.544 KB) | DOI: 10.30870/jmbsi.v3i2.5238

Abstract

Esai ini paling tidak berguna bagi saya khususnya untuk mencari tahu (1) kapan puisi pertama manusia lahir? Pertanyaan ini disertai manusia sebab tentu kata-kata Tuhan dalam versi manusia sering juga disebut puisi—Alquran, misalnya, sering pula dianggap suatu puisi. Bahasa Tuhan yang tidak tertulis, seperti keindahan alam, sering juga dinilai puitik. Karena pertanyaan pertama tentang manusia, maka (2) Siapa penyair pertama di tingkat manusia itu? dan (3) Apa konsekuensinya bagi sejarah perkembangan manusia dan puisi itu sendiri? Dari sejak awal spekulasi, bahwa sejarah puisi tidak akan jauh dari sejarah penciptaan manusia, ternyata benar saya temukan dalam salah satu sumber yang mengklaim kata-kata Adam pertama kali sebagai puisi. Sumber tersebut akan dibahas pada bagian selanjutnya. Tapi dengan membaca sumber tersebut dan sumber lainnya sebenarnya persoalan ini memperkembangkan banyak hal di luar tema manusia dan puisi, misalnya tentang penciptaan, dan ini mungkin tema klasik dalam diskusi teologi, tapi semoga tidak terasa begitu bagi para pecinta puisi. Tidak salah kiranya jika bagian-bagian yang meluas itu dihadirkan pula sehingga esai ini bertahan sebagai esai: sebuah obrolan ketimbang penyelidikan akademik metodologis.
Kesetiaan yang Keras Arip Senjaya
Jurnal Membaca Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 1 (2016): Jurnal Membaca (Bahasa dan Sastra Indonesia)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.788 KB) | DOI: 10.30870/jmbsi.v1i1.1664

Abstract

Kesetiaan dalam kepenyairan mungkin hanya dapat dilihat dari bentuk-bentuk ucap puisi yang dijaga tiap-tiap penyair, bukan pada sikap masing-masing mereka dalam memberi pemandangan atas hidup. Akan sukar kita melihat kesejajaran keduanya, dan mungkin hanya dengan kebetulan-kebetulan saja keduanya duduk sama tinggi. Sekali penyair membangun sikap pandang pada hidup dan itu jelas dalam sebuh puisi, kita tak usah berharap ia akan setia dengan pandang yang sama pada puisi lainnya. Kecuali penyair kita andaikan sebagai penjaga ‘moral tamat’ yang memegang teguh kebenaran tertentu dan ia ada di bumi semata untuk tujuan tunggal. Tapi pada bentuk, kita masih bisa menduga, siapa pun ia, akan lebih tahan dalamnya. Berbagai kumpulan puisi Acep Zamzam Noor, Afrizal Malna, Agus R Sarjono, Joko Pinurbo, Hanna Fransisca, dll., juga para penyair sebelum mereka, adalah kisah tentang ketahanan masing-masing dalam bentuk ucap masing-masing.
SHEL SILVERSTEIN: PENGALAMAN PENERJEMAHAN PUISI Arip Senjaya
Jurnal Membaca Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 2, No 2 (2017): Jurnal Membaca (Bahasa dan Sastra Indonesia)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (535.558 KB) | DOI: 10.30870/jmbsi.v2i2.2714

Abstract

Melalui esai ini saya akan berbagi pengalaman tentang menerjemahkan puisi dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Pengalaman penerjemahan kali ini mengisahkan (1) pengalaman memahami bahasa Inggris dalam konteks puisi asli dan terjemahannya, (2) penggunaan kata dan atau idiom sepadan dalam bahasa Indonesia yang adu-tawar karena ruang budaya bahasa sasaran yang berubah dan harus diputuskan oleh “pengalawan sastrawi” penerjemah sebagai yang—secara subjektif—tahu apresiator bahasa sumber, (3) mengisahkan tentang kreativitas penulisan puisi di Indonesia dan dunia yang bersinggungan sehingga penerjemah dapat membangun rasa percaya diri jika dalam bahasa sasaran terdapat kecenderungan kreativitas yang sama: bahwa penyair dari berbagai belahan dunia sesungguhnya adalah dalam satu bahasa estetik yang sama.
BENTUK Arip Senjaya
Jurnal Membaca Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 5, No 2 (2020): Jurnal Membaca (Bahasa dan Sastra Indonesia)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/jmbsi.v5i2.9782

Abstract

tulisan ini berupa esai. Setiap terbitan jurnal membaca, tulisan terakhir berupa esai yang berkaitan dengan jurusan pendidikan bahasa Indonesia.
SASTRA ANAK UNTUK TRANSFORMASI SOSIAL Abdul Rosyad; Arip Senjaya
Jurnal Membaca Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 6, No 2 (2021): Jurnal Membaca (Bahasa dan Sastra Indonesia)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/jmbsi.v6i2.13066

Abstract

Penelitian ini berangkat dari masalah-masalah sosial yang tengah dihadapi dan sastra menurut para ahli yang kami gunakan merupakan salah satu solusi untuk mengamankan “manusia masa depan” sehingga lebih baik dari kondisi manusia-manusia sekarang. Dengan membaca sumber-sumber teori pendidikan karakter dan pendidikan untuk transformasi sosial dari sumber-sumber pendidikan seni dan pendidikan sastra, dapatlah dijalin masalah yang dihadapi Barat dan Timur (dalam hal ini Indonesia). Metode penelitian ini analisis teori dan merefleksikan teori-teori tersebut terhadap pandangan-pandangan para peneliti di Indonesia yang kami pilih dari beragam artikel jurnal.
Tokoh-Tokoh Dalam Penjara Bahasa Endin Saparudin; Arip Senjaya; Alfi Bahaviani
Jurnal Inovasi dan Kreativitas (JIKa) Vol. 2 No. 1 (2022): Februari
Publisher : Universitas Serang Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30656/jika.v2i1.4879

Abstract

Problem: In an interview in 2004, female writer Linda Christanty admitted that she had used politics as the initial foundation of her writing career. Furthermore, for Christanty, writing both literature and journalism is not only a celebration of pleasure, but also her choice and opportunity to take action. Unfortunately, in Christanty’s three published anthologies of short stories, namely Kuda Terbang Maria Pinto (2004), Rahasia Selma (2010), and Seekor Anjing Mati di Bala Murghab (2012), the politics turns out to be neither a dominant nor an explicit theme. Christanty appears to “merely” hands out the theme of politics as a story filler which is barely alluded while putting more emphasis on inter-relationships among human beings (the characters within her short stories). In fact, the majority of Christanty’s short stories’ protagonists often seem to try to take a form of identity that is acceptable to their social surroundings. Purpose: this writing will attempt to examine the desires of the three anthologies’ protagonists while also proving that these characters have experienced symbolic violence as they have been linguistically repressed. Methodology: Hence, using Lacanian Psychoanalysis, this writing will attempt to examine the desires of the three anthologies’ protagonists while also proving that these characters have experienced symbolic violence as they have been linguistically repressed. Consequently, the protagonists of Christanty’s short stories always find themselves in a constant tension between the Symbolic and the Real. Results/Finding: Furthermore, this evidences that these protagonists are perpetually trapped in linguistic confinement, which ends up in forming chains of significations to the Imaginary. These characters have been eternally cursed to desire slippery linguistic signifiers as they have been anchored by Name-of-the-Father (Nom du Pere) through the socio-cultural order that influences the characters themselves. Paper Type: Literature studies Keywords: short stories, Linda Christanty, Lacanian Psychoanalysis, Linguistic Confinement
NILAI RELIGIOSITAS PADA NOVEL KAMBING DAN HUJAN KARYA MAHFUD IKHWAN RELEVANSINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA Hari Muhamad Rizki; Arip Senjaya; Ahmad Supena
Jurnal Membaca Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 8, No 1 (2023): Jurnal Membaca (Bahasa dan Sastra Indonesia)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/jmbsi.v8i1.19841

Abstract

Nilai religius merupakan nilai yang membahas konsep kehidupan atau keagamaan perihal aturan yang mengatur manusia dengan Tuhannya. Pertanyaan penelitian ini, yakni (1) Bagaimana bentuk nilai religius pada novel Kambing dan Hujan karya Mahfud Ikhwan? (2) Bagaimana relevansi nilai religius terhadap bahan ajar Sastra di SMA?. Tujuan penelitian ini, yakni (1) Untuk mendeskripsikan bentuk nilai religius hubungan manusia dengan tuhan, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam dalam novel Kambing dan Hujan Karya Mahfud Ikhwan (2) Untuk mendeksripsikan relevansi bentuk nilai religius terhadap bahan ajar di SMA. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif analitik. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik studi pustaka, baca, dan catat. Sumber data pada penelitian ini, yakni novel Kambing dan Hujan karya Mahfud Ikhwan. Hasil analisis data pada penelitian ini memiliki relevansinya terhadap pembelajaran sastra di kelas XI SMA yang dapat dijadikan referensi bahan ajar di kelas.