Ratna M. Aprilla
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Tangkapan Bagan Apung di Perairan Krueng Raya, Aceh Besar, Provinsi Aceh Mulana Ikramullah; Edy Miswar; Ratna M. Aprilla
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 3, No 3 (2018): Agustus 2018
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.225 KB)

Abstract

ABSTRACTAceh is one of the higher potential provinces in fisheries that should be developed as possible. One of the potential utilization of fisheries is the operation of lift-nets. Recently, the factors affect the fishery catch by lift-nets are unknown. The information of production factors affecting the catch by lift-nets is required in order to optimize the operation capture. This study aims to find out the catching unit of lift-nets, the composition of the fishery catch, and the production factors that influence the fishery catch. This research was conducted from June to July 2017 at the waters of Krueng Raya, Aceh Besar. The data were collected through a distributed questionnaire to each of the owner of lift-nets of 30 people. The catching unit and the composition of the fishery catch were analyzed by using descriptive method. The production factors of fishery catch was analyzed by using a multiple linear regression model. The result of descriptive analysis shows that lift-nets consists of several fishery catch units; the boat, the lift-nets house which supported by 2 boats, a house for fisherman to take a rest, whereas the floor of the house is used for fishing operations. The fisherman consists of the fish handler, chef and crew. The fishing aids consist of lamp, roller, scoop, generator, and basket. The compositions of the catches from lift-nets are anchovy, mackerel, flying fish, and tuna. The multiple linear regression analysis results, Y = -498,667 + 5,302 (X1) – 23,643 (X2) + 19,661 (X3) – 20,478 (X4) – 0,130 (X5)indicate that the production factors; the lamp capacity is directly and significantly influenced on fishery catch, whereas the amount of the fuel is directly and insignificantly influenced on fishery catch.Keywords:Lift-nets, Optimization, Composition, Production factor ABSTRAKProvinsi Aceh merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi yang cukup besar di bidang perikanan yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Salah satu pemanfaatan potensi perikanan adalah dengan pengoperasian bagan apung. Sampai saat ini belum diketahui faktor apa yang mempengaruhi hasil tangkapan ikan pada bagan apung. Informasi mengenai faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan bagan apung dibutuhkan agar kegiatan operasi penangkapan dapat berjalan dengan optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unit penangkapan bagan apung, komposisi hasil tangkapan, dan faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2017 bertempat di Perairan Krueng Raya, Aceh Besar. Data diperoleh melalui kuesioner yang diberikan kepada setiap pawang bagan apung yang berjumlah 30 orang. Unit penangkapan dan komposisi hasil tangkapan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, sedangkan faktor produksi hasil tangkapan dianalisis menggunakan regresi linier berganda. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa bagan apung terdiri dari beberapa unit penangkapan yaitu kapal pengangkut, rumah bagan ditopang oleh 2 perahu yang pada bagian atasnya terdapat rumah bagan sebagai tempat istirahat nelayan dan lantai rumah bagan untuk melakukan operasi penangkapan ikan, nelayan terdiri dari pawang, juru masak dan ABK, sedangkan alat bantu penangkapan terdiri dari lampu, roller, serok, genset, dan keranjang. Komposisi hasil tangkapan pada bagan apung adalah ikan teri, ikan kembung, ikan layang, dan ikan tongkol. Hasil analisis regresi didapatkan persamaan fungsi linier berganda,Y = -498,667+ 5,302 (X1) – 23,643 (X2) + 19,661 (X3) – 20,478 (X4) – 0,130 (X5) yang menunjukkan bahwa faktor produksi yang berpengaruh nyata secara signifikan terhadap hasil tangkapan adalah kapasitas wattlampu dan faktor produksi yang berpengaruh nyata namun tidak signifikan terhadap hasil tangkapan adalah jumlah BBM.Kata kunci: Bangan apung, faktor produksi, optimalisasi
KAJIAN POLA GERAK LOBSTER TERHADAP LINTASAN BUBU LIPAT SKALA LABORATORIUM Suheri Suranta; Edy Miswar; Ratna M. Aprilla
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 4, No 4 (2019): November 2019
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT     Lobster (Panulirus sp) is one of the water commodities that has a high selling value. One of the capture equipment used for catching the lobster is pot trap (trap). Pot trap usually uses natural bait like a trash fish because it is cheap, easy to obtain and still has good freshness. The appropriate use of feed, operating time, and slope of pot trap construction can be improve the efficiency of the catching. Therefore, this study aims to know the pattern of motion and speed creeping lobster against the entrance of pot trap with a slope of 450. The study was conducted in December 2017 untill January 2018 at the Marine Biology Laboratory, Faculty of Marine and Fisheries, Syiah Kuala University. Data collection is done by direct observation and with the help of HP camera to record motion patterns as well as the speed of the lobsters past the entrance frames of pot trap and analysis with a comparative descriptive method. The results obtained during the study, there is diversity of patterns and speeds because of the difference in the weight of lobster with a weight of 100-210 g. Slope at the entrance of pot trap folding will cause different motion patterns in each lobster. This is because the lobster has a difference in the speed of climbing wall traps with certain angles. The number of breakpoints also resulted in increased time crawling in lobster. Different distances and travel times produce different speeds and make a different picture of the pattern. 450 slope provides a simple trajectory pattern with an average length is 25.93 cm, average travel time is 103.8 seconds, and an average speed is 0.33 cm/sec.Keywords: Lobster (Panulirus sp), slope of entrance, pot trap, motion patterns, speed creeping ABSTRAK     Lobster (Panulirus sp) merupakan salah satu komoditi perairan yang mempunyai nilai jual tinggi. Salah satu alat tangkap yang digunakan untuk menangkap lobster adalah bubu lipat (trap). Alat tangkap bubu lipat biasanya menggunakan umpan alami berupa ikan rucah karena harganya murah, mudah diperoleh dan masih memiliki kesegaran yang baik. Penggunaan umpan, waktu pengoperasian, dan kemiringan konstruksi bubu lipat yang sesuai dapat meningkatkan efesiensi penangkapan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola gerak dan kecepatan merayap lobster terhadap lintasan masuk bubu lipat dengan kemiringan 450. Penelitian ini dilakukan pada Desember 2017-Januari 2018 di Laboratorium Biologi Laut, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Syiah Kuala. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung dan dengan bantuan kamera hp untuk merekam pola gerak serta kecepatan lobster melewati frame lintasan masuk bubu lipat dan di analisis dengan metode deskriptif komparatif. Hasil yang diperoleh selama penelitian, didapat keragaman pola dan kecepatan karena adanya perbedaan pada berat lobster dengan bobot 100-210 g. Kemiringan pada pintu masuk bubu lipat akan menyebabkan pola gerak yang berbeda-beda pada setiap lobster. Hal ini disebabkan pada lobster yang memiliki perbedaan dalam kecepatan memanjat dinding perangkap dengan sudut tertentu. Banyaknya titik henti juga mengakibatkan bertambahnya waktu merayap pada lobster. Jarak dan waktu tempuh yang berbeda menghasilkan kecepatan yang berbeda pula dan membuat gambaran pola yang berbeda. Kemiringan 45o memberikan pola lintasan yang sederhana dengan panjang lintasan rata-rata 25,93 cm, waktu tempuh rata-rata 103,8 detik, dan kecepatan rata-rata 0,33 cm/detik.Kata Kunci : Lobster (Panulirus sp), kemiringan pintu masuk, bubu lipat, pola gerak, kecepatan merayap.
Analisis Hasil Tangkapan Jaring Insang di Kuala Baru Kabupaten Aceh Singkil Nelci Sylvia; Chaliluddin Marwan; Ratna M. Aprilla
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 2, No 3 (2017): Agustus 2017
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.194 KB)

Abstract

Jaring insang merupakan salah satu alat tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan di Kuala Baru Kabupaten Aceh Singkil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknologi penangkapan ikan dan komposisi hasil tangkapan, keanekaragaman, dominansi serta ukuran hasil tangkapan alat tangkap jaring insang di Kuala Baru Kabupaten Aceh Singkil.Analisis dilakukan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan grafik distribusi frekuensi hasil tangkapan yang diperoleh. Jaring insang yang digunakan nelayan berukuran 20 set atau 1000 m dengan lebar 7 dan 14 m yang terbuat dari bahan PA multifilament mesh size 5 inci. Nelayan jaring insangKuala Baru Kabupaten Aceh Singkil tidak menggunakan alat bantu penangkapan. Komposisi hasil tangkapan jaring insang di dominansi oleh ikan tenggiri (Scombiromorus sp 54,80%) sebagai hasil tangkapan utama, dan hasil tangkapan sampingan berupa ikan parang – parang (Chirocentrus sp. 11,02%)  dan hiu (Charcharias sp 34,16%).Selama penelitian diperoleh indeks keanekaragamanjaring insang adalah 1,01, yang berarti keanekaragaman relatif sedang. Indeks dominansi0,39, yang berarti relatif rendah. Ukuran hasil tangkapan pancing selama penelitian sangat bervariasi.       Gill ne tare included as fishing gears which are extensively utilized by fisherman in Kuala Baru of Aceh Singkil Regency. The objective of this research is to know the fishing technology and the composition of catches, the diversity, dominance, and catch size of fishing line and gillnet in Kuala Baru of Aceh Singkil regency. The analysis is conducted descriptively in the form of tables and the distribution graph of the catch frequency obtained. Gillnets used by the fishermen are about 20 sets or 1000 m wide with a width of 7 and 14 m made of 5-inched PA multifilament mesh size material. Those Fishermen who use gillnets and fishing line in Kuala Baru of Aceh Singkil regency do not use any fishing aids. The dominance catches of gillnet are mackerel fish (Scombiromorus sp, 54.80%) as main catch, and by-catches is Herring fish (Chirocentrus sp 11.02%) and shark (Charcharias sp 34.16%).During the research, the index of diversity of gillnet were1.01, which means that the diversity is relatively moderate. The dominance index of gillnets is 0.39, which means relatively low. The size of catches from fishing line and gill nets during this study varied considerably.
Efektivitas penggunaan rumpon sebagai daerah penangkapan ikan di Perairan Pusong Kota Lhokseumawe Makwiyah A. Chaliluddin; Ratna M. Aprilla; Junaidi M. Affan; Abdullah A. Muhammadar; Heri Rahmadani; Edy Miswar; Firdus Firdus
Depik Vol 7, No 2 (2018): August 2018
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (478.342 KB) | DOI: 10.13170/depik.7.2.11322

Abstract

The existence of fish aggregating devices (FADs) in a waters is able to establish a new fishing ground that potential waters. FADs are able to attract the attention of the gathering of fishes and other aquayic organisms around it, increasing the density of fish around FADs can increase the chances of successful catching operation, and therefore the FADs has benefited significantly to increase the capture fishery production significantly. The purposes of the research were to evaluate the catching composition of purse seine production  using FADs and non FADs, and to examine the fectiveness of FADs. This research was conducted on February 1 - 28, 2018 located at Pusong Waters, Lhokseumawe City. The survey  method was used in this study. The direct sampling by following the fisherman in fishing activities was performed both the purse seine with FADs and no FADs. Total purse seine catches during the research were 4,320 kg consisting of Long Jawed Mackerel (Rastrelliger sp.) 1,280 kg (29.63%), Decapterus Fish ( Decapterus sp.) 350 kg (8,107%), skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) 845 kg (19.56 %), tuna fish (Euthynnus affinis) 720 kg (16.67%), Torpedo scad (Megalaspis cordyla) 300 kg (6.94%), Queenfish 140 kg (3.24%), and starry triggerfish (Abalistes stellaris) 685 kg (15.86%). It was concluded that the purse seine used FADs is more effective  compared to the a purse seine that does not use FADs.Keberadaan rumpon di suatu perairan mampu menarik perhatian berkumpulnya ikan dan organisme lain disekitarnya, sehingga dapat meningkatkan hasil tangkapan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi hasil tangkapan purse seine yang menggunakan rumpon dan purse seine yang tidak menggunakan rumpon, dan menilai efektivitas rumpon dalam mengumpulkan ikan. Penelitian ini dilaksanakan pada 01 - 28 Februari 2018 bertempat di Perairan Pusong, Kota Lhokseumawe. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, yaitu dengan mengikuti nelayan dalam kegiatan penangkapan ikan, baik nelayan purse seine yang menggunakan rumpon dan nelayan purse seine yang tidak menggunakan rumpon. Data ikan hasil tangkapan yang diperoleh dihitung jumlah ikan hasil tangkapan dan diidentifikasi spesies ikan dan selanjutnya dibandingkan dengan hasil tangkapan nelayan yang menggunakan rumpon dan ikan hasil tangkapan nelayan yang tidak menggunakan rumpon. Total hasil tangkapan purse seine selama penelitian sebanyak 4.320 kg terdiri dari kembung (Rastrelliger sp.) 1.280 kg (29,63%), layang (Decapterus sp.) 350 kg (8,107%), cakalang (Katsuwonus pelamis) 845 kg (19,56%), tongkol (Euthynnus affinis) 720 kg (16,67 %), tegang ekor/tetengkek (Megalaspis cordyla) 300 kg (6,94 %), talang/daun bamboo (Scomberoides lysan) 140 kg (3,24%), dan ayam-ayam (Abalistes stellaris) 685 kg (15,86 %).  Dari kedua jenis kegiatan penangkapan ikan tersebut, maka purse seine menggunakan rumpon lebih efektif dibandingkan purse seine yang tidak menggunakan rumpon sebagai daerah penangkapan ikan.
Efektivitas penggunaan rumpon sebagai daerah penangkapan ikan di Perairan Pusong Kota Lhokseumawe Makwiyah A. Chaliluddin; Ratna M. Aprilla; Junaidi M. Affan; Abdullah A. Muhammadar; Heri Rahmadani; Edy Miswar; Firdus Firdus
Depik Vol 7, No 2 (2018): August 2018
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.7.2.11322

Abstract

The existence of fish aggregating devices (FADs) in a waters is able to establish a new fishing ground that potential waters. FADs are able to attract the attention of the gathering of fishes and other aquayic organisms around it, increasing the density of fish around FADs can increase the chances of successful catching operation, and therefore the FADs has benefited significantly to increase the capture fishery production significantly. The purposes of the research were to evaluate the catching composition of purse seine production  using FADs and non FADs, and to examine the fectiveness of FADs. This research was conducted on February 1 - 28, 2018 located at Pusong Waters, Lhokseumawe City. The survey  method was used in this study. The direct sampling by following the fisherman in fishing activities was performed both the purse seine with FADs and no FADs. Total purse seine catches during the research were 4,320 kg consisting of Long Jawed Mackerel (Rastrelliger sp.) 1,280 kg (29.63%), Decapterus Fish ( Decapterus sp.) 350 kg (8,107%), skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) 845 kg (19.56 %), tuna fish (Euthynnus affinis) 720 kg (16.67%), Torpedo scad (Megalaspis cordyla) 300 kg (6.94%), Queenfish 140 kg (3.24%), and starry triggerfish (Abalistes stellaris) 685 kg (15.86%). It was concluded that the purse seine used FADs is more effective  compared to the a purse seine that does not use FADs.Keberadaan rumpon di suatu perairan mampu menarik perhatian berkumpulnya ikan dan organisme lain disekitarnya, sehingga dapat meningkatkan hasil tangkapan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi hasil tangkapan purse seine yang menggunakan rumpon dan purse seine yang tidak menggunakan rumpon, dan menilai efektivitas rumpon dalam mengumpulkan ikan. Penelitian ini dilaksanakan pada 01 - 28 Februari 2018 bertempat di Perairan Pusong, Kota Lhokseumawe. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, yaitu dengan mengikuti nelayan dalam kegiatan penangkapan ikan, baik nelayan purse seine yang menggunakan rumpon dan nelayan purse seine yang tidak menggunakan rumpon. Data ikan hasil tangkapan yang diperoleh dihitung jumlah ikan hasil tangkapan dan diidentifikasi spesies ikan dan selanjutnya dibandingkan dengan hasil tangkapan nelayan yang menggunakan rumpon dan ikan hasil tangkapan nelayan yang tidak menggunakan rumpon. Total hasil tangkapan purse seine selama penelitian sebanyak 4.320 kg terdiri dari kembung (Rastrelliger sp.) 1.280 kg (29,63%), layang (Decapterus sp.) 350 kg (8,107%), cakalang (Katsuwonus pelamis) 845 kg (19,56%), tongkol (Euthynnus affinis) 720 kg (16,67 %), tegang ekor/tetengkek (Megalaspis cordyla) 300 kg (6,94 %), talang/daun bamboo (Scomberoides lysan) 140 kg (3,24%), dan ayam-ayam (Abalistes stellaris) 685 kg (15,86 %).  Dari kedua jenis kegiatan penangkapan ikan tersebut, maka purse seine menggunakan rumpon lebih efektif dibandingkan purse seine yang tidak menggunakan rumpon sebagai daerah penangkapan ikan.