Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Fenomena Sosiologis Metamorphosis Petani: ke Arah Keberpihakan pada Masyarakat Petani di Pedesaan yang Terpinggirkan Terkait Konsep Ekonomi Kerakyatan Roosganda Elizabeth
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 25, No 1 (2007): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v25n1.2007.29-42

Abstract

EnglishThe adoption of modernization paradigm which majoring efficiency principle in agricultural development has caused the change in rural peasant social structure. The changes are especially related to farm land ownership creating the substratum of peasant, i.e., the upper and lower level of peasant. All peasant definitions are equal by its diametric and equip by each other, so that it needs a study in relation to its pattern change, interaction, and institution that historically experienced by the peasant society. The influencing development factors affecting peasant daily life should refer to the potential and the empowerment of the society. This is very important in order to adapt and sustain the development without losing the norms, values, and souls of indigenous knowledge. Ekonomi kerakyatan (people’s economy) concept represents the economic idea trying to formulate the interpretation base and the development aspiration of the people’s fairness and prosperity. This concept would become the peasant empowerment base for their prosperity and earnings improvement. Agricultural revitalization is needed to help improve people’s quality of life which could be achieved through: active participation of the society, skills development of human resource, improvement of landholdings title and agricultural productive assets on the basis of farm labor, technology and financial development, enhancement of rural organizations including self-help financial support, and improvement of agriculture resource-based development.  IndonesianPenerapan paradigma modernisasi yang mengutamakan prinsip efisiensi dalam pembangunan pertanian menyebabkan terjadinya perubahan struktur sosial masyarakat petani di pedesaan. Perubahan terkait struktur pemilikan lahan pertanian, sehingga terjadi petani lapisan atas dan petani lapisan bawah. 4 dimensi pokok dalam mendefinisikan ”peasant”, yang secara diametral tidak berbeda dan saling menyempurnakan, sehingga perlu kajian perubahan pola hubungan, interaksi, institusi yang dialami oleh masyarakat petani di sepanjang sejarah. Dampak serius pelaksanaan sistem pembangunan terhadap kehidupan petani hendaknya untuk mengkaji kemungkinan dan potensi pemberdayaan petani. Tujuannya agar dapat beradaptasi dan berkelanjutan “tanpa” harus “kehilangan” norma, nilai dan jiwa indigenous knowledge. Ekonomi Kerakyatan merupakan suatu gagasan perekonomian yang mencoba merumuskan dasar interpretasi serta cita-cita pembangunan masyarakat adil dan makmur. Pertimbangan ekonomi kerakyatan dan efisiensi menjadi dasar pemberdayaan petani demi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka. Perlu revitalisasi paradigma pembangunan pertanian menjadi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan petani serta pembangunan pedesaan, melalui: partisipasi aktif sebagai pemberdayaan petani dan masyarakat pedesaan; pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM); pemerataan dan peningkatan penguasaan lahan dan asset produktif per tenaga kerja pertanian; teknologi; pembiayaan; pengembangan kelembagaan pertanian-pedesaan dan lembaga keuangan pedesaan yang mandiri, serta pengembangan basis sumberdaya pertanian.
Pemberdayaan Wanita Mendukung Strategi Gender Mainstreaming dalam Kebijakan Pembangunan Pertanian di Perdesaan Roosganda Elizabeth
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 25, No 2 (2007): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v25n2.2007.126-135

Abstract

EnglishModernization paradigm in the implementation of agricultural development has caused various changes in rural society, namely changes in social life, culture, politic, and especially economic structure in rural areas. This phenomenon also caused trend of disintegration and discrimination in “labor division” between male and female in various fields which could potentially set aside or even eliminate the important productive function of woman.  This article is aimed at the description of many thoughts and ideas (by theory) about the role and the opportunity of woman who work in agriculture and repositioning the strategy of gender mainstream within the rural agricultural development policies. The double role of women is clearly indicating the importance of the double sources of income for a household.  Women potentials, either as a housewife or as an individual of agricultural worker is the important factor to determine the success of gender mainstreaming strategy. The empowerment is suggested through applied and innovative technology, protection of working woman, improvement of training and extension activities, enhancement of regulations, facility support, increasing wage rate, and household industry skill development. Job opportunity is suggested to balance between male and female and encourage woman to participate in various development activities.  With this, the gender mainstreaming strategy would improve household welfare in rural areas.    IndonesianParadigma modernisasi dalam pelaksanaan pembangunan pertanian yang mengutamakan prinsip efisiensi, secara nyata telah mengakibatkan terjadinya berbagai perubahan pada masyarakat petani, baik struktur sosial, budaya dan politik terutama pada struktur ekonomi di perdesaan. Hal tersebut juga menimbulkan gejala desintegrasi dan diskriminasi dalam “pembagian kerja” antara pria dan wanita di berbagai bidang, yang dikhawatirkan dapat meminggirkan bahkan menghilangkan fungsi produksi kaum wanita. Makalah ini bertujuan mengemukakan berbagai pemikiran (teoritis) tentang peran dan peluang wanita tani, serta memposisikan kembali strategi pengarusutamaan gender (gender mainstreaming) dalam strategi kebijakan pembangunan pertanian di perdesaan. Peran ganda wanita tani membuktikan sangat penting dan strategisnya pola nafkah ganda, sebagai upaya meningkatkan pendapatan. Potensi wanita tani, sebagai isteri dan ibu rumah tangga, merupakan faktor penting penentu keberhasilan strategi pengarusutamaan gender tersebut. Pemberdayaan perlu dilakukan melalui teknologi tepat guna dan inovatif, perlindungan terhadap tenaga kerja wanita, meningkatkan efektifitas penyuluhan dan pelatihan, perbaikan regulasi, fasilitas, dan tingkat upah, pelatihan dan pembinaan ketrampilan industri rumahtangga. Kesempatan kerja agar berimbang antar gender dan mengikutsertakan mereka dalam segala kegiatan pembangunan. Pemberdayaan wanita melalui strategi pengarusutamaan jender (gender mainstreaming), untuk mewujudkan kesejahteraan rumah tangga petani di perdesaan.
TRANSFORMASI KELEMBAGAAN GUNA MEMPERKUAT EKONOMI RAKYAT DI PEDESAAN: SUATU KAJIAN ATAS KASUS DI KABUPATEN TABANAN, BALI SAPTANA -; TRI PRANADJI; SYAHYUTI -; ROOSGANDA ELIZABETH
SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol. 4, No. 1 Februari 2004
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB.Sudirman Denpasar, Bali, Indonesia. Telp: (0361) 223544 Email: soca@unud.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (139.205 KB)

Abstract

Weak national economy is resulted from powerless rural economy, and the main cause isfragile supporting institution. If rural economy is not transformed to strong one, the future ofrural economy will be insignificant. There are three pillars in rural community, namely localor traditional communal institution, private sector, and public sector. The research aimed (1)to study characteristics and performance of traditional institution historically, (2) to evaluateprograms related with public economy development in rural areas, (3) to assess the structureof three pillars institution, (4) to find critical points of traditional institutional transform tostrengthen rural economy along with globalization and regional autonomy, and (5) toformulate traditional institution transform model along with globalization and regionalautonomy. The Steps of Rural Economic Institutional Tranformation i.e. : communal societyera, destroyed communal society era, and new communal era. Some Types of InstitutionalTranformation. This research find that the institutional tranformation still in transition stage.There are some type of traditional instiutional transformation, those are: replaced structurewith new structure, adding structure, new missions and objectives, and new norm system.The Mode of Institutional Transformation. As explained in think frame, instituional changeis depend on three of power, i.e. government, market, and community. This research alsofind that community power in market institution have replaced the government support, i.e. incooperatives organization (KUD). Deminishing of the government support gave positiveimpact to KUD, where they are more creative and autonom in planning and action program.Succesfull of development LPD due to the local leadership support and communityparticipation. This is fenomenon where the community principle use in market isntitution,especially in credit program. Institutional transformation mode have five aspects, those areagricultural instituional and organization, leadership, human resources, the value system, andsocio culture.
PENGARUH CONSUMER LIFESTYLE DAN RAGAM OLAHAN TERHADAP PERMINTAAN BERAS ORGANIK Roosganda Elizabeth
Journal of Social and Economics Research Vol 4 No 1 (2022): JSER, June 2022
Publisher : Ikatan Dosen Menulis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.949 KB) | DOI: 10.54783/jser.v4i1.35

Abstract

Kebutuhan pangan beras meningkat seiring pertambahan penduduk, berkembangnya usaha produk olahannya. Preferensi pangan natural, minat dan gaya hidup mempengaruhi permintaan beras organik, meski lebih mahal dibanding non-organik. Beras organik berikut brand images-nya berhasil dikembangkan di beberapa wilayah di Jawa Barat dengan pilot leader Kabupaten Bandung. Dengan metode deskriptif kualitatif tulisan ini bertujuan mengemukakan prospek peningkatan konsumsi beras organik dan pembahasan tabel nilai tambah produk olahan beras. Terindikasi keberhasilan pengembangan padi organik berkat intensifnya dukungan Pemda setempat. Terindikasi adanya peningkatan pendapatan petani produk organik. Semakin terbukanya akses pemasaran dan membeli beras organik. Peningkatan pendapatan dari nilai tambah signifikan produk olahan beras dengan keuntungan ratio: RMU (beras) 34.46% R/C 1.53 belum termasuk pendapatan sampingan dari menir, dedak, sekam dan batang padi kering; Beras 21.83% R/C 1.28; Bihun 7.08% R/C 1.08, Kerupuk Gendar 83.09% R/C 5.91. Terindikasi berkembangnya mesin dan peralatan, penyerapan dan kompetensi SDM, dan pemanfaatan inovasi teknologi produk olahan, untuk bekerja mandiri.
BIOGAS, RENEWABLE ENERGY MENDUKUNG PERTANIAN BIOINDUSTRI Roosganda Elizabeth
Journal of Scientech Research and Development Vol 3 No 1 (2021): JSRD, June 2021
Publisher : Ikatan Dosen Menulis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.954 KB) | DOI: 10.56670/jsrd.v3i1.35

Abstract

Pengembangan sistem integrasi tanaman - ternak secara holistik dan terintegrasi berbasis zero waste menghasilkan biogas sebagai sumber energy terbarukan. Implementasi renewable energy yang efisien dan hemat dibanding bahan bakar konvensional adalah salah satu capaian dalam pertanian bioindustri sebagai pertanian masa depan terkait optimalisasi pengembangan potensi berbagai faktor produksi. Terimplementasikannya biogas sebagai energi terbarukan sangat mendukung program pemerintah untuk pemanfaatan limbah tani ternak tanpa sisa (zero waste) untuk masak dan penerangan. Dengan metode deskriptif kualitatif tulisan ini bertujuan mengemukakan secara komprehensif berbagai pemanfaatan limbah tanaman ternak menjadi bernilai untuk peningkatan pendapatan petani peternak yang terlibat, diperkaya dengan review berbagai literatur terkait. Terindikasi bahwa pengembangan konsep pertanian berkelanjutan pada sistem integrasi tanaman ternak berbasis zero wasted management dan produk olahannya dalam kaidah pertanian bioindustri terintegrasi dengan aspek sosial ekonomi pertanian dan lingkungan serta sumberdaya setempat. Perlunya dilakukan improvement monitoring, evaluasi dan pendampingan berpihak, melalui peningkatan kompetensi SDM pertanian dalam pemanfaatan inovasi teknologi. Tercapainya penghematan energi/biaya bahan bakar, penyerapan tenagakerja, peningkatan pendapatan petani peternak, dan ekonomi pedesaan melalui pemanfaatan biogas.
PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI DAN PENGENTASAN PETANI KECIL RENTAN MELALUI BANTUAN JARING PENGAMAN SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID19 Roosganda Elizabeth
Journal of Scientech Research and Development Vol 4 No 1 (2022): JSRD, June 2022
Publisher : Ikatan Dosen Menulis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.052 KB) | DOI: 10.56670/jsrd.v4i1.39

Abstract

Epidemi COVID19 yang tak kunjung berakhir sangat berdampak bagi kehidupan ekonomi-sosial masyarakat dan negara. Dengan terhentinya berbagai usaha (perusahaan) karena semakin terbatasnya pemasaran produknya, sehingga terjadi pengurangan tenagakerja, menyebabkan semakin meningkatnya pengangguran. Jaring Pengaman Sosial (JPS) merupakan salah satu program kebijakan bantuan pemerintah untuk modal usaha/kerja. Tulisan ini bertujuan untuk mengemukakan secara deskriptif kualitatif dan konseptual berbagai kendala dalam penyaluran JPS untuk petani kecil rentan diperkaya dengan berbagai review literatur terkait lainnya. Terjadinya berbagai perubahan sosial ekonomi di masyarakat luas. Program JPS dilaksanakan pemerintah, meski disertai intervesi untuk kelancaran pelaksanaan penyalurannya dan terpelihara dengan kohesi dan solidaritas sosial, yang disertai solidaritas publik. Perlunya memberdayakan dan meningkatkan kohesi dan solidaritas sosial serta menjadi alat kontrol sosial, disertai nilai-nilai altruisme yang tumbuh di masyarakat. Sudah seharusnya pandemi Covid-19 menjadi suatu momentum yang berdampak luas dan multi dimensi, dengan mengandalikan mekanisme pasar semata akan sulit untuk melakukan recovery.