Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Analisa Kesesuaian Dana Penelitian Perkebunan di Indonesia Delima H.A. Darmawan; I Wayan Rusastra; Sjarifuddin Baharsjah
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 6, No 1 (1988): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v6n1.1988.1-9

Abstract

IndonesianPeranan riset dalam pembangunan pertanian tidak perlu dipersoalkan lagi. Masalahnya adalah bagaimana sumberdaya riset dialokasikan sehingga diperoleh dampak hasil yang maksimum. Kajian ini menggunakan alat analisa rasio kesesuaian dengan data makro Indonesia. Diperoleh hasil bahwa terdapat ketimpangan alokasi dana subsektor dalam sektor pertanian dan subsektor perkebunan bukan menjadi penyebab kejadian tersebut. Ketimpangan tersebut terkait dengan lemahnya perencanaan alokasi dana bantuan luar negeri, program lanjutan pasca riset yang lebih menekankan pada pembangunan subsektor tanaman pangan, dan kurangnya kesesuaian alokasi dana riset antar komoditi sebsektor bersangkutan. Walaupun demikian, tidak ada alasan untukk mengurangi alokasi dana riset secara absolut untuk seluruh subsektor pertanian di Indonesia, karena alokasinya memang masih rendah (0,17 persen - 0,57 persen) dari produk domestik bruto subsektor bersangkutan. Di negara maju proporsinya dapat mencapai 2,2 persen sampai 4,0 persen. Demikian juga dengan aloksai dana riset komoditi perkebunan. Komoditi coklat yang belakangan ini mendapat alokasi dana riset cukup memadai (3,48 persen) perlu tetap dipertahankan sedangkan untuk komoditi lainnya masih perlu ditingkatkan. Alokasi tenaga penelitian sebaiknya juga mempertimbangkan hasil analisa kesesuaian dalam penelitian ini.
Perencanaan penyaluran beras dalam rangka minimasi biaya pengangkutan Delima H.A. Darmawan
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 2, No 2 (1983): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v2n2.1983.1-7

Abstract

IndonesianSampai saat ini beras masih memegang peran utama dalam konsumsi pangan di Indonesia. Dalam penyaluran beras kepada masyarakat, Bulog menghadapi masalah dalam hal biaya pengolahan, penyimpanan dan angkutan, dilain pihak Bulog juga berperan menentukan harga dasar gabah untuk mensupport petani. Khususnya dalam hal angkutan, Bulog masih mempunyai peluang meminimisasikan biaya angkut. Hal itu dicoba diteliti dengan pendekatan program linear dengan tujuan minimasi biaya penyaluran beras dari dan ke berbagai lokasi. Hasilnya adalah masih ada kemungkinan untuk menekan biaya angkut sebesar 4 - 7 persen dari realisasi biaya total beras tahun 19979/1980. Angka ini sebenarnya cukup kecil, namun cukup membuktikan bahwa penyaluran beras oleh Bulog cukup efisien.
Kajian Permintaan Minyak Goreng pada berbagai golongan pendapatan dan segmen pasar di Indonesia Delima H.A. Darmawan; I Wayan Rusastra; Nizwar Syafa'at
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 3, No 1 (1984): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v3n1.1984.10-19

Abstract

IndonesianMasalah kekurangan bahan baku minyak nabati tidak dapat dipecahkan dari segi produksi yang menitikberatkan pada satu jenis komoditi saja karena pada waktu ini telah pula terjadi perubahan-perubahan pada sektor konsumsi. Perubahan ini diterangkan dalam bentuk kebutuhan konsumsi dalam volume dan kualitas yang lebih tinggi. Walaupun terdapat kecenderungan untuk golongan pendapatan tinggi besarnya kenaikan konsumsi minyak goreng tidak sejalan dengan kenaikan pendapatan, namun terlihat bagi golongan ini keinginan mengkonsumsi minyak goreng dengan kualitas yang lebih baik, sekalipun harganya jauh lebih mahal. Dalam pada itu dari sudut penawarannya, kebijaksanaan yang menitikberatkan pada peningkatan produksi kelapa saja tampaknya tidak akan mencarikan jalan keluar masalah kekurangan bahan baku tersebut diatas, karenanya perlu dikaji potensi sumber lainnya yang dapat menunjang tercapainya swasembada kebutuhan minyak goreng di Indonesia.
Konsumsi dan karakteristik rumah tangga kurang energi dan protein di Nusa Tenggara Mewa Arifin; Achmad Suryana; Delima H.A. Darmawan; Handewi Purwati Saliem
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 6, No 2 (1988): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v6n2.1988.1-8

Abstract

IndonesianTulisan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsumsi energi dan protein serta karakteristik rumahtangga yang kurang zat gizi tersebut di dua provinsi Nusa Tenggara dengan menggunakan data Susenas 1984 dan 1987. Perhitungan konsumsi energi dan protein yang digunakan dalam tulisan ini adalah unit konsumsi dengan satu unit kalori adalah 2530 gram/UP/hari. Kedua angka tersebut digunakan sebagai standar kecukupan konsumsi energi dan protein. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara agregat konsumsi energi dan protein di Nusa Tenggara selama kurun waktu 1984-187 menunjukkan peningkatan. Rata-rata konsumsi energi di Nusa Tenggara Barat (NTB) tahun 1984 sebesar 2316 kalori/hari menjadi 2364 kalori/hari tahun 1987. Sementara itu pada kurun waktu yang sama, konsumsi energi di NTT sebesar 2178 kalori/hari menjadi 2690 kalori/hari dan konsumsi protein sebesar 52 gram/hari menjadi 57 gram/hari. Sejalan dengan peningkatan konsumsi tersebut, proporsi rumahtangga yang mengkonsumsi energi dan protein rendah mengalami penurunan. DI NTB proporsi rumahtangga dengan tingkat konsumsi energi rendah sebesar 45,1 persen di tahun 1984 menjadi 25,3 persen di tahun 1987, sedang di NTT dari 30,6 persen menjadi 17,1 persen. Sementara itu proporsi rumahtangga dengan tingkat konsumsi protein rendah di NTB sebesar 25,0 persen di tahun 1984 menjadi 22,0 persen di tahun 1987. Rumahtangga yang kurang energi dan protein banyak dijumpai pada rumahtangga yang beranggotakan lebih dari empat orang, dan rumahtangga yang mempunyai anak balita.
Kajian Harga Gula Indonesia 1972-1980 Delima H.A. Darmawan; Sjarifudin Baharsjah
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 1, No 1 (1982): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v1n1.1982.36-43

Abstract

IndonesianPerkembangan ekonomi gula pasir tahun-tahun terakhir dicirikan oleh adanya kelebihan permintaan dibandingkan dengan penyediaan dalam negeri. Karena gula merupakan salah satu bahan pangan pokok, campur tangan pemerintah saat ini cukup intensif. Cara yang ditempuh pemerintah adalah dengan pembentukan stock dan kegiatan pasar berupa penyalurannya pada saat-saat diperlukan. Tulisan ini diarahkan untuk mengkaji efektivitas kebijaksanaan tersebut, dengan kriteria berupa taraf integrasi pasar gula pasir Indonesia, kemantapan harga dalam negeri dan pendugaan beberapa parameter ekonomi yang berkaitan erat dengan gula. Telaahan menggunakan data sekunder tahun 1972-1980 (kuartalan). Dari hasil analisa dapat disimpulkan antara lain kebijaksanaan yang ditempuh menghasilkan harga pasar gula pasir dalam negeri yang terlindung dari pengaruh pasar dunia dan merupakan suatu pasar yang terintegrasi secara horizontal dengan baik dan ditandai oleh harga yang mantap. Integraswi pasar yang demikian itu bukan sebagai hasil kebijaksanaan yang ditempuh, melainkan keadaan yang nampaknya telah lama ada. Keadaan ini memberi peluang bagi efektivitas suatu kebijaksanaan harga.
Perdagangan Gula International Delima H.A. Darmawan
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 2, No 1 (1983): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v2n1.1983.8-19

Abstract

IndonesianBerdasarkan angka kebutuhan gula nasional tahun 1980 Indonesia masih memerlukan tambahan gula sebesar 400.000 ton. Keadaan ini menunjukkan ketergantungan Indonesia pada pasar gula internasional. Kajian ini akan melihat bagaimana posisi Indonesia dalam perdagangan gula dunia. Hasil perhitungan dengan regresi linier diperoleh kenyataan, bahwa impor gula Indonesia tergantung pada harga gula di pasar dunia, produksi dalam negeri, pendapatan per kapita dan jumlah penduduk. Dari keragaan impor gula Indonesia sampai dengan tahun 1980, yang mana inpor gula dipenuhi oleh 6 negara yaitu Brasil, Taiwan, EEC, India, Philipina dan Thailand tampaknya Indonesia harus meluaskan mata untuk mencari negara eksportir yang potensial untuk memenuhi kebutuhan impor gula dimasa yang akan datang.