Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Anthropogenic Influences on The Sosioecology of Long-Tailed Macaques (Macaca fascicularis) in Lombok Island, Indonesia Hadi, Islamul; Suryobroto, Bambang; Watanabe, Kunio
JURNAL BIOLOGI INDONESIA Vol 8, No 1 (2012): JURNAL BIOLOGI INDONESIA
Publisher : Perhimpunan Biologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (138.427 KB) | DOI: 10.14203/jbi.v8i1.3061

Abstract

Beberapa Pengaruh Antropogenik pada Sosioekologi pada Monyet ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Pulau Lombok, Indonesia. Survey distribusi monyet ekor panjang dilakukan di P. Lombok selama 2001-2009 dan dari 37 kelompok, satu kelompok jantan muda dan 3 individu soliter yang terdata dari 27 lokasi sekitar 63% monyet dijumpai pada areal karena terpengaruh oleh aktivitaskehidupan manusia, seperti hutan sekunder, kebun buah-buahan, hutan persembahan dan tempat rekreasi. Besarnya kelompok monyet cenderung menjadi lebih besar di area semi buatan dibandingkan dengan kelompok yang hidup liar (Liar= 7.08, buatan =19.04, X2 = 5.4763, df = 1, P= 0.01928). Faktor-faktor ketergantungan pada manusia yang menyediakan sejumlah pakan ternyata mempengaruhi tingkah lakunya sedangkan penebangan hutan dan pengubahan alih fungsi menjadi kawasan lain selain hutan akan memicu monyet terkesan menjadi hama tanaman.Kata Kunci: Monyet kra, Macaca fascicularis, Pulau Lombok, Anthropogenik
ANTHROPOGENIC INFLUENCES ON THE SOSIOECOLOGY OF LONG-TAILED MACAQUES (MACACA FASCICULARIS) IN LOMBOK ISLAND, INDONESIA Hadi, Islamul; Suryobroto, Bambang; Watanabe, Kunio
JURNAL BIOLOGI INDONESIA Vol 8, No 1 (2012): JURNAL BIOLOGI INDONESIA
Publisher : Perhimpunan Biologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jbi.v8i1.3061

Abstract

Beberapa Pengaruh Antropogenik pada Sosioekologi pada Monyet ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Pulau Lombok, Indonesia. Survey distribusi monyet ekor panjang dilakukan di P. Lombok selama 2001-2009 dan dari 37 kelompok, satu kelompok jantan muda dan 3 individu soliter yang terdata dari 27 lokasi sekitar 63% monyet dijumpai pada areal karena terpengaruh oleh aktivitaskehidupan manusia, seperti hutan sekunder, kebun buah-buahan, hutan persembahan dan tempat rekreasi. Besarnya kelompok monyet cenderung menjadi lebih besar di area semi buatan dibandingkan dengan kelompok yang hidup liar (Liar= 7.08, buatan =19.04, X2 = 5.4763, df = 1, P= 0.01928). Faktor-faktor ketergantungan pada manusia yang menyediakan sejumlah pakan ternyata mempengaruhi tingkah lakunya sedangkan penebangan hutan dan pengubahan alih fungsi menjadi kawasan lain selain hutan akan memicu monyet terkesan menjadi hama tanaman.Kata Kunci: Monyet kra, Macaca fascicularis, Pulau Lombok, Anthropogenik
Food Preference of Semi-Provisioned Macaques Based on Feeding Duration and Foraging Party Size ISLAMUL HADI; BAMBANG SURYOBROTO; DYAH PERWITASARI- FARAJALLAH
HAYATI Journal of Biosciences Vol. 14 No. 1 (2007): March 2007
Publisher : Bogor Agricultural University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (67.762 KB) | DOI: 10.4308/hjb.14.1.13

Abstract

The long-tailed macaques (Macaca fascicularis; also called crab-eating monkeys) have broad geographic distribution in continent and archipelago of Southeast Asia. They have wide ecological plasticity to adapt to various environments. Due to disturbance of habitat and intensive contact with human, long-tailed macaques change their feeding behavior. Here we present food preferences of long-tailed macaques that live in Cikakak Monkey Park in Central Java. By recording the number of individuals who fed on a food patch and the duration of eating the food, we found that proportion of their food from natural resources is greater than those from human sources. They shifted to omnivory feeding mode to adapt to the changing environment. At many times, this omnivorous feeding brought forth crop-raiding which were not in natural behavioral repertory. Conservation effort of long-tailed macaques, and primate in general, should consider the aspect of human-modulated behavior in feeding ecology if we wish to be successful. Key words: feeding ecology, long-tailed macaques, Cikakak monkey park, party size, feeding duration, omnivorous
Pemanfaatan Limbah Cair Pengolahan Tahu Untuk Pembuatan Nata De Soya Di Kelurahan Kekalik Jaya Kota Mataram Sarkono Sarkono; Aida Muspiah; Ahmad Jupri; Immy Suci Rohyani; Islamul Hadi
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 1 (2018): Prosiding PKM-CSR Konferensi Nasional Pengabdian kepada Masyarakat dan Corporate Socia
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.5 KB)

Abstract

Pengolahan kedelai menjadi tahu menghasilkan limbah padat dan cair. Limbah cair tahu secara kimia merupakan bahan yang mempunyai komposisi nutrisi yang baik sehingga dapat didaur ulang untuk menghasilkan produk lain yang bermanfaat. Salah satu teknologi pemanfaatan limbah cair tahu menjadi produk yang lebih menghasilkan dan sekaligus bermanfaat untuk mengurangi tingkat cemaran terhadap lingkungan perairan, yaitu pembuatan nata de soya yang berbahan dasar limbah cair tahu (whey tofu) sebagai medium tumbuh bagi bakteri asam asetat pembentuk nata Gluconacetobacter xylinus. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada kelompok pengrajin tahu di Kelurahan Kekalik Jaya Kota Mataram mengenai dampak pembuangan sampah organik bagi lingkungan perairan. Selanjutnya kegiatan pengabdian ini juga bertujuan memberikan pemahaman dan keterampilan kepada pengrajin tahu mengenai teknologi pembuatan produk nata de soya dengan memanfaatkan limbah cair tahu (whey) sebagai medium dasar. Kegiatan ini terdiri dari 3 tahapan yaitu : penyuluhan mengenai dampak limbah pengolahan tahu terhadap lingkungan perairan dan kesehatan masyarakat, penyuluhan mengenai cara memanfaatkan limbah cair tahu untuk pembuatan nata de soya dan praktek pembuatan nata de soya dari limbah cair tahu. Sasaran kegiatan ini adalah para pengrajin tahu yang ada di Kelurahan Kekalik Jaya Kota Mataram. Kegiatan pengabdian ini telah terlaksana dengan baik dengan dihadiri oleh 25 orang perajin tahu sebagai peserta, selain dihadiri oleh lurah dan PPL yang membina kelompok perajin tahu di Kelurahan Kekalik Jaya. Peserta antusias mengikuti kegiatan sampai selesai dan menghendaki kegiatan ini ada tindak lanjutnya agar perserta betul-betul menguasai cara memproduksi nata de soya dari limbah cair pengolahan tahu.
Mikrohabitat sarang burung gosong kaki merah (Megapodius reinwardt) di zona pemanfaatan Pulau Satonda Taman Nasional Moyo Satonda Fini Laelani Puspitasari; Maiser Syaputra; Islamul Hadi
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 7, No 2 (2023)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32522/ujht.v7i2.12668

Abstract

Satwa pembohong yang memiliki peranan penting di Pulau Satonda adalah burung gosong kaki merah ( Megapodius reinwardt ). Keunikan burung gosong kaki merah tidak mengerami telurnya sendiri, melainkan membangun sarang gundukan seperti bukit kecil yang berfungsi sebagai tempat menetaskan telurnya. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengukuran mikrohabitat dan mengetahui pola sebaran sarang burung gosong kaki merah ( Megapodius reinwardt ) di Zona Pemanfaatan Pulau Satonda Taman Nasional Moyo Satonda. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Analisis vegetasi menggunakan peta tunggal dan jalur observasi menggunakan reconnaissance rurvey.Terdapat 15 sarang burung gososng kaki merah. Suhu udara di dalam 27,1-30,8 °C dan kelembaban di dalam sarang 68%-90%, suhu di luar 27,6°C-29,7°C dan kelembaban di luar sarang 69%-89%, dan Intensitas cahaya 81-6.189 lux. C-Organik 0,99%-4,69%, kadar udara 4,76-22,22%, pH tanah 7,31-8,69, dan tekstur tanah pada setiap sarang di dominasi pasir. Kepadatan vegetasi tertinggi pada tingkat pohon di sarang ke-6 sebesar 475 pohon/Ha, sedangkan kerapatan vegetasi terendah di sarang ke-12 yaitu 125 pohon/Ha. Pohon asosiasi burung gosong yaitu Asam (Tamarindus indica) INP 45,13 % dan Banten (Lannea coromandelica) INP 54,09%. Pola sebaran sarang burung gosong di Pulau Satonda termasuk kategori seragam (Uniform) dengan nilai indeks derajat morisita yaitu -0.54.