Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Ketahanan Pangan, Konsep, Pengukuran dan Strategi Handewi Purwati Saliem; Mewa Ariani
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 20, No 1 (2002): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v20n1.2002.12-24

Abstract

EnglishFood is the basic need for living and conducting daily activities, meanwhile food security is mandatory for productive and healthy life. The understanding of food security dimensions is important as a starting point on the respective study. The objectives of this paper are to analyze : (1) The concept, (2) The measurement and indicators; and (3) The approach or strategy to achieve food security. Analysis was done by reviewing several research reports and related papers. The study shows that : (1) Concept and definition of food security is changing due to intertemporal complexity of the problem; (2) Food security broad in nature, therefore relevance and various indicators is needed on its measurement; and (3) To achieve food security, food availability as well as entitlement approach need to be considered, sustainable food security, a new paradigm need to be formulated. IndonesianPangan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk dapat hidup dan melakukan aktivitas sehari-hari, sedang ketahanan pangan adalah jaminan bagi manusia untuk hidup sehat dan bekerja secara produktif. Pemahaman berbagai aspek ketahanan pangan merupakan pengetahuan penting dalam mengawali jenis studi ini. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji: (1) Konsep; (2) Pengukuran dan indikator; dan (3) pendekatan atau strategi untuk mencapai ketahanan pangan. Kajian di lakukan melalui studi pustaka dari berbagai hasil penelitian dan tulisan yang terkait dengan aspek kajian. Hasil kajian menunjukan bahwa: (1) Konsep serta pengertian tentang ketahanan pangan berkembang sesuai dengan kompleksitas permasalahan dari waktu ke waktu; (2) Dimensi ketahanan pangan sangat luas sehingga di perlukan banyak indikator untuk mengukurnya; dan (3) untuk mencapai ketahanan pangan, pendekatan ketersediaan pangan dan kepemilikan perlu di pertimbangkan dan untuk ketahanan pangan berkelanjutan diperlukan suatu paradigma baru.
Tingkat Pencurahan Kerja Rumah Tangga di Pedesaan: Studi Kasus di Empat Desa Kabupaten Kudus dan Klaten, Jawa Tengah Tahlim Sudaryanto; Handewi Purwati Saliem; Sahat M. Pasaribu
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 1, No 1 (1982): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v1n1.1982.1-7

Abstract

IndonesianPenelitian-penelitian ketenagakerjaan di Indonesia sebagian besar mendasarkan diri pada konsep Labor Force yang mengelompokkan angkatan kerja ke dalam kategori bekerja atau menganggur. Pendekatan tersebut tidak menggambarkan tingkat penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya. Tulisan ini menyajikan analisa tingkat pencurahan kerja rumah tangga di pedesaan yang merupakan hasil studi kasus di Kabupaten Kudus dan Klaten Jawa Tengah. Dalam telaahan ini dinadingkan tingkat pencurahan kerja antar kelompok rumahtangga menurut luas garapan sawahnya. Hasil analisa menunjukkan bahwa petani kecil mempunya tingkat pencurahan kerja yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok petani yang mempunyai tanah lebih luas. Namun demikian, tingkat pendapatan yang diperoleh ternyata lebih kecil.
Pola Konsumsi Pangan Pokok di Beberapa Propinsi di Indonesia Mewa Ariani; Handewi Purwati Saliem
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 9, No 2-1 (1992): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v9n2-1.1992.86-95

Abstract

IndonesianDengan menggunakan data Susenas disertai beberapa penyesuaian untuk menghitung konsumsi energi dari makanan jadi dan makanan lainnya, tulisan ini menelaah tentang pola konsumsi pangan pokok dan struktur pengeluaran pangan sumber karbohidrat di beberapa propinsi di Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat konsumsi beras di daerah pedesaan secara umum relatif lebih tinggi daripada di perkotaan, demikian halnya untuk konsumsi jagung dan umbi-umbian. Tingkat konsumsi beras tertinggi di Jawa adalah Jawa Barat, sedangkan diluar Jawa adalah DI. Aceh (pedesaan) dan Nusa Tenggara Barat (perkotaan). Propinsi yang mempunyai pola konsumsi makanan pokok tunggal (beras) adalah DKI dan Aceh, sedangkan propinsi yang lain memiliki pola konsumsi makanan pokok yang berbeda yaitu beras, jagung, umbi-umbian dan sagu yang masing-masing bervariasi urutannya berdasar besarnya sumbangan energinya. Sementara itu ditemukan pula bahwa pengeluaran untuk padi-padian merupakan proporsi terbesar diantara pengeluaran pangan yang lain. Kecukupan konsumsi energi rumahtangga sebagian besar bertumpu pada beras. Oleh sebab itu disarankan perlunya peningkatan penyuluhan gizi kepada rumah tangga agar konsunmsi pangan sumber karbohidrat tidak tertumpu pada beras saja. Peningkatan konsumsi makanan selain beras tidak harus sebagai pangan pokok tetapi dapat berbentuk makanan selingan. Untuk itu perlu didukung oleh usaha peningkatan teknologi pengolahan pangan non beras.
Aspek Permintaan, Penawaran dan Tataniaga Hortikultura di Indonesia Handewi Purwati Saliem
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 15, No 1-2 (1997): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v15n1-2.1997.44-56

Abstract

This study analiyzes demand/consumption, supply/production, and marketing of horticulture (vegetables and fruits) related to its development in Indonesia. Descriptive analysis throught cross tabulation and trend analysis of production and consumption using seondary data from CBs and result, of several research on horticulture. The result of the analysis show that (1) consumption level of vegetable and fruits in 1992 is relatively low i.e 25.8 and 28.04 Kg/Capital/year respectively.This shows a high opportunity to develop horticultural production in Indonesia; (2)  in domestic market, the dominant factors influencing holticulture consumption are number of population (consumer) and growth of average population income (3) price fluctuation, improportional price transmission between producer-retailer, and perishable characteristic of the commodities are the main problems in horticulture marketing systemin Indonesia. To anticipate the opportunity of increasing demand both domestic and export markets, the efforts can be made are (1) intensification at the production centre areas, (2) extensification to create new production areas,  (3) special attention for developing specific tropical holticulture, and  (4) effeciency in marketing by improving transportation, packaging and storage systems
Dampak Krisis Pangan-Energi-Finansial (PEF) terhadap Kinerja Ketahanan Pangan Nasional Handewi Purwati Saliem; Erma Suryani
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 28, No 2 (2010): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v28n2.2010.107-121

Abstract

EnglishFood-energy-financial crisis (PEF crisis), which is discussed in this paper is the spike in world food prices in 2007/2008, the competition for the utilization of food for energy demand, triggered by the world financial crisis.  This paper aims to review the impact of the PEF crisis on Indonesia's food security. Impact of PEF crisis viewed with examining the various elements of food security in the period after 2007 compared to the previous condition. The review showed that the general crisis of PEF did not significantly affect national food security conditions, indicated by the positive direction of the rate of increase in primary production and food availability. However, PEF crisis negatively impact the diversity and quality of household food consumption and household access to food. The level of food dependence on imports for strategic food types in the proportion of the recovery. Especially for the consumption of wheat, need extra attention given the imbalance in the rate of increase in consumption by domestic capacity to produce food ingredients. Although in terms of availability could be due to be met from imports, but in the long run this will further deplete foreign exchange. It is recommended that policies that focus on strategic activities and implementation of programs related to strengthening food security can be implemented in consistency and need the support of all parties for strengthening the sustainability of national food security can be maintained.IndonesianKrisis pangan-energi-finansial (krisis PEF) yang dibahas dalam tulisan ini adalah kondisi lonjakan harga pangan dunia pada tahun 2007/2008, persaingan pemanfaatan bahan pangan untuk kebutuhan energi yang dipicu oleh krisis finansial dunia. Tulisan ini bertujuan untuk mereview dampak krisis PEF terhadap ketahanan pangan di Indonesia. Dampak krisis PEF dilihat dengan mencermati berbagai elemen ketahanan pangan pada periode setelah tahun 2007 dibanding kondisi sebelumnya. Hasil review menunjukkan bahwa secara umum krisis PEF tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi ketahanan pangan nasional, diindikasikan oleh positifnya arah laju peningkatan produksi dan  ketersediaan  pangan utama.  Namun demikian, krisis PEF berdampak negatif terhadap keragaman dan kualitas konsumsi pangan rumah tangga maupun akses rumah tangga terhadap pangan. Tingkat ketergantungan pangan terhadap impor untuk jenis-jenis pangan strategis secara proporsi mengarah ke perbaikan. Khusus untuk konsumsi terigu, perlu mendapat perhatian ekstra mengingat ketidakseimbangan laju peningkatan konsumsi dengan kapasitas domestik untuk menghasilkan bahan pangan tersebut.  Walaupun dari sisi ketersediaan mampu dilakukan karena dipenuhi dari impor, namun dalam jangka panjang hal ini akan makin menguras devisa negara. Disarankan agar kebijakan yang fokus pada kegiatan strategis dan implementasi program terkait dengan pemantapan ketahanan pangan dapat dilaksanakan secara konsistensi dan perlu dukungan semua pihak agar keberlanjutan pemantapan ketahanan pangan nasional dapat dipertahankan.
Kebijakan Pengelolaan Cadangan Pangan pada Era Otonomi Daerah dan Perum Bulog Handewi Purwati Saliem; Adreng Purwoto; Gatoet Sroe Hardono
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 23, No 2 (2005): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v23n2.2005.73-83

Abstract

EnglishThis paper aims at assessing the food security policy, especially the stock management aspect in the era of regional autonomy and change in status of the Logistic Agency (Bulog) from a Government Agency into a Public Company. The description consists of concept, role, and food security management policy aspects in the said era. Data and information come from research results and references related with the topic. To meet people’s demand for food physically and economically, it is necessary to manage food stock at all government’s lines and community’s components. The central government manages rice stock centrally for the purposes of operating, buffer, and pipe line stocks. The local governments manage decentralized reserve stock for emergency purposes, such as natural disasters and regional conflicts, and also handle non-rice food reserve in accordance with local food stuff. Community’s food stocks are developed through: (1) Encouraging and maintaining community’s tradition to take aside some of harvest for food stock individually, and (2) Promoting community’s tradition to establish collective food stock, i.e. food warehouses construction. IndonesianTulisan ini bertujuan untuk menelaah kebijakan pengelolaan ketahanan pangan khususnya aspek pengelolaan cadangan pangan di era otonomi daerah dan Bulog menjadi Perum (Perusahaan Umum). Bahasan mencakup konsep, peran, dan aspek kebijakan pengelolaan ketahanan pangan dalam era tersebut.  Sumber data dan informasi berasal dari hasil penelitian dan pustaka yang relevan dengan bahan kajian. Untuk  menjamin pemenuhan kebutuhan konsumsi penduduk  secara fisik maupun ekonomi, maka diperlukan pengelolaan cadangan pangan di semua lini pemerintahan dan di seluruh komponen masyarakat. Pemerintah pusat mengelola cadangan pangan beras dengan sistem sentralistik untuk pengelolaan stok operasi, stok penyangga, dan pipe line stock. Pemerintah daerah mengelola reserve stock keperluan emergensi seperti bencana alam dan konflik sosial yang tidak bersifat nasional dengan pendekatan terdesentralisasi (bukan terpusat) , serta mengelola cadangan pangan non-beras sesuai  makanan pokok masyarakat setempat. Sementara itu pengembangan cadangan pangan masyarakat dilakukan dengan: (1) Menumbuhkembangkan dan sekaligus memelihara tradisi masyarakat secara perorangan menyisihkan sebagian hasil panen untuk cadangan pangan, dan (2) Menumbuh- kembangkan tradisi masyarakat melakukan cadangan pangan secara kolektif dengan membangun lumbung pangan.
Prospek Diversifikasi Usaha Rumah Tangga dalam Mendukung Ketahanan Pangan dan Penanggulangan Kemiskinan Handewi Purwati Saliem; Tri Bastuti purwantini; Yuni Marisa
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 24, No 1 (2006): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v24n1.2006.1-13

Abstract

EnglishThis paper aims to study the households’ activities diversification to support food security and poverty alleviation in Indonesia based on reviews of literatures and research results. The study shows that households’ activities diversification has a strategic prospect to support food security efforts and poverty alleviation. However, to apply the results we have to focus on: (1) At macro level, diversification developing efforts are directed toward policy on development model application focused on job creation and economic activities in rural areas, (2) In the era of regional autonomy, local governments’ roles are very strategic in policy implementation on job creation and economic activities through agro-industry development in rural areas based on local resources, (3) Various levels and factors affecting diversification require policy implementation on job creation and economic activities locally specific, (4) Policy on business development for lower and medium income groups facilitates their access to agricultural resources, while for higher income group the policy is to secure their investments in rural areas. Furthermore, policy on reduction of high-cost economy is urgently required.  IndonesianTulisan ini bertujuan untuk menelaah diversifikasi usaha rumah tangga dalam upaya mendukung ketahanan pangan dan penanggulangan kemiskinan di Indonesia melalui review hasil-hasil penelitian dan studi pustaka. Hasil review menunjukkan bahwa diversifikasi usaha rumah tangga memiliki prospek strategis dalam mendukung upaya pemantapan ketahanan pangan dan penanggulangan kemiskinan.  Namun demikian dalam penerapannya perlu memperhatikan beberapa hal yaitu: (1) Secara makro upaya pengembangan diversifikasi  diarahkan pada penerapan kebijakan model pembangunan yang difokuskan pada perluasan kesempatan kerja dan berusaha di pedesaan, (2) Berkaitan dengan otonomi daerah, peran Pemerintah Daerah sangat strategis dalam operasional kebijakan perluasan kesempatan kerja dan peluang berusaha melalui pengembangan agroindustri di pedesaan berbasis potensi wilayah setempat, (3) Adanya variasi tingkat dan faktor yang mempengaruhi diversifikasi usaha rumah tangga menuntut pentingnya penerapan kebijakan pengembangan perluasan kesempatan kerja dan peluang kerja yang bersifat lokal spesifik, (4)  Kebijakan pengembangan diversifikasi usaha bagi kelompok rumah tangga  dengan pendapatan rendah dan sedang diarahkan pada fasilitasi untuk akses terhadap sumberdaya pertanian, sedangkan bagi kelompok pendapatan tinggi dukungan kebijakan yang mampu mendorong keamanan dan kenyamanan berusaha bagi investor untuk melakukan investasi di pedesaan. Fasilitasi berupa kebijakan-kebijakan yang mampu menekan ekonomi biaya tinggi merupakan langkah yang perlu ditempuh.
Konsumsi dan karakteristik rumah tangga kurang energi dan protein di Nusa Tenggara Mewa Arifin; Achmad Suryana; Delima H.A. Darmawan; Handewi Purwati Saliem
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 6, No 2 (1988): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v6n2.1988.1-8

Abstract

IndonesianTulisan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsumsi energi dan protein serta karakteristik rumahtangga yang kurang zat gizi tersebut di dua provinsi Nusa Tenggara dengan menggunakan data Susenas 1984 dan 1987. Perhitungan konsumsi energi dan protein yang digunakan dalam tulisan ini adalah unit konsumsi dengan satu unit kalori adalah 2530 gram/UP/hari. Kedua angka tersebut digunakan sebagai standar kecukupan konsumsi energi dan protein. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara agregat konsumsi energi dan protein di Nusa Tenggara selama kurun waktu 1984-187 menunjukkan peningkatan. Rata-rata konsumsi energi di Nusa Tenggara Barat (NTB) tahun 1984 sebesar 2316 kalori/hari menjadi 2364 kalori/hari tahun 1987. Sementara itu pada kurun waktu yang sama, konsumsi energi di NTT sebesar 2178 kalori/hari menjadi 2690 kalori/hari dan konsumsi protein sebesar 52 gram/hari menjadi 57 gram/hari. Sejalan dengan peningkatan konsumsi tersebut, proporsi rumahtangga yang mengkonsumsi energi dan protein rendah mengalami penurunan. DI NTB proporsi rumahtangga dengan tingkat konsumsi energi rendah sebesar 45,1 persen di tahun 1984 menjadi 25,3 persen di tahun 1987, sedang di NTT dari 30,6 persen menjadi 17,1 persen. Sementara itu proporsi rumahtangga dengan tingkat konsumsi protein rendah di NTB sebesar 25,0 persen di tahun 1984 menjadi 22,0 persen di tahun 1987. Rumahtangga yang kurang energi dan protein banyak dijumpai pada rumahtangga yang beranggotakan lebih dari empat orang, dan rumahtangga yang mempunyai anak balita.
Liberalisasi Perdagangan: Sisi Teori, Dampak Empiris dan Perspektif Ketahanan Pangan Gatoet Sroe Hardono; Handewi Purwati Saliem; Tri Hastuti Suhartini
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 22, No 2 (2004): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v22n2.2004.75-88

Abstract

EnglishDomestic market deals with liberal global market as the consequence of Indonesia as an open economy. Liberalized market is due to unilateral policies and the results of ratifying regional and international trade agreements including both tariff and non-tariff. Perspective of food security in the era of trade liberalization is characterized by increased food supply from import market. It is necessary to implement policies to supply food produced domestically in order to improve decreasing performance of national food security, to conduct food trade and marketing without harming the farmers, and to establish law enforcement to protect domestic food market and interests of the parties involved in the trade and marketing activities especially the food-producing farmers.IndonesianSebagai negara ekonomi terbuka (open economic) situasi pasar domestik di Indonesia tidak terlepas dari gejolak pasar dunia yang semakin liberal. Proses liberalisasi pasar tersebut dapat terjadi karena kebijakan unilateral dan konsekuensi keikutsertaan meratifikasi kerjasama perdagangan regional maupun global yang menghendaki penurunan kendala-kendala perdagangan (tarif dan nontarif). Perspektif ketahanan pangan dalam era liberalisasi perdagangan dicirikan oleh kecenderungan semakin meningkatnya pasok pangan dari pasar impor. Guna menghindari kinerja ketahanan pangan nasional yang semakin buruk diperlukan serangkaian kebijakan yang tetap mendukung prioritas pemenuhan kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri, pengaturan perdagangan pangan yang tidak merugikan petani produsen dengan bias konsumen, serta ketegasan penerapan sanksi hukum untuk melindungi pasar pangan domestik dan kepentingan pelaku perdagangan, terutama petani produsen.
Pola dan distribusi pendapatan rumah tangga beberapa desa di Jawa Timur Handewi Purwati Saliem
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 7, No 2 (1989): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v7n2.1989.42-50

Abstract

IndonesianDengan menggunakan data penelitian Patanas Jawa Timur yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Agro Ekonomi pada tahun 1987/1988, tulisan ini mencoba mengungkapkan struktur pendapatan rumahtangga di enam desa di Jawa Timur serta distribusinya diantara kelompok masyarakat. Dari enam desa yang dianalisis, lima desa diantaranya memperlihatkan bahwa sektor pertanian merupakan sumber pendapatan yang cukup berperan. Terlihat pula adanya kaitan yang erat antara luas pemilikan lahan dengan besarnya peranan pendapatan dari non-pertanian. Semakin luas pemilikan lahan pertanian diikuti dengan turunnya pendapatan dari sektor non-pertanian. Tingkat ketimpangan pendapatan total rumah tangga di daerah penelitian tergolong dalam ketimpangan sedang sampai berat dengan gini indeks berkisar antara 0.484 - 0.619.