ABSTRAKDi Indonesia, terdapat sekitar 31 jenis tanaman obat digunakan sebagai bahan baku industri obat tradisional (jamu), industri non jamu, dan bumbu, serta untuk kebutuhan ekspor, dengan volume permintaan lebih dari 1.000 ton/tahun. Pasokan bahan baku tanaman obat tersebut berasal dari hasil budidaya (18 jenis) dan penambangan (13 jenis). Oleh karena itu, perlu usaha yang lebih intensif supaya pasokan bahan baku tanaman obat dapat terpenuhi, terutama tanaman obat yang masih ditambang dari habitat alaminya. Berdasarkan data neraca pasokan dan permintaan, serta teknologi yang tersedia, arah kebijakan pengembangan dan penelitian tanaman obat bagi menjadi 4 kelompok. Pertama, untuk kelompok tanaman obat yang telah dibudidayakan dalam skala luas, seperti jahe, maka prioritasnya adalah penelitian untuk pengendalian penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Raltsonia solanacearum.Untuk tanaman obat yang masih memungkinkan dikembangkan areal budidayanya, seperti temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dan lempuyang wangi (Zingiiber aromaticum), prioritasnya adalah penelitian untuk menghasilkan varietas unggul dan teknologi budidaya untuk meningkatkan produksi dan bahan aktif. Sedangkan untuk tanaman obat lainnya, prioritas penelitian ditujukan pada diversifikasi vertikal dan horizontal. Kedua, untuk menunjang kemandirian pasokan tanaman obat budidaya yang diusahakan dalam skala sempit, seperti ketumbar, adas, dan cabe jawa, prioritas penelitian adalah penelitian untuk mendapatkan varietas unggul dan teknik budidaya Ketiga, untuk tanaman obat yang masih ditambang dari habitat alami dan permintaannya cukup besar, seperti beluntas, majakan, kunci pepet, seprantu, dan brotowali, maka prioritas penelitian diarahkan pada domestikasi, benih unggul, cara bercocok tanam, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit. Keempat, untuk tanaman obat yang sudah langka, seperti kedawung, pulasari, pulai, bidara putih, bidara laut, bangle, temu giring, dan joho keling, prioritas penelitiannya adalah penangkaran, penentuan kesesuaian lingkungan tumbuh dan teknologi budidaya.Kata kunci : Tanaman obat, pasokan, permintaan, pengembangan, penelitian ABSTRACTStatus of Supply and Demand of Indonesian Medicinal Crops and Their Research and Development PrioritiesThere are 31 medicinal crops of Indonesia that are demanded more than 1.000 tones/year for traditional medicine (jamu) industry, spices and export. Some of these crops (18 species) are cultivated and the others (13 species) are harvested directly from their natural habitat, such as forest. Therefore, the intensive effort to supply the demand of the raw material of medicinal plants is needed, especially the medicinal plants which were still harvested from their natural habitat. Based on the supply and demand data, as well as current available cultivation technologies, research and development strategy of medicinal crops in Indonesia can be grouped in 4 classifications. First, for those medicinal crops which are used in large scale, such as ginger, the research priority is to find effective contro measure of bacterial wilt caused by Raltsonia solanacearum. However, for those which can be expanded, such as Curcuma xanthorrhiza (temulawak) and Zingiiber aromaticum (lempunyang wangi), the research priority should be focused on developing high-yielding varieties and cultivation technology for improving yield and lead compounds of the plants. For other crops within this group, diversification of secondary products need to be intensified. Second, to sustain the supply of medicinal crops that grow in small-scale areas, such as coriander, fennel, and long pepper, research on crop improvement and cultivation technologies must be intensified. Third, medicinal plants which are harvested directly from their natural habitat in large scale, such as Pluchea indica (beluntas), Querqus lusitania (majakan), Kaempferia angustifolia (kunci pepet), Sindora sumatrana (seprant)u, and Tinospora tuberculata (brotowali), domestication of these crops should be carried out to fulfill the demand of raw materials, supported by studies on improving plant breeding and their cultivation technologies. Finally, the endanger medicinal plants such as Parkia roxburghii (kedawung, Alyxia reinwardti (pulasari), Alstonia scholaris (pulai), Merremia mammosa (bidara putih), Strychnos lucida (bidara laut), Zingiber cassumunar (bangle), Curcuma heyneana (temu giring), and Terminalia arbereae (joho keling), the research priority is conservation, finding site-specific location for their growth, and cultivation technology.Key words: Medicinal crops, supply, demand, research, development