Andrew Halim
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Adhesin 61 kDa OMP C.pneumoniae Menghambat Apoptosis Makrofag Halim, Andrew; Murwarni, Sri; Sumarno, Sumarno
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 26, No 4 (2011)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (504.941 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2011.026.04.5

Abstract

Banyak bukti menunjukkan Chlamydia pneumoniae dapat menginduksi terjadinya aterosklerosis dan rupturnya plak aterosklerosis. Hal ini diperantarai oleh berbagai hal, salah satunya adalah mekanisme penghambatan apoptosis makrofag. Penelitian ini menguji keterlibatan protein struktural adhesin 61 kDa pada Outer Membrane Protein (OMP) C.pneumoniae dalam menghambat apoptosis makrofag. Makrofag diperoleh dari monosit darah perifer individu sehat. Rancangan penelitian berupa penelitian eksperimental laboratorik in vitro, post control design only. Pada penelitian ini digunakan 4 sampel monosit. Pada setiap sampel dilakukan isolasi dan kultur, serta pemberian Phorbol Myristate Acetate (PMA) agar monosit berdiferensiasi menjadi makrofag. Makrofag kemudian dipapar dengan adhesin 61 kDa OMP C.pneumoniae (kecuali pada kontrol positif) dan diinduksi agar apoptosis dengan H2O2 berbagai macam konsentrasi (5mM, 10 mM, 15mM, 20mM, 25mM, 25mM pada kontrol positif) selama 6 jam. Deteksi apoptosis makrofag dilakukan dengan menggunakan metode imunositokimia, menggunakan antibodi monoklonal terhadap kaspase 3. Hasil dianalisis secara statistik menggunakan ANOVA satu arah, α=0,05. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan bermakna jumlah makrofag yang apoptosis diantara perlakuan dan kontrol positif. Dapat disimpulkan adhesin 61 kDA OMP C.pneumoniae memiliki kemampuan menghambat apoptosis makrofag.Kata Kunci: Apoptosis, adhesin 61 kDA OMP, C.pneumoniae, H2O2, makrofag
Laporan Kasus: Hiperplasia Pseudokarsinomatus Hipofaring oleh karena Sporotrikosis Halim, Andrew; Rahaju, Pudji; Surjotomo, Hendradi; Murdiyo, Mohammad Dwijo
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 29, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2016.029.01.18

Abstract

Hiperplasia pseudokarsinomatus merupakan proliferasi epitel reaktif jinak yang secara histopatologi mirip karsinoma sel skuamosa. Salah satu penyebabnya adalah infeksi jamur. Kami melaporkan 1 kasus hiperplasia pseudokarsinomatus hipofaring oleh karena sporotrikosis. Wanita 57 tahun mengeluh tenggorok terasa mengganjal disertai nyeri ulu hati dan sensasi pahit/kecut naik ke tenggorok. Pasien menderita refluks laringofaringeal,alergi seafood, dan riwayat Steven Johnson Syndrome. Pada pemeriksaan laringoskopi, tampak massa berdungkul pada hipofaring dengan kesan jinak. Dari hasil pemeriksaan histopatologi tampak infiltrasi epitel menuju dermis (mirip karsinoma sel skuamosa). Dengan pemeriksaan ulang secara patologi anatomi dan mikrobiologi (baku emas) serta komunikasi antara klinisi, ahli patologi, dan mikrobiologi, massa tersebut diidentifikasi sebagai hiperplasia pseudokarsinomatus oleh karena Sporothrix schenckii. Pasien menjalani eksisi massa dan diberikan ketokonazol dan lanzoprazol selama 6 minggu. Saat evaluasi ulang, pasien merasa rasa mengganjal hilang dan tidak ditemukan massa pada hipofaring. Hiperplasia pseudokarsinomatus hipofaring oleh karena sporotrikosis jarang terjadi. Di indonesia, belum ada laporan kasus mengenai hal ini. Kesalahan diagnosis sebagai karsinoma dapat berakibat fatal. Akan tetapi, dengan diagnosis yang lebih teliti dan tatalaksana yang tepat, prognosis pasien sangat baik.