Agussyarif Hanafie
Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan, Universitas Lambung Mangkurat. Jalan A. Yani Km 35,8 Banjarbaru, Kalimantan Selatan (70714)

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN BIOFLOK YANG BERBEDA TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN PAPUYU (Anabas testudineus BLOCH 1792) Agussyarif Hanafie; Akhmad Murjani; Jumadi Jumadi
Fish Scientiae Vol 11 No 1 (2021): Issue June-Fish Scientiae Journal
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Resources of Lambung Mangkurat University-South Kalimantan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.549 KB) | DOI: 10.20527/fishscientiae.v11i1.171

Abstract

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh frekuensi pemberian bioflok yang berbeda terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan papuyu (Anabas testudineus Bloch 1792). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Basah Jurusan Akuakultur Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat. Pemeliharaan larva ikan papuyu dilakukan dalam wadah baskom berdiameter 45 cm dengan media berupa air bersih dan setiap baskom dimasukkan larva ikan papuyu sebanyak 200 ekor/baskom. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan yaitu frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 kali/hari (Perlakuan A), sebanyak 4 kali/hari (Perlakuan B) dan sebanyak 6 kali/hari (Perlakuan C) dan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media bioflok tidak memiliki pengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup larva ikan papuyu, ini dilihat dari Fhitung = 0,351852 < Ftab 5% (5,409451) dan Ftab 1% (12,05995). Sedangkan pertumbuhan larva ikan papuyu berpengaruh nyata terhadap larva ikan papuyu dilihat dari Fhitung = 39358,54 > Ftab 5% (5,409451) dan Ftab 1% (12,05995). Kualitas air media hidup larva ikan papuyu masih pada batas toleransi yang diinginkan ikan uji pada media penelitian, dimana suhu (27,7 – 27,90C), DO (4,8 – 4,9 mg/L), pH (7,5) dan amoniak (<0,6 mg/L) The purpose of this study was to determine the effect of different frequency of biofloc on the survival and growth of fish larvae (Anabas testudineus Bloch 1792). This research was done in the Wet Laboratory of Aquaculture Department, Fisheries and Marine Faculty, Lambung Mangkurat University. The maintenance of papuyu fish larvae was carried out in a basin with diameter 45 cm in with media in the form of clean water and each basin is inserted as many as 200 fish / climbing perch larvae / basin. The study used a Completely Randomized Design (CRD) with 3 treatments, namely the frequency of feeding as much as 2 times / day (Treatment A), as much as 4 times / day (Treatment B) and as many as 6 times / day (Treatment C) and 3 replications. The results showed that the biofloc media did not have a significant effect on the survival of climbing perch larvae, this was seen from F count = 0.351852 <Ftab 5% (5.409451) and Ftab 1% (12.05995). While the growth of climbing perch larvae significantly affected climbing percch larvae seen from F count = 39358.54> Ftab 5% (5.409451) and Ftab 1% (12.05995). Water quality of live media of climbing perch larvae is still at the desired tolerance level of test fish in the research medium, where the temperature (27.7 - 27.90C), DO (4,8 - 4,9 mg / L), pH (7.5 ) and ammonia (<0.6 mg / L)
KAJIAN PATOGENITAS BAKTERI SALURAN PENCERNAAN IKAN PAPUYU (Anabas testudineus BLOCH) SEBAGAI KANDIDAT PROBIOTIK SISTEM BIOFLOK Agussyarif Hanafie; Akhmad Murjani; Hida Zakiah; Ismi Khoeriah
Fish Scientiae Vol 11 No 2 (2021): Issue December-Fish Scientiae Journal
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Resources of Lambung Mangkurat University-South Kalimantan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (917.604 KB) | DOI: 10.20527/fishscientiae.v11i2.179

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji patogenitas bakteri pada saluran pencernaan ikan papuyu sebagai kandidat probiotik sistem bioflok. Penelitian dimulai dengan mengisolasi, menyeleksi, mengidentifikasi bakteri yang didapatkan dari saluran pencernan, diawali dengan menggerus saluran pencernaan ikan papuyu dan diencerkan, kemudian dikultur. Koloni yang didapat dimurnikan dan diseleksi dengan uji metabolisme, uji antagonis dan diidentifikasi secara biokimiawi serta diuji tahan suhu dan tahan asam (pH), kemudian dilanjutkan uji patogenitas, LD50. dengan 10 pengenceran (perlakuan) dan 4 ulangan dengan ikan papuyu 20 ekor per akuarium sebagai ikan uji. Hasil penelitian menunjukkan Hasil penelitian dari 3 lokasi berbeda pada lokasi A1 Guntung Payung, lokasi A2 Loktabat dan lokasi A3 martapura. Bakteri yang ditemukan terdapat 47 isolat yang terdiri dari pada lokasi A1 15 isolat, lokasi A2 15 isolat dan lokasi A3 17 isolat. Hasil pengamatan makroskopik diperoleh 5 isolat morfologi yang berbeda berdasarkan bentuk, warna, tepian dan elevasi permukaan koloni. Pengamatan mikroskopik dengan uji KOH diperoleh 3 Gram positif dan 2 Gram negatif. Identifikasi bakteri yang ditemukan terdiri dari bakteri genus Bacillus sp., Plesiomonas sp., Staphylococcus sp., Flavobacterium sp., dan Micrococcus sp. Hasil uji patogenitas dan LD50 menunjukkan semua perlakuan kelulusanhidupnya 100 %, dengan demikian uji ini bakteri dari usus ikan papuyu lulus – dapat digunakan sebagai kandidat probiotik. This study aims to examine the pathogenicity of bacteria in the digestive tract of papuyu fish as a candidate for probiotics in the biofloc system. The study began by isolating, selecting, identifying bacteria obtained from the digestive tract, starting with grinding the digestive tract of papuyu fish and diluted, then cultured. Colonies obtained were purified and selected by metabolic test, antagonist test and identified biochemically and tested for temperature resistance and acid resistance (pH), then continued with pathogenicity test, LD50. with 10 dilutions (treatment) and 4 replications with 20 papuyu fish per aquarium as test fish. The results showed the results of the study from 3 different locations at location A1 Guntung Payung, location A2 Loktabat and location A3 martapura. The bacteria found were 47 isolates consisting of 15 isolates at location A1, location A2 15 isolates and location A3 17 isolates. The results of macroscopic observations obtained 5 different morphological isolates based on the shape, color, edge and surface elevation of the colony. Microscopic observation with KOH test obtained 3 Gram positive and 2 Gram negative. Identification of bacteria found consisted of bacteria of the genus Bacillus sp., Plesiomonas sp., Staphylococcus sp., Flavobacterium sp., and Micrococcus sp. The results of the pathogenicity test and LD50 showed that all treatments had a 100% survival rate, thus this test passed bacteria from the intestines of papuyu fish – which could be used as probiotic candidates.
PENGGUNAAN MEDIA AIR YANG BERBEDA UNTUK MENINGKATAN DAYA TETAS TELUR DAN KELULUSAN HIDUP BENIH IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy lac.) Akhmad Murjani; Agussyarif Hanafie; Siti Aisiah; Ahmad Rijal Kamil
Fish Scientiae Vol 12 No 1 (2022): Issue June-Fish Scientiae Journal
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Resources of Lambung Mangkurat University-South Kalimantan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/fishscientiae.v12i1.185

Abstract

Menyedia benih dalam usaha budidaya ikan gurami (Osphronemus gouramy lac.) memegang peranan yang sangat penting. Kendala utama dalam usaha pembenihan ikan gurami di kolam adalah tingginya tingkat mortalitas, terutama pada saat telur dan larva. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan persentasi daya tetas telur dan kelulusan hidup larva ikan gurami pada media sumber air pemeliharaan yang berbeda. Penelitian menggunakan RAL dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan yaitu perlakuan A sumber air sumur, perlakuan B sumber air kolam, dan perlakuan C sumber air bioflok. Hasil penelitian menunjukkan daya tetas telur perlakuan air sumur (98,43%) meningkat 0,28% dibandingkan dari perlakukan air kolam (98,15%) dan perlakukan air sumur (98,43%) meningkat 12,26% dibandingkan dari perlakuan air bioflok (86,17%), perlakuan air kolam (98,15%) meningkat 11,98% dibandingkan dari perlakuan air bioflok (86,17%). Kelulusan hidup pada perlakuan air sumur (88,72%) meningkat 1,11% dibandingkan dari perlakukan air kolam (87,61%) dan perlakukan air sumur (88,72%) meningkat 27,13% dibandingkan dari perlakuan air bioflok (61,57%), perlakuan air kolam (87,61%) meningkat 26,02% dibandingkan dari perlakuan air bioflok (61,57%). peningkatan daya tetas telur dan kelulusan hidup benih ikan gurami dengan media air sumur lebih baik dibandingkan dengan media air kolam dan media air bioflok. Providing seeds in the cultivation of gouramy (Osphronemus gouramy lac.) plays an important role. One of the biggest obstacles in the hatchery of gouramy in ponds is the high mortality rate, especially at the time of eggs and larvae. This research was aimed to increase the percentage of egg hatchability and survival rate of gouramy larvae in different rearing water sources. The research used RAL with 3 treatments and 3 repetitions, they are treatment A from well water, treatment B from pond water, and treatment C from biofloc water sources. The results showed that the hatchability of eggs from well water treatment (98.43%) increased by 0.28% compared to that of pond water treatment (98.15%) and well water treatment (98.43%) increased by 12.26% compared to water treatment. biofloc (86.17%), pond water treatment (98.15%) increased by 11.98% compared to biofloc water treatment (86.17%). Life pass in well water treatment (88.72%) increased by 1.11% compared to pond water treatment (87.61%) and well water treatment (88.72%) increased by 27.13% compared to biofloc water treatment (61 ,57%), pond water treatment (87.61%) increased by 26.02% compared to biofloc water treatment (61.57%). The use of well water media increased egg hatchability and survival rate of gouramy compared to pond water media and biofloc water media
MANIPULATION OF DIFFERENT WATER LEVELS AGAINST THE SPAWNING OF CLIMBING PERCH (Anabas testudineus Bloch) NATURALLY Muhammad Berkatullah Amin; Akhmad Murjani; Agussyarif Hanafie
Fish Scientiae Vol 12 No 2 (2022): Issue December-Fish Scientiae Journal
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Resources of Lambung Mangkurat University-South Kalimantan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/fishscientiae.v12i2.196

Abstract

Climbing perch enlargement activities are constrained by available fry, due to insufficient production. One of the unknown aquaculture factors is the best water level that can be used in spawning activities for climbing perch. The purpose of the study was to determine the effect of water level manipulation on the spawning results of climbing perch carried out naturally. The study used 3 treatments, namely water levels of 40 cm, 50 cm, and 60 cm and each treatment was repeated 4 times, while the parameters observed included fecundity, egg diameter, fertilization rete, hatching rate, survival rate, and water quality. The results showed that fecundity, egg diameter, fertilization rate, the highest hatching rate were obtained at treatment B of 26419.50 eggs, 0.63 mm, 59.50%, and 41.25%, respectively, while the highest survival rate was obtained in treatment A, which was 71.00%. Water quality during the study was still at the tolerance limit that supports the spawning of climbing perch, namely temperatures between 25.2 – 26.2oC, pH between 7.05 – 7.34, and DO between 3.77 – 4.21 mg / L. Based on diversity analysis (ANOVA) it shows that Fhitung < Ftabel is stated to be no real difference between all treatments given (receive H0) and the results of regression tests show that a water level of 45 cm is optimal for natural spawning of climbing perch Kegiatan pembesaran ikan papuyu terkendala dengan benih yang tersedia, karena produksinya yang tidak mencukupi. Salah satu faktor budidaya perairan yang belum diketahui adalah ketinggian air yang terbaik yang dapat digunakan dalam kegiatan pemijahan ikan papuyu. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh manipulasi ketinggian air terhadap hasil pemijahan ikan papuyu yang dilakukan secara alamiah. Penelitian menggunakan 3 perlakuan, yakni ketinggian air 40 cm, 50 cm, dan 60 cm serta masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali, sedangkan parameter yang diamati meliputi fekunditas, diameter telur, derajat pembuahan, derajat penetasan, survival rate, dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fekunditas, diameter telur, derajat pembuahan, derajat penetasan tertinggi diperoleh pada perlakuan B masing-masing 26419,50 butir, 0,63 mm, 59,50%, dan 41,25%, sedangkan survival rate tertinggi diperoleh pada perlakuan A, yakni 71,00%. Kualitas air selama penelitian masih berada pada batas toleransi yang menunjang pemijahan ikan papuyu yaitu suhu antara 25,2 – 26,20C, pH antara 7,05 – 7,34, dan DO antara 3,77 – 4,21 mg/L. Berdasarkan analisis keragaman (ANOVA) menunjukan bahwa Fhitung < Ftabel dinyatakan tidak berbeda nyata antara semua perlakuan yang diberikan (terima H0) dan hasil uji regresi menunjukkan bahwa ketinggian air 45 cm adalah optimal untuk pemijahan ikan papuyu secara alamiah.
Efek pemberian dosis akriflavin dan lama perendaman yang berbeda terhadap rasio pembentukan kelamin jantan ikan baung (Hemibagrus nemurus) Junius Akbar; Agussyarif Hanafie
Depik Vol 2, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.278 KB) | DOI: 10.13170/depik.2.1.285

Abstract

Abstract. The purpose of this study was to examine the Acriflavine doses and immersion time on the sex ratio and survival rate of Bagrid catfish (Hemibagrus nemurus. The completely randomized design of factorial was applied in this research (4x2) with 3 replications. The tested doses were 0 mg/L, 2.5 mg/L, 5 mg/L, and 7.5 mg/L and immersion times were 6 hours and 12 hours.  The Anova test showed that Acriflavine doses and immersion times were not influence significantly on survival rate and sex ratio of Hemibagrus nemurus. However, the highest male sex ratio was found 5 mg/L dose and 12 hours immersion time.Keywords : Bagrid catfish, Hemibagrus nemurus, acriflavine, masculinization  Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dosis akriflavin dan lama perendaman terhadap keberhasilan pembentukan kelamin jantan dan sintasan benih ikan baung yang terbaik. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial (4x2) dengan tiga kali ulangan. Variabel bebas yang diukur adalah kombinasi antara dosis akriflavin (0 mg/L, 2,5 mg/L, 5 mg/L, dan 7,5 mg/L) pada lama perendaman (6 jam dan 12 jam. Hasil uji Anova menunjukkan bahwa perlakuan dosis akriflavin dan lama perendaman tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap sintasan dan rasio kelamin ikan baung. Namun demikian hasil terbaik diperoleh pada perlakuan dosis 5 mg/L akriflavin dengan lama perendaman 12 jam, yakni 61,83%. Kata kunci : Baung, Hemibagrus nemurus, akriflavin, jantanisasi
Efek pemberian dosis akriflavin dan lama perendaman yang berbeda terhadap rasio pembentukan kelamin jantan ikan baung (Hemibagrus nemurus) Junius Akbar; Agussyarif Hanafie
Depik Vol 2, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.2.1.285

Abstract

Abstract. The purpose of this study was to examine the Acriflavine doses and immersion time on the sex ratio and survival rate of Bagrid catfish (Hemibagrus nemurus. The completely randomized design of factorial was applied in this research (4x2) with 3 replications. The tested doses were 0 mg/L, 2.5 mg/L, 5 mg/L, and 7.5 mg/L and immersion times were 6 hours and 12 hours.  The Anova test showed that Acriflavine doses and immersion times were not influence significantly on survival rate and sex ratio of Hemibagrus nemurus. However, the highest male sex ratio was found 5 mg/L dose and 12 hours immersion time.Keywords : Bagrid catfish, Hemibagrus nemurus, acriflavine, masculinization  Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dosis akriflavin dan lama perendaman terhadap keberhasilan pembentukan kelamin jantan dan sintasan benih ikan baung yang terbaik. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial (4x2) dengan tiga kali ulangan. Variabel bebas yang diukur adalah kombinasi antara dosis akriflavin (0 mg/L, 2,5 mg/L, 5 mg/L, dan 7,5 mg/L) pada lama perendaman (6 jam dan 12 jam. Hasil uji Anova menunjukkan bahwa perlakuan dosis akriflavin dan lama perendaman tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap sintasan dan rasio kelamin ikan baung. Namun demikian hasil terbaik diperoleh pada perlakuan dosis 5 mg/L akriflavin dengan lama perendaman 12 jam, yakni 61,83%. Kata kunci : Baung, Hemibagrus nemurus, akriflavin, jantanisasi
Technical Guidance for The Manufacturing Of Floating Feeds at Pokdakan Papuyu Sakti Karang Intan, Banjar District Agussyarif Hanafie; Fatmawati Fatmawati; Muhammad Iqbal; Riska Febrianti
JATI EMAS (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat) Vol 7 No 3 (2023): Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Publisher : Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Perkumpulan Dosen Indonesia Semesta (DIS) Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36339/je.v7i3.819

Abstract

Feed is the main need, which accounts for 60-70% of the total aquaculture production costs. In general, fish farming groups (Pokdakan) depend on artificial feed. High feed prices are not balanced with the selling price of fish. This is because Pokdakan does not yet understand floating feed and the operational techniques of floating feed machines. This is a problem encountered, including in Pokdakan Papuyu Sakti. So that Pokdakan Papuyu Sakti members can increase production, feed quality and the sustainability of the use of floating feed, technical guidance is needed. The aim is to increase the ability to provide quality floating feed that is sufficient for cultivation activities. The scope of solutions offered is counseling, demonstration of machine use, and making floating feed. The partners' level of knowledge and skills were evaluated based on the Guttman Scale. The evaluation results show that the introduction of machines and the manufacture of floating feed have been successfully implemented, there has been an increase in knowledge understanding > 75% or an increase of seven times from the start of the activity. The skills of Pokdakan members in carrying out the practice of making floating food increased four times.
Efek pemberian dosis akriflavin dan lama perendaman yang berbeda terhadap rasio pembentukan kelamin jantan ikan baung (Hemibagrus nemurus) Junius Akbar; Agussyarif Hanafie
Depik Vol 2, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.2.1.285

Abstract

Abstract. The purpose of this study was to examine the Acriflavine doses and immersion time on the sex ratio and survival rate of Bagrid catfish (Hemibagrus nemurus. The completely randomized design of factorial was applied in this research (4x2) with 3 replications. The tested doses were 0 mg/L, 2.5 mg/L, 5 mg/L, and 7.5 mg/L and immersion times were 6 hours and 12 hours.  The Anova test showed that Acriflavine doses and immersion times were not influence significantly on survival rate and sex ratio of Hemibagrus nemurus. However, the highest male sex ratio was found 5 mg/L dose and 12 hours immersion time.Keywords : Bagrid catfish, Hemibagrus nemurus, acriflavine, masculinization  Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dosis akriflavin dan lama perendaman terhadap keberhasilan pembentukan kelamin jantan dan sintasan benih ikan baung yang terbaik. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial (4x2) dengan tiga kali ulangan. Variabel bebas yang diukur adalah kombinasi antara dosis akriflavin (0 mg/L, 2,5 mg/L, 5 mg/L, dan 7,5 mg/L) pada lama perendaman (6 jam dan 12 jam. Hasil uji Anova menunjukkan bahwa perlakuan dosis akriflavin dan lama perendaman tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap sintasan dan rasio kelamin ikan baung. Namun demikian hasil terbaik diperoleh pada perlakuan dosis 5 mg/L akriflavin dengan lama perendaman 12 jam, yakni 61,83%. Kata kunci : Baung, Hemibagrus nemurus, akriflavin, jantanisasi