Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Keanekaragaman Burung di Kawasan Babakan Siliwangi City Forest Path, Kota Bandung: Bird Diversity in Babakan Siliwangi City Forest Path, Bandung City Shelvie Raffiza Nasihin; Eneng Nunuz Rohmatullayaly
Jurnal Sumberdaya Hayati Vol. 9 No. 1 (2023): 2023
Publisher : Departemen Biologi, Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jsdh.9.1.1-6

Abstract

Indonesia is a habitat for around 17% of the world’s bird species. Birds have an essential role, such as helping in pollination and seed dispersal, controlling insects, and as indicators of environmental change, hence their existence needs to be maintained to maintain the balance of the ecosystem. Babakan Siliwangi City Forest Path Bandung is an urban and green open area used as a public area allowing it to be a habitat for various birds. Therefore, this study aimed to determine the diversity and birds at that location. The method used in this study is the point count method with ten observation points and five repetitions with one observation line. The results showed five species of birds with 45 individuals from four families, namely Passeridae, Apodidae, Pycnonotidae, and Dicruridae. The index value of bird species diversity in this area is moderate (1.20). The Cucak Kutilang (Pycnonotus aurigaster) had the highest abundance of bird species (58%), while the lowest was the Srigunting (Dicrurus macrocercus) (2%). In addition, the evenness of bird species is high (0.74) with no dominance (0.39) and low species richness (1.05). Thus, the Babakan Siliwangi City Forest Path Bandung area has ecosystem conditions to support a bird’s habitat.
INVENTARISASI FAUNA SEBAGAI POTENSI EKOWISATA DI JALUR TREKKING DESA KOMODO, TAMAN NASIONAL KOMODO Riska Amalia; Salwa Nurfitria; Resty Septiayu; Muhammad Zamzam Muzamil; Annisa Zahra; Eneng Nunuz Rohmatullayaly
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 21, No 1 (2023): BIOTIKA JUNI 2023
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/biotika.v21i1.43546

Abstract

Keanekaragaman hayati di Taman Nasional Komodo menjadi potensi dan daya tarik utama yang dikembangkan sebagai ekowisata. Pengelolaan ekowisata telah dilakukan di Loh Liang, Pulau Komodo dan menjadi destinasi wisata unggulan. Desa Komodo merupakan satu-satunya desa di Pulau Komodo yang berjarak 1,8 km dari Loh Liang dan telah ditetapkan menjadi desa wisata sejak tahun 2013. Konsep desa wisata menjadikan masyarakat Desa Komodo memiliki peran aktif dalam pembangunan dan pengelolaan desa, salah satunya dalam pengembangan ekowisata. Salah satu bentuk peranan masyarakat yaitu dengan menginisiasi untuk dibukanya jalur trekking Desa Komodo pada tahun 2020. Hal tersebut dilakukan guna memperkenalkan keanekaragaman hayati, bentang alam, maupun kebudayaan masyarakat Ata Modo kepada wisatawan dengan harapan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Namun, belum ada kajian dan inventarisasi mengenai keanekaragaman fauna di jalur trekking Desa Komodo. Jalur trekking direkam menggunakan Global Positioning System (GPS), meliputi medium trek (1,98 km) dan long trek (2,87 km). Pengumpulan data keanekaragaman fauna dengan metode jelajah (cruise method) dan mencatat setiap perjumpaan baik secara fisik, jejak, kotoran, maupun suara hewan pada tanggal 24 sampai 26 Agustus 2022 di pagi dan sore hari. Ekosistem pada jalur trekking terbagi menjadi dua, yaitu Hutan Sabana (suhu udara 30-34,6°C dan kelembapan 46,7-61%) dan Hutan Monsun (suhu udara 30,8-35°C dan kelembapan 43-60%). Pada ekosistem tersebut ditemukan 2 spesies reptil, 2 spesies mamalia, 18 spesies avifauna, dan 19 spesies insekta. Keanekaragaman fauna dan terdapatnya lokasi perjumpaan Komodo (Varanus komodoensis), bahkan sarang Komodo di jalur trekking dimungkinkan menjadi daya tarik wisatawan untuk datang ke Desa Komodo.
The Jatinangoriense Herbarium as Learning Innovations within the Independent Learning Independent Campus (MBKM) Budi Irawan; Eneng Nunuz Rohmatullayaly
Khizanah al-Hikmah : Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi, dan Kearsipan Vol 11 No 1 (2023): June
Publisher : Program Studi Ilmu Perpustakaan UIN Alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/kah.v11i1.cf2

Abstract

The Jatinangoriense Herbarium is a teaching herbarium managed by the Biosystematics and Molecular Laboratory, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Padjadjaran University. It stores approximately 8,000 specimens, including collections of angiosperms, ferns, algae, fungi, seed collections, simplicia, and carpology. The herbarium serves as a facility for learning, research, community service, and plant identification services. In line with the Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) program, the presence of this teaching media plays an essential role in supporting the program as a means of developing digital teaching media and courses that focus on the competence of biocurators. This qualitative research employs the 4D model with four stages: define, design, develop, and disseminate. The result is an instructional video on the techniques and management of the herbarium, which serves as one of the teaching materials in the Collection and Management of Biological Specimens course. Additionally, the MBKM program facilitates off-campus students by using digital learning facilities, encouraging universities to develop virtual museums and herbaria that can be widely accessed as sources of knowledge. The Bachelor's Degree Program in Biology at the Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Padjadjaran University, provides students with the opportunity to learn and practice the development of a virtual herbarium through the Digitalization of Biological Objects course, utilizing various specimens from the Jatinangoriense Herbarium.