Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PENERAPAN ADAPTASI PSIKOSOSIAL PADA MASYARAKAT PASCA TRAUMA BENCANA ALAM DI KAMPUNG LEBO KECAMATAN MANGANITU Conny Juliana Surudani; Yenny Budiman Makahaghi; Nansy Delia Pangandaheng
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 5 No 1 (2021): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/tkrg.v5i1.345

Abstract

Kejadian gangguan psikososial biasanya mulai muncul segera setelah bencana terjadi (60 persen). Angka kejadian akan turun seiring dengan berjalannya waktu. Akan tetapi, hal ini tidak menutup kemungkinan gangguan psikososial akan muncul pada rentang waktu lama setelah terjadinnya bencana. Selain itu, resiko terjadinya gangguan psikososial juga semakin menurun jika tiak terjadi cedera fisik yang berarti dan kehilangan orang terdekat. Tujuan PKMS ini yaitu mengurangi dampak psikologi pasca trauma bencana alam akibat kehilangan berduka terhadap keluarga dan harta benda. Kegiatan penyuluhan dilakukan dari rumah ke rumah hal ini dilakukan karena pandemi Covid-19, dimana tim pengabdian mengunjungi rumah-rumah keluarga yang terdampak dengan bencana alam kampung Lebo Kecamatan Manganitu, kemudian melakukan Intervensi Adaptasi Psikologis pada keluarga, kecemasan yang dirasakan oleh keluarga yang mengalami trauma pasca bencana dapat berkurang dengan selalu melakukan tindakan yang sudah diberikan jika rasa takut/cemas datang kembali. Setelah diberikan penyuluhan dan pemberian intervensi adapatsi psikologis pada masyarakat terdampak bencana alam dikampung Lebo Kecamatan Manganitu dapat mengurangi resiko terjadinya depresi akibat kecemasan yang berlebihan karena kehilangan harta benda dan anggota keluarga lainnya. The incidence of psychosocial disorders usually start immediately after the disaster (60 percent). The incidence rate will decrease over time. However, this does not rule out the possibility that psychosocial disorders will appear for a long time after the disaster. In addition, the risk of developing psychosocial disorders also decreases if there is no significant physical injury and loss of loved ones. The goal of PKMS was reduce the psychological impact of post-traumatic natural disasters due to loss of grief to family and property. Outreach activities were carried out by door to door, those was done because of the Covid-19 pandemic, where the community service team visite the home of families who impact by natural disasters in Lebo village, Manganitu District, then carried out Psychological Adaptation Interventions on families, anxiety felt by traumatized families Post-disaster can be reduced by always take the action that have been given if fear / anxiety returns. After being given counseling and psychological adaptation interventions to peole in Lebo affected by natural disaster, Manganitu District, it can reduce the risk of depression due to excessive anxiety due to loss of property and other family members.
KARAKTERISTIK PENDERITA DAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA ULKUS KAKI DIABETIK Yeanneke Liesbeth Tinungki; Nansy Delia Pangandaheng
Jurnal Ilmiah Sesebanua Vol 3 No 1 (2019): Jurnal Imiah Sesebanua
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ulkus kaki diabetik sampai saat ini menjadi masalah kesehatan utama diseluruh dunia, karena kasus yang semakin meningkat, ulkus bersifat kronis dan sulit sembuh, mengalami infeksi dan iskemia tungkai dengan risiko amputasi bahkan mengancam jiwa, membutuhkan sumber daya kesehatan yang besar, sehingga memberi beban sosio-ekonomi bagi pasien, masyarakat, dan negara. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui karakteristik penderita ulkus kaki diabetik dan faktor risiko terjadinya Ulkus Kaki Diabetik di Wilayah Kerja Puskesmas Manganitu Kecamatan Manganitu Kabupaten Kepulauan Sangihe Propinsi Sulawesi Utara. Metode penelitian yang digunakan ialah metode kualitatif dengan lima orang partisipan. Penelitian ini telah berlangsung selama kurang lebih 3 bulan yakni pada bulan Februari s/d bulan Mei 2019. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa informan berdasarkan jenis kelamin terdiri dari 4 orang perempuan dan 1 orang laki-laki, sesuai usia semua informan termasuk kategori lanjut usia berkisar antara 55 tahun – 66 tahun. Informan 2 orang merupakan pensiunan, 2 orang masih aktif di pelayanan gereja dan di sekolah, sedangkan 1 orang hanya tinggal di rumah.Informan 3 orang memiliki penghasilan yang berkisar dari 2.000.000 s/d 5.500.000 per bulan sedangkan 1 orang informan memiliki penghasilan 1.000.000 per bulan sedangkan 1 orang informan Ny. C.M memiliki penghasilan yang jauh dari Upah Minimum Rata-rata. Kesimpulan penelitian ini yaitu pasien ulkus DM sebagian besar yaitu berjenis kelamin perempuan dengan kategori umur lansia muda, dan tidak cukup memenuhi kebutuhan hidup. Dan faktor risiko terjadinya ulkus kaki diabetik adalah gatal pada bagian telapak kaki, membentuk eksudat terjadilah luka dan infeksi sebagai akibat dari glukosa darah yang tinggi dan tidak terkontrol. Ulcer among foot of diabetic have become a major health problem throughout the world, due to increasing cases, chronic ulcers and difficult to heal, infection and limb ischemia with the risk of amputation and even life-threatening, requiring large health resources, thus placing a socio-burden economics for patients, society and the country. The purpose of the study was to obtain an in-depth understanding of the life experience of diabetic foot ulcer sufferers in the Manganitu Health Center Work Area, Manganitu District, Sangihe Islands Regency, North Sulawesi Province. The research method used qualitative method. This research has been going on for approximately 3 months, from February to May 2019. The results showed that the informants by sex, consisted of 4 women and 1 man, according to the age of all informants including the elderly category ranging from 55 year- 66 years. 2 informants were retirees, 2 people were active in church and school services, while 1 person only stay at home. 3 informants have income ranging from 2,000,000 to 5,500,000 per month while 1 informant has an income of 1,000,000 per month while 1 informant Ny. C.M has an income that is far from the Average Minimum Wage. The conclusion of this reaseach most of the informant that it the woman with of age is elderly, not enough to fullfill of life needs. And risk factor of occurrence diabetic foot ulcer is itching on the soles of the feet forming pus resulting in sores and infectios as a result of high and uncontrolled high blood glucose.
PERAWATAN PASIEN DENGAN ULKUS KAKI DIABETIK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGANITU KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE SULAWESI UTARA: STUDI KUALITATIF Yeanneke Liesbeth Tinungki; Nansy Delia Pangandaheng
Jurnal Ilmiah Sesebanua Vol 3 No 2 (2019): Jurnal Imiah Sesebanua
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ulkus Diabetikum adalah kondisi medis yang ditandai dengan luka cekung yang lama, tidak menyembuh, dengan pembengkakan, berbatas tegas. Di Puskesmas Manganitu jumlah penderita Ulkus Diabetikum semakin bertambah. Ada yang pulang paksa dengan tidak tuntas perawatan luka menyebabkan semakin tinggi derajat ulkus semakin besar risiko amputasi. Tujuan penelitian adalah mengetahui perawatan ulkus kaki diabetik pada pasien. Metode penelitian yang digunakan ialah metode kualitatif dengan 5 orang partisipan yang diwawancara. Partisipan tersebut adalah pasien dengan ulkus kaki diabetik di Puskesmas Manganitu. Penelitian telah berlangsung selama 3 bulan yakni pada bulan Februari s/d bulan Mei 2019. Hasil penelitian ditemukan dua tema besar yakni perasaan tentang pengalaman selama merawat luka ulkus dan makna hidup setelah mendapatkan penyakit diabetes. Kesimpulan penelitian ini adalah sebagian besar partisipan menyatakan puas melakukan perawatan luka di fasilitas pelayanan kesehatan. Dan makna hidup setelah mendapatkan penyakit diabetes adalah partisipan lebih giat mengontrol kesehatan dengan mengontrol asupan makanan, mengontrol kadar glukosa darah, dan rajin meminum obat. Diabetic ulcers are medical conditions that are characterized by long concave sores, not healing, with swelling, well-defined borders. In Manganitu Health Center the number of patients with Diabetic Ulcer was increasing. Some were forced home with incomplete wound care causes the higher the degree of ulcer the greater the risk of amputation. The purpose of the study was to understanding of the care process of diabetic foot ulcer patients in the Manganitu Health Center Work Area Manganitu District, Sangihe Islands Regency, North Sulawesi Province. The research method used qualitative method with five partisipants. The research has been going on for 3 months, from February to May 2019. The results of the recearch showed the two theme were experience of treat ulcer wounds and mean of life after have of diabetes desease. Conclusion of this research is most of the partisipant stated statisfied do care ulcer in aminities cervise of health. And meaning of live partisipants more enterprising control of health with control of suplay food, control of glucose of blood and enterprising suplay of medicine.
GAMBARAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA DI KAMPUNG BENGKETANG KALURAE DAN LENGANENG Gitalia Putri Medea; Nansy Delia Pangandaheng
Jurnal Ilmiah Sesebanua Vol 6 No 1 (2022): Jurnal IlmiahSesebanua
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/jis.v6i1.495

Abstract

Depresi menjadi salah satu penyebab paling signifikan dari penderitaan emosional di usia lanjut dan mungkin juga menjadi faktor penyebab morbiditas dari banyak gangguan medis (Casey, 2017). Sekarang ini semua orang di dunia sedang berjuang menghadapi pandemi COVID-19. Penularan cepat wabah pandemi COVID-19, angka kematian yang lebih tinggi, isolasi diri, jarak sosial, dan karantina dapat memperburuk risiko masalah kesehatan mental (Mukhtar, 2020). Kabupaten Kepulauan Sangihe yang merupakan salah satu kabupaten dari provinsi Sulawesi Utara pun terpapar dengan penularan virus corona. Beberapa kampung yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Enemawira yaitu Bengketang, Kalurae dan Lenganeng. Berdasarkan hal tersebut maka merupakan hal yang penting untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Kejadian Depresi Pada Lansia di Kampung Bengketang, Kalurae dan Lenganeng”. Metode dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif untuk mengetahui gambaran kejadian depresi pada lansia di kampung Bengketang, Kalurae dan Lenganeng menggunakan Kuesioner karakteristik Responden yang meliputi data sosio demografi, dan Kuesioner Geriatric Depression Scale. Ditemukan lansia paling banyak berusia 60-74 tahun dengan frekuensi 42 responden (84 persen), jenis kelamin perempuan sebanyak 30 responden (60 persen), pendidikan rendah 27 responden (54 persen) dan pekerjaan Ibu Rumah Tangga 13 responden (26 persen). Sebagian besar lansia yaitu 70 persen tidak depresi, 28 persen berada di kategori kemungkinan depresi dan 2 persen depresi. Bagi tenaga kesehatan dapat memberikan penyuluhan kesehatan pada lansia untuk mencegah terjadinya depresi lebih lanjut. Depression is one of the most significant causes of emotional distress in old age and may also be a contributing factor to the morbidity of many medical disorders (Casey, 2017). Right now everyone in the world is struggling with the COVID-19 pandemic. The rapid transmission of the COVID-19 pandemic outbreak, higher mortality rates, self-isolation, social distancing, and quarantine can exacerbate the risk of mental health problems (Mukhtar, 2020). The Sangihe Islands Regency, which is one of the regencies in the province of North Sulawesi, was also exposed to the transmission of the corona virus. Some of the villages included in the work area of ​​the Enemawira Health Center are Bengketang, Kalurae and Lenganeng. Based on this, it is important to conduct research on “Description of Depression in the Elderly in Bengketang, Kalurae and Lenganeng Villages”. The method in this study is a descriptive method to describe the incidence of depression in the elderly in the villages of Bengketang, Kalurae, and Lenganeng by using the Respondents Characteristics Questionnaire which includes socio-demographic data, and the Geriatric Depression Scale Questionnaire. It was found that the most elderly were aged 60-74 years with a frequency of 42 respondents (84 percent), female sex as many as 30 respondents (60 percent), low education 27 respondents (54 percent) and housewife occupation 13 respondents (26 percent). Most of the elderly, namely 70 percent are not depressed, 28 percent are in the category of possible depression and 2 percent are depressed. Health workers can provide health education to the elderly to prevent futher depression.
PSIKOEDUKASI PADA MASYARAKAT PENERIMA VAKSIN COVID-19 DI KAMPUNG TALOARANE KECAMATAN MANGANITU Conny Juliana Surudani; Yenny Budiman Makahaghi; Nansy Delia Pangandaheng
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 6 No 2 (2022): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/tkrg.v6i2.439

Abstract

Vaksinasi Covid-19 di saat pandemi merupakan upaya yang dilakukan pemerintah untuk mempercepat penurunan pandemi melalui vaksin covid 19. Pemberian psikoedukasi dapat melalui penyuluhan kesehatan pada seseorang yang mengalami gangguan psikis dengan tujuan masalah yang dihadapi dapat teratasi. Tujuan PKMS ini yaitu meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang vaksin covid 19. Kegiatan penyuluhan dilakukan dari rumah ke rumah hal ini dilakukan karena pandemi Covid-19, dimana tim pengabdian mengunjungi rumah-rumah masyarakat kampung Taloarane Kecamatan Manganitu, kemudian menemui masyarakat yang belum menerima vaksin covid-19 kemudian diberikan penyuluhan tentang vaksin covid-19, edukasi menghilangkan kecemasan dan pemeriksaan tekanan darah. Psikoedukasi sangat penting dilakukan kepada masyarakat penerima vaksin covid-19 melalui penyuluhan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat kampung Taloarane dapat menambah pengetahuan tentang pentingnya mengikuti vaksin untuk mengurangi penularan dan melindungi orang-orang sekitar kita agar terhindar dari covid-19. Covid-19 vaccination during a pandemic is an effort made by the government to accelerate the decline of the pandemic through the covid 19 vaccine. The provision of psychoeducation can be through health education to someone who has a psychological disorder with the aim of solving the problems faced. The purpose of this PKMS is to increase public knowledge about the covid 19 vaccine. Counseling activities are carried out from the house to house this is done because of the Covid-19 pandemic, where the service team visits the homes of the people of Taloarane village, Manganitu sub-district, then meets people who have not received the COVID-19 vaccine. 19 were then given counseling about the covid-19 vaccine, education on relieving anxiety, and checking blood pressure. Psychoeducation needs to be carried out for the recipients of the covid-19 vaccine through health counseling given to the people of the Taloarane village to increase knowledge about the importance of taking vaccines to reduce transmission and protect the people around us to avoid covid-19.
DETEKSI DINI INGATAN (MEMORI) PADA LANSIA DENGAN MENGGUNAKAN SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ) DI KAMPUNG BELENGAN KECAMATAN MANGANITU Nansy Delia Pangandaheng; Gitalia Putri Medea
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 6 No 1 (2022): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/tkrg.v6i1.444

Abstract

Perkembangan memori pada lansia dapat mengalami kemunduran terutama dalam perkembangan kemampuan mental, termasuk kehilangan memori, disorientasi dan kebingungan. Penurunan fungsi kognitif yang terjadi pada lanjut usia dapat berlanjut menjadi gangguan demensia vaskuler maupun alzheimer disease apabila tidak ditangani dengan baik. Tujuan PKMS ini yaitu mengetahui fungsi kognitif pada lanjut usia. Kegiatan penyuluhan dilakukan dari rumah ke rumah hal ini dilakukan karena pandemi Covid-19, dimana tim pengabdian mengunjungi rumah-rumah lansia yang tinggal dikampung Belengan Kecamatan Manganitu. Deteksi dini ingatan dilakukan dengan menggunakan Short Portable Mental Status Questionnaire dan penyuluhan kesehatan resiko terjadinya demensia pada lansia. Dari 10 orang lansia yang dilakukan pemeriksaan melalui SPMQ terdapat 7 orang lansia memiliki kemampuan mengingat dengan baik, 2 orang mengalami gangguan mengingat ringan dan 1 orang lansia mengalami gangguan mengingat sedang. The development of memory in the elderly can experience a decline, especially in the development of mental abilities, including memory loss, disorientation, and confusion. The decline in cognitive function that occurs in the elderly can progress to vascular dementia and Alzheimer's disease if not treated properly. The purpose of this PKMS is to know cognitive function in the elderly. Counseling activities were carried out from the house to house, this was done because of the Covid-19 pandemic, where the service team visited the homes of the elderly who lived in Belengan village, Manganitu District. Early detection of memory is carried out using the Short Portable Mental Status Questionnaire and health education on the risk of dementia in the elderly. Of the 10 elderly people who were examined through SPMQ, 7 elderly people had good memory skills, 2 people had mild memory problems and 1 elderly had moderate memory problems.
PENGALAMAN KELUARGA MENGHADAPI STIGMA MASYARAKAT PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA Nansy Delia Pangandaheng; Gitalia Medea; Jelita Hinonaung; Astri Mahihody
Jurnal Ilmiah Sesebanua Vol 7 No 1 (2023): Jurnal Ilmiah Sesebanua
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/jis.v7i1.554

Abstract

Stigma merupakan bentuk prasangka untuk menolak individu ataupun kelompok karena berbeda dengan yang lain. Seseorang yang mengalami sakit kejiwaan selalu mendapatkan perlakuan buruk dari lingkungan disekitar tempat tinggalnya. Keluarga yang merawatnya juga mendapatkan dampaknya jika memiliki anggota keluarga yang gangguan jiwa. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui bagaimana pengalaman keluarga dalam menghadapi stigma masyarakat terhadap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan teknik wawancara pada enam keluarga yang berbeda tempat tinggal dan memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Tahuna Timur. Analisia data ini menggunakan tujuh langkah Collaizi. Hasil yang didapat yaitu stigma yang buruk akan memberikan dampak kepada ODGJ dan keluarga. Dimana keluarga ikut mendapatkan dampak dari diskriminasi pada keluarga dan anggota keluarga yang sakit jiwa. Berdasarkan wawancara maka penulis menemukan 3 tema utama yaitu persepsi negatif, diskriminasi dari lingkungan sekitar dan kurangnya pengetahuan tentang gangguan jiwa. Stigma is a prejudice to refuse someone or groups because they are different from others. Someone who has a mental illness always bad treated with stigma by around society. And will also impact on the family caring for the patient as well. The Aim of this STUDY wants to know about family experiences facing society's negative community response or stigma to someone with mental disorders. The research method is qualitative where interviewing six (6) different family patients with mental disorders in East District Tahuna Health Center. This data analysis used seven steps of collaizi and the results obtained that the bad stigma will have an impact on the patient and their family. Family members also get the impact of discrimination against mentally ill of patients too. Based on the interview method this research finds three (3) basic themes there are negative responses, discrimination by around society, and less of knowledge about mental disorders.
FAMILY EFFORTS IN LOOKING FOR MENTAL HEALTH SERVICES IN REMOTE AREA OF SANGIHE ISLANDS DISTRICT Nansy Delia Pangandaheng
Jurnal Ilmiah Perawat Manado (Juiperdo) Vol 9 No 02 (2021): DESEMBER
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MANADO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47718/jpd.v10i2.1332

Abstract

Background: The problem of mental health services is inseparable from the reach of health services at hospitals or community health center including development in remote. The implementation of health services in remote areas, including the Sangihe Islands district, go through obstacles due to the difficulty of the terrain by frequently. The people have difficulty accessing health services due to the lack of transportation facilities and dependence on the season. The purpose: Elucidate the efforts of families in seeking mental health treatment in remote areas. The methods: This study uses a qualitative method of phenomenological approach, with purposive sampling technique. The informants in this study were seven families who cared for clients with mental disorders. The data analysis process was carried out using the Collaizi method which consists of seven stages. The validity of research data using triangulation methods with interviews, observation and triangulation among members of the researcher to avoid researcher subjectivity. In addition, researchers conducted member cheking, namely by validating data from informant interviews. Result: Four themes were found in this qualitative research, namely behavioral changes, sources of information on the availability of mental health services, treatment seeking behavior, barriers to looking for mental health services. Conclusion: Six families have taken clients to a neurologist, pastor, and psychiatric hospital, but there is a family who never received medical or traditional treatment because the client refused to be treated.
PEMBERDAYAAN KELUARGA DAN PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM MENINGKATKAN KEBERSIHAN DIRI ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGANITU Nansy Delia Pangandaheng; Gitalia Medea
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 7 No 2 (2023): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/tkrg.v7i2.534

Abstract

Penderita gangguan jiwa sering mengalami gangguan kebersihan diri seperti mandi, menggosok gigi, BAB dan BAK pada tempatnya. Keluarga sangat berperan penting dalam memenuhi kebutuhan perawatan penderita gangguan jiwa sehingga penderita mampu melakukan aktivitas kebersihan diri secara mandiri. Tujuan PKMS ini yaitu melatih keluarga merawat dan memandirikan pasien gangguan jiwa dalam melakukan aktivitas dan latihan seperti: mandi, berpakaian, menyisir rambut, menggunting kuku, mencuci tangan, melatih pasien toileting dengan benar. Tim pengabdi melakukan kunjungan rumah didampingi oleh pemegang program kesehatan jiwa dari Puskesmas Manganitu Kegiatan ini berjalan dengan baik melibatkan 8 orang pasien gangguan jiwa. Hasil yang diperoleh pada hari pertama delapan pasien dibantu oleh keluarga dan tim pengabdi, setelah hari kedua enam pasien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri tetapi dua pasien masih belum bisa melakukan perawatan secara mandiri seperti memakai baju dan menggosok gigi. Dukungan keluarga akan terus membawa dampak yang baik kepada ODGJ dalam mempertahankan kebersihan diri. People with mental disorders often experience problems with personal hygiene, such as bathing, brushing their teeth, defecating and urinating properly. The family plays a very important role in meeting the care needs of people with mental disorders so that sufferers are able to carry out personal hygiene activities independently. The aim of this PKMS is to train families to care for and be independent of mental patients in carrying out activities and exercises such as: bathing, dressing, combing hair, cutting nails, washing hands, training patients to toilet properly. The service team conducted a home visit accompanied by mental health program holders from the Manganitu Health Center. This activity went well involving 8 mental patients. The results obtained on the first day eight patients were assisted by their families and service team, after the second day six patients were able to carry out self-care independently but two patients were still unable to carry out self-care such as wearing clothes and brushing their teeth. Family support will continue to have a good impact on ODGJ in maintaining personal hygiene