Kamal A. Arif
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KONSEP GAGASAN ADAPTASI KOTA SABANG SEBAGAI LINGKUNGAN BINAAN Caecilia S. Wijayaputri; Kamal A. Arif; Sandi A. Siregar
Research Report - Engineering Science Vol. 1 (2014)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (12027.895 KB)

Abstract

Sejarah perkembangan kota di Indonesia, biasanya diawali oleh kota-kota kerajaan, kota pedalaman yang agraris, atau kota-kota pantai. Peran dan fungsi kota-kota awal tersebut menarik suku lain untuk tinggal sementara maupun menetap. Dari kondisi inilah kota berikut lingkungannya berkembang, termasuk di dalamnya pola ruang kota sebagai wujud budaya material masyarakat pendukungnya. Dalam satu hal, kotasama seperti manusia, dimana setiap aspek membentuk jati diri suatu kota. Maka bagaimana sebuah kota tetap memiliki identitas yang sama apabila ia terus menerus berada dalam suatu perubahan? Pada dasarnyapembangunan seharusnya dapat melestarikan warisan budaya bangsa, oleh karena itu diperlukan usaha untuk menggali patokan-patokan pembangunan fisik masa lalu untuk dapat digunakan sebagai pengembangan kebudayaan selanjutnya. Selama ini, Sabang hanya dikaji secara ekonomi dan geografis sebagai pintu masuk via perairan laut wilayah Kesultanan Aceh. Pada tahun 1970 pelabuhan Sabang menjadi salah satu pelabuhan terpenting di Indonesia, walaupun akhirnya ditutup pada tahun 1986. Pertanyaan yang kemudian timbul adalah dengan peran sebagai pintu masuk kesultanan Aceh, apa sebenarnya identitas kultural kota Sabang. Sehingga untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pola perkembangan kota Sabang, maka penelitian ini kemudian dilakukan. Metoda penelitian terdiri atas dua kajian yang saling isi yaitu diakronik melaui historical reading, dan sinkronik melalui tissue analysis.Kata kunci: identitas kultural, warisanbudaya, morfologi, ruang kota, perubahan kultural.
Budaya Tektonika Bugis di Kabupaten Bone Yenny Gunawan; Kamal A. Arif
Research Report - Engineering Science Vol. 1 (2015)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2788.834 KB)

Abstract

Penelitianini merupakan lanjutan dari rangkaian penelitian saya mengenai Budaya Tektonik. Penelitian saya sebelumnya (tahun 20110), yaitu mengenai Budaya Tektonik Tamkesi di Pulau Timor, Indonesia Timur. Pada kesempatan kali ini, Bugis dipilih sebagai objek penelitian, karena adanya kerjasama penelitian antara Unpar dengan Universiti Malaya diKuala Lumpur. Titik berangkat kerjasama penelitian ini adalah persamaan etnis yang ada di Indonesia dan Malaysia yaitu: masyarakat Aceh, Bugis, Padang, dan Jawa. Oleh karena itu, sebagai bagian dari kerjasama penelitian tersebut, masyarakat Bugis di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan menjadi objek telaah penelitian kali ini.Masyarakat Bugis terkenal sebagai masyarakat pelaut yang tangguh yang dengan kapal Pinisinya berlayar ke berbagai penjuru dunia sejak lama. Hal ini menarik para ahli untuk meneliti mengenai budaya, bahasa dan legenda La Galigo masyarakat Bugis, namun telaah mengenai budaya tektonik rumah Bugis masih sangat jarang. Sesuai dengan pemahamankata tektonik, budaya tektonik pada penelitian ini akan dilihat melalui prosesnya dan keterkaitannya dengan para buildernya.Penelitian ini akan dibagi menjadi empat tahap: tahap pertama, studi literatur mengenai budaya masyarakat Bugis; tahap kedua adalah proses pembangunan rumah Bugis. Tahap ketiga adalah studi lapangan yang terdiri dari 2 bagian, yaitu: 1. observasi dan pengukuran rumah Bugis, dan 2. wawancara dengan penghuni rumah terkait dengan pembangunanrumahnya. Tahap ketiga adalah analisa dan rumusan budaya tektonik rumah Bugis di Kabupaten Bone. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi peran aktor pada tahapan proses pembangunan yang terjadi. Pada akhirnya penelitian ini, menyimpulkan perbedaan dan persamaan proses pembangunan rumah Bugis dengan budaya membangun yang terjadi pada masa kini.Kata Kunci: budaya tektonik, Bugis, Kabupaten Bone.   
APLIKASI RANCANGAN DAN PENGUJIAN KUAT TEKAN BAMBU BILAH IKAT SEBAGAI ELEMEN STRUKTURAL Anastasia Maurina; Budianastas Budianastas; Michellina Septiana; Bernadette Sudira; Jesslyn Priscilla; Kamal A. Arif; Adhijoso Tjondro
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2015)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3237.591 KB)

Abstract

Bambu memiliki kekhususan karakteristik dibandingkan dengan material kosntruksi lainnya, yaitu memiliki keelastisan dan kefleksibelan yang cukup tinggi. Hal ini dapat membawa dampak yang positif dan negatif dalam penerapannya sebagai elemen struktur. Dampak negatifnya, bambu akan lebih mudah tekuk dan akan lebih mudah lendut. Dampak positifnya, bambu lebih mudah dibuat menjadi elemen lengkung dibandingkandengan material konstruksi lainnya. Namun, walaupun memiliki sifat elastic dan fleksibel yang tinggi, mengaplikasikan bambu utuh sebagai elemen lengkung cukup sulit untuk membuat kelengkungan yang diinginkan oleh perancang. Salah satu teknik melengkungkan bambu yang saat ini mulai digunakan di Indonesia adalah menggunakan bambu bilah ikat. Dengan teknik tersebut, dimensi dan bentuk lengkung yang dihasilkan bisa sangat beragam sesuai dengan rancangan arsitekturnya. Belum banyaknya penelitian mengenai bambu bilah ikat. Hal ini menyebabkan arsitek memakai instuisi dan logika strukturdidalam menentukan struktur bambu yang memanfaatkan bambu bilah ini dengan metoda trial and error. Sehingga peneliti bertujuan untuk mengkaji peran bambu bilah ikat di dalamaspek arsitektural dalam fungsi formal dan spasialnya serta aspek struktural dalam fungsi mekanikanya. Selain itu penelitian ini juga menguji salah satu properti materialnya, yaitukekuatan tekan.Penelitian ini merupakan penelitian yang menggabungkan 2 (dua) metode penelitian yaitu metode deskriptif – kualitatif dan metode experimental – kuantitatif. Melalui metode deskriptif – kualitatif, penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan, mengidentifikasi permasalah, membandingkan dan mengevaluasi aplikasi bambu bilah ikat pada objek studidalam fungsi mekanika dan fungsi formal spasialnya secara kualitatif. Sedangkan penggunaan metode experimental – kuantitatif bertujuan untuk menguji kekuatan tekandari bambu bilah ikat secara kualitatif dengan 2 faktor pengujian, yaitu: jenis bambu dan jarak ikatan serta membandingkannya dengan bambu utuh. Objek penelitian yang diambil pada penelitian ini adalah Pearl Beach Lounge di Gili Trawangan dan Musholla Bambu diDesa Cibodas.Hasil dari penelitian ini adalah bambu bilah ikat lebih tepat guna diaplikasikan sebagai elemen struktural berbentuk lengkung untuk bentuk bangunan organic, asimetri, dan tidak teratur dalam dimensi serta untuk menghasilkan kualitas ruang yang natural, informal dan luwes. Jenis bambu dan jarak ikatan bambu akan mempengaruhi kekuatan bambu bilah ikat dan bambu bilah ikat ini tidak direkomendasikan sebagai elemenstruktural yang menyalurkan beban aksial searah serat.Kata kunci: bambu bilah ikat, lengkung, kuat tekan