Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LADA PERDU YANG DIPUPUK NPK Mg DAN DIAPLIKASI ZAT PENGATUR TUMBUH TRIAKONTANOL Azmi Dhalimi; M. Syakir
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 19, No 1 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v19n1.2008.%p

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pemupukan NPKMg dan zat pengatur tumbuh triakontanol (ZPT Tria) ter-hadap pertumbuhan dan produksi lada perdu. Percobaan lapangan dilakukan di Kebun Per-cobaan Loka Penelitian Pakuon, Sukabumi sejak September 1996 sampai dengan Desem-ber 2000, menggunakan rancangan Petak Ter-bagi dengan tiga ulangan dan ukuran plot 12 tanaman per perlakuan. Sebagai petak utama adalah dosis ZPT Tria empat taraf yang terdiri atas 0; 0,5; 1,0 dan 1,5 mg/l, sedangkan anak petak adalah dosis pupuk NPK Mg empat taraf terdiri atas 0, 200, 400, dan 600 g/tan/th. Peubah yang diamati adalah jumlah daun pada cabang primer, jumlah cabang primer, panjang cabang primer, jumlah cabang sekunder, jum-lah tandan buah per pohon, bobot buah per tangkai, bobot seratus butir dan produksi lada putih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi yang nyata di-tunjukkan oleh dosis pupuk NPK Mg dengan ZPT Tria terhadap jumlah daun per cabang primer, panjang ca-bang primer dan jumlah tandan bunga pada umur 15 bulan setelah tanam (BST). Interaksi ini juga terlihat pada umur 26 BST, terhadap bobot buah bertangkai dan pro-duksi lada putih per pohon. Pertumbuhan ter-baik lada perdu umur 15 BST diperoleh dari pengaruh interaksi pupuk NPK Mg dosis 400 g/tan/th dengan aplikasi ZPT Tria dosis 1,5 mg/l yang meng-hasilkan 50,0 jumlah daun per cabang primer, 62,1 cm panjang cabang primer dan 60,2 jumlah tandan bunga. Sedangkan produksi terbaik lada perdu pada tanaman umur 26 BST adalah 310 g/tan/th bobot buah bertangkai dan 92,7 g/tan/th lada putih. 
Prospek dan Kendala Pengembangan Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Sebagai Bahan Bakar Nabati di Indonesia M. SYAKIR
Perspektif Vol 9, No 2 (2010): Desember 2010
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v9n2.2010.%p

Abstract

ABSTRAKSalah satu komoditas pertanian yang potensial saat ini untuk dijadikan bahan bakar nabati diantaranya jarak pagar. Untuk produksi biodiesel tanaman jarak pagar dapat   dipilih   karena   tanaman  ini   tidak   bersaing dengan  tanaman  penghasil  pangan,  tidak  dimakan binatang   karena   beracun,   mudah   beradaptasi   di lapangan,   berpotensi   menjadi   bisnis   baru   untuk masyarakat  dan  kegiatan  produksinya  dapat  lebih terdesentralisasi.                   Ketersediaan     lahan      untuk pengembangan jarak pagar di Indonesia yang sangat sesuai mencapai 14,2 juta hektar dengan ketersediaan saat   ini   sekitar       5   juta   hektar.   Dalam   rangka mendukung    penyediaan    benih    unggul    untuk pengembangan jarak pagar seluas 2,4 juta ha tahun 2025, telah diperoleh tanaman superior dari aksesi-aksesi yang dikoleksi. Budidaya tanaman jarak pagar relatif masih baru dan teknologi budidayanya terus dikembangkan  seperti  halnya,  komponen  teknologi pengendalian    hama    dan    penyakit,    polatanam, pemupukan serta teknologi pengolahannya. Saat ini total  produksi  biji  jarak  seluruh  Indonesia  masih sangat rendah hanya sebesar 7.852 ton pada tahun 2007 dari luas areal 68.200 ha, meningkat menjadi 7.925 ton tahun 2008 dari areal 69.221 ha dan tahun 2009 menjadi 8.013 dari luas areal 69.315 ha. Masalah utama dalam membantu  percepatan  pengembangan  jarak  pagar selain  pengembangan  komponen taknologi  budidya adalah mencari terobosan baru untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Hal ini bisa ditempuh melalui bioteknologi  dan  rekayasa  genetika  serta  mencari sumber  keragaman  baru  genetika  dari negara asal, termasuk dari negara-negara Amerika Latin.Kata  kunci:  Prospek,  problem,  jarak  pagar,  bahan bakar   nabati,   produktivitas,   rekayasa genetika. ABSTRACTProspects and Problems of Jatropha curcas Development as Biodiesel Energy in IndonesiaOne of potential commodities to be used as bio fuel in Indonesia  is  Jatropha  curcas.    This  plant  is  chosen because it does not compete with food crops, while animal do not like it because it is poisonous. Moreover, this plant is adaptable in different climate conditions and  may  become  a  new  business  opportunity  for farmers,   since   fuel   production   activities   can   be decentralized. There are 14.2 million hectares of land suitable for growing the plant, whereas currently only 5 million hectares are available. Indonesian Centre for Estate Crops Research and Development nowadays has superior varieties that can be used to support expansion   of     2.4   million   hectares   of   jatropha plantations in 2025. However, agriculture technologies still have to be improved in term of, for instance, pest and disease control strategies, planting patterns, as well   as   fertilizing,   and   cultivation   technologies. Moreover, current seed production of jatropha is still low i.e. only 7.582 tonnes in 2007 of 68.200 hectares which becoming 7.925 tonnes in 2008 of 69.221 ha, and 8.013  tonnes  in  2009  of  69.315  hectares.  The  main strategy to accelerate jatropha plantation areas is to find new strategy especially related to how to improve plant  production.  This  approach  may  be  achieved through biotechnology and plant genetic engineering as  well  as  finding  new  genetic  varieties  from  its country of origin, including countries in Latin America.Keywords: Prospect, problem, Jatropha curcas L., bio-  fuel, productivity, genetic engineering
Variabilitas Genetik Plasma Nutfah Kelapa Sawit Asal Angola dan Seleksi Genotipe Berbasis Famili dan Individu untuk Pembentukan Breeding Population Baru Ismail Maskromo; Azis Natawijaya; Syafaruddin Syafaruddin; Fadjry Djufri; M. Syakir
Buletin Palma Vol 18, No 1 (2017): Juni, 2017
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (796.058 KB) | DOI: 10.21082/bp.v18n1.2017.43-51

Abstract

Development a new oil palm variety is determined by the availablity of oil palm genetic materials. The genetic variability could be resulted from both intra and inter family variation. Angola oil palm germplasm is a new oil palm material which were collected from natural habitat in Angola, Africa by Indonesian oil palm qonsortium. The objective of this research were to identify genotypes which carrying any specific characters as well as genotypes-based selection of families and individuals for the formation of a new breeding population. The research were conducted at Kebun Percobaan Sitiung, West Sumatra from January until Desember 2016. The result showed that the genetic variability within and among families are relatively high. There are some genotypes and families selected. The selected genotypes could be used for formation a new breeding population.ABSTRAKKeberhasilan pengembangan varietas unggul kelapa sawit untuk program intensifikasi ditentukan oleh ketersedian material genetik dan variabilitas genetiknya yang luas. Variasi genetik pada plasma nutfah dapat berasal dari variasi antar individu dalam famili dan variasi antar famili. Karakterisasi plasma nutfah kelapa sawit asal Angola bertujuan untuk mengkarakterisasi plasma nutfah kelapa sawit asal Angola, mengidentifikasi genotype-genotipe yang memiliki karakter spesifik, serta seleksi genotype berbasis family dan individu untuk pembentukan breeding populations baru. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Sitiung, Sumatera Barat pada bulan Januari sampai Desember 2016. Semua individu pada semua famili di populasi dura dan tenera/pisifera digunakan sebagai bahan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa plasma nutfah kelapa sawit asal Angola memiliki variabilitas genetik yang luas. Penelitian ini berhasil mengidentifikasi genotipe-genotipe yang memiliki karakter spesifik dan famili-famili terseleksi. Genotipe-genotipe tersebut dapat digunakan untuk merakit populasi baru untuk pemuliaan kelapa sawit tipe baru.
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LADA PERDU YANG DIPUPUK NPK Mg DAN DIAPLIKASI ZAT PENGATUR TUMBUH TRIAKONTANOL Azmi Dhalimi; M. Syakir
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 19, No 1 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v19n1.2008.%p

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pemupukan NPKMg dan zat pengatur tumbuh triakontanol (ZPT Tria) ter-hadap pertumbuhan dan produksi lada perdu. Percobaan lapangan dilakukan di Kebun Per-cobaan Loka Penelitian Pakuon, Sukabumi sejak September 1996 sampai dengan Desem-ber 2000, menggunakan rancangan Petak Ter-bagi dengan tiga ulangan dan ukuran plot 12 tanaman per perlakuan. Sebagai petak utama adalah dosis ZPT Tria empat taraf yang terdiri atas 0; 0,5; 1,0 dan 1,5 mg/l, sedangkan anak petak adalah dosis pupuk NPK Mg empat taraf terdiri atas 0, 200, 400, dan 600 g/tan/th. Peubah yang diamati adalah jumlah daun pada cabang primer, jumlah cabang primer, panjang cabang primer, jumlah cabang sekunder, jum-lah tandan buah per pohon, bobot buah per tangkai, bobot seratus butir dan produksi lada putih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi yang nyata di-tunjukkan oleh dosis pupuk NPK Mg dengan ZPT Tria terhadap jumlah daun per cabang primer, panjang ca-bang primer dan jumlah tandan bunga pada umur 15 bulan setelah tanam (BST). Interaksi ini juga terlihat pada umur 26 BST, terhadap bobot buah bertangkai dan pro-duksi lada putih per pohon. Pertumbuhan ter-baik lada perdu umur 15 BST diperoleh dari pengaruh interaksi pupuk NPK Mg dosis 400 g/tan/th dengan aplikasi ZPT Tria dosis 1,5 mg/l yang meng-hasilkan 50,0 jumlah daun per cabang primer, 62,1 cm panjang cabang primer dan 60,2 jumlah tandan bunga. Sedangkan produksi terbaik lada perdu pada tanaman umur 26 BST adalah 310 g/tan/th bobot buah bertangkai dan 92,7 g/tan/th lada putih. 
Modalitas Estetis Penyandang Tunanetra dalam Distingsi Sosial- Budaya di Era Industri Nur Fajrie; T. R. Rohidi; M. Syakir; I. Syarif
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana Vol. 2 No. 1 (2019)
Publisher : Pascasarjana Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peran seni untuk penyandang tunanetra dalam paradigma era industri society 5.0 didasarkan pada karakteristik sumberdaya manusia yang memiliki kepekaan rasa dan intuisi terhadap kedalaman budaya. Pendidikan seni menjadi mediumberinteraksi radikal terhadap perubahan zaman yang dapat meminimalisir problem dependensi penyandang tunanetra.Kapabilitas teknologi menunjang keberadaan penyandang tunanetra dalam menterjemahkan cipta, rasa dan karsa untukmendapatkan kebenaran, keindahan dan kebaikan dari segala sesuatu yang alaminya. Pendekatan artikel ini mengarahpada konsep Art Based Research dalam pendidikan dan pelayanan sosial penyandang tunanetra. Estetika danpenerapannya menjadi fokus kebutuhan penyandang tunanetra melalui (1) potensi personal, (2) proses interaktif sosial, (3)kolaboratif . Hasil yang ditemukan mengarah pada nilai fungsi (utilitarianism) dan nilai kepedulian sosial (Care of Ethics)bagi evolusi era industri saat ini dan mendatang. Resistensi sosial terbentuk sebagai pembeda kelompok penyandangtunanetra dalam ranah arena di era industri sosial yang mengutamakan nilai humanisme terhadap keterbatasan fisik dankehidupan selanjutnya. Social Model lahir dari kebutuhan dan perubahan sosial melalui pelayanan estetis yangmengakomodir hak penyandang tunanetra sebagai Inclusive Society dalam variabilitas paradigma perkembangan zaman.