Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

FENOMENA PENGANGKATAN AIR DAN PROSPEK PENGEMBANGAN BIOIRIGASI PADA PERTANIAN LAHAN KERING DI INDONESIA JOKO PITONO
Perspektif Vol 13, No 2 (2014): Desember 2014
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v13n2.2014.%p

Abstract

ABSTRAKDiperkirakan   pertanian   nasional   ke   depan   akan semakin bertumpu pada lahan suboptimal, mengingat alih fungsi lahan produktif ke sektor di luar pertanian semakin   tidak   terkendali   dengan   laju   konversi mencapai ± 132 ribu ha per tahun. Dari 91,9 juta ha lahan suboptimal nasional sekitar 76,6% berupa lahan kering.  Keterbatasan  air  merupakan  kendala  utama pada pertanian lahan kering, dan kurangnya investasi irigasi  teknis  menyebabkan  sebagian  besar  lahan kering masih menggantungkan pada sumber air hujan. Bioirigasi merupakan alternatif pengelolaan air lahan kering dengan memanfaatkan kemampuan hydraulic lift tanaman tertentu untuk mengangkat air tanah dari lapisan dalam yang lebih lembab dan mengisi ulang air tanah pada lapisan dangkal yang kering. Selanjutnya air  tanah  hasil  pengisian  ulang  di  lapisan  dangkal tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan transpirasi  dan  pertumbuhan,  baik  untuk  tanaman yang melakukan hydraulic lift maupun tanaman sela (cash crops) lain yang ditanam di sekitarnya. Kajian hydraulic lift hingga saat ini masih terbatas pada tataran ekologi, dan untuk menuju langkah implementasinya mendukung   bioirigasi   di   sektor   pertanian   perlu mempertimbangan   aspek   teknis   seperti   pemilihan kombinasi   jenis   tanaman,   arsitektur   pertanaman, keberadaan  air  tanah  dalam,  sifat  fisik  tanah,  dan komponen  penguatan  fungsi  hydraulic  lift.  Tujuan review ini adalah memberikan perspektif penelitian dan   pengembangan   bioirigasi   sebagai   alternatif pengelolaan  air  dan  prospek  pemanfaatannya  pada pertanian lahan kering di Indonesia.Kata kunci: lahan kering, air tanah, bioirigasi, tanaman hydraulic lift  Hydraulic Lift Phenomenon and Prospects of Bioirrigation Development in Dryland Farming in Indonesia ABSTRACTIt  is  estimated  that  the  national  agriculture  in  the future will increasingly rely on suboptimal land, given the  productive  land  conversion  to  non-agricultural sector is increasingly out of control with the conversion rate to ± 132 thousand hectares per year. Of the 91.9 million ha of national suboptimal around 76.6% in the form  of  dry  land.  Limitations  of  water  is a  major constraint on the dry land agriculture, and lack of technical irrigation investments led to most of the dry land still dependent on rain water source. Bioirrigation is  an  alternative  dry  land  water  management  by utilizing the ability of certain plant hydraulic lift to lift water from the soil layers in the more humid and recharge    groundwater    at    dry    shallow    layer. Furthermore, the results of recharging groundwater in the shallow layers can be used to meet the needs of transpiration  and  growth,  both  for  plants  that  do hydraulic lifts and intercrops (cash crops) that planted in the vicinity. Study of hydraulic lift is still limited at the   level   of   ecology,   and   for   leading   the implementation  in  the  agricultural  sector  need  to consider the technical aspects such as the selection of a combination of the type of crop, crop architecture, the presence of water in the soil, soil physical properties, and  strengthening  the  function  of  hydraulic  lift components. The purpose of this review is to provide an alternative perspective of research and development on bioirrigation as water management and utilization prospects in dryland farming in Indonesia.Key word: dry land, soil water, bioirrigation, hydraulic lift crops
PENGARUH CEKAMAN DEFISIT AIR TERHADAP PEMBENTUKAN BAHAN AKTIF PADA PURWOCENG Octivia Trisilawati; Joko Pitono
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 23, No 1 (2012): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v23n1.2012.%p

Abstract

Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.) berkhasiat aprodisiak dengan bahan aktif antara lain steriod, saponin dan ber-gaptin. Penelitian dilakukan di KP. Gunung Putri, bertujuan untuk menge-tahui hubungan cekaman defisit air dengan pembentukan bahan aktif penting pada purwoceng. Pada kegiatan penelitian ini dilakukan dua pengujian yaitu respon pembentukan bahan aktif terhadap peningkatan level cekaman defisit air pada tiga fase pertumbuhan tanaman (3, 5, dan 7 bulan), dan kandungan bahan aktif purwoceng pada kondisi tingkat ketersediaan air tanah di level 80% kegiatan lapang (KL), 60% KL, 50% KL, dan 40% KL, dengan meng-gunakan rancangan acak kelompok, 6 ulangan, pada intensitas cahaya 55%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode cekaman defisit air berpengaruh terhadap pembentukan bahan aktif pur-woceng. Periode cekaman defisit air 21-38 hari berpengaruh terhadap kandung-an bahan aktif steroid, saponin dan bergapten. Periode cekaman defisit air selama 21-24 hari pada purwoceng berumur tiga bulan menghasilkan kan-dungan stigmasterol dan sitosterol ter-tinggi. Cekaman ringan dengan potensial air pada jaringan daunantara 5-12 bar menghasilkan kandungan bahan aktif steroid dan saponin tertinggi pada tujuh bulan setelah tanam (BST). Perlakuan cekaman defisit air selama 2 bulan dengan pengaturan ketersediaan air tanah setara 60% KL menghasilkan bahan aktif stigmasterol (0,121%), sitos-terol (0,087%) tertinggi pada tanaman purwoceng berumur lima bulan, sedang-kan empat bulan cekamans defisit air dengan 50% KL menghasilkan kandung-an saponin (0,149%) tertinggi pada umur tanaman tujuh bulan.