Helmi Helmi
Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Hortikultura pada Areal Bekas Hutan Rawa Gambut di Kabupaten Nagan Raya Provinsi Aceh Khairil Anwar; Sufardi Sufardi; Helmi Helmi
Jurnal Floratek Vol 11, No 1 (2016): April 2016
Publisher : Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.716 KB)

Abstract

Land Suitability for Horticultural Crops on Areal of Ex-Peat Swamp Forest of Nagan Raya Districts, Aceh Province Abstract. The conversion of peat swamp forests into farmlands can potentially change the soil’s characteristics and morphology, which in turn will affect land suitability. This research was performed to assess the land suitability level for the development of horticultural crops in a former peat swamp forest area which covers an area of 2732,12 ha in Darul Makmur Sub-district, Nagan Raya Regency, Aceh Province. The research was conducted using the descriptive method through ground surveys and laboratory analyses. The land suitability for horticultural crops evaluation was accomplished using the FAO criteria, which is matching between the land criteria and growing requirements for each horticultural crop. The evaluated lands were grouped into five homogeneous land units (HLU). The results indicated that every former peat swamp forest that has been converted into farmland had a land suitability level of S3, wa (marginally suitable) for several horticultural crops, such as pineapples, melons, eggplants, tomatoes, spinaches, red chili peppers, cucumbers, long beans, and watermelons. The main limitation factors were high rainfall and nutrients retention. The results also showed that mustard greens and shallots had a land suitability level of N (not suitable) because of the high rainfall.
Evaluasi Ketersediaan Hara pada Dua Lokasi Budidaya Tanaman Serewangi di Lamteuba Kecamatan Seulimuem Aceh Besar Teuku Ansari; Helmi Helmi; Yadi Jufri
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 6, No 4 (2021): November 2021
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (398.3 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v6i4.18292

Abstract

Abstrak. Tanah adalah mekanisme karakteristik untuk pengembangan tanaman. Tanah memberi unsur-unsur hara sebagai makanan tanaman untuk perkembangannya. Tanah terbentuk dari bahan berupa mineral dan bahan organik, air dan udara yang tersusun dalam ruangan yang membentuk tubuh tanah. Hasil jalannya proses perkembangan pembentukan tanah, maka terbentuklah perbedaan sifat kimia tanah, fisik, biologi dan morfologi tanah (Hakim,et all, 1986). Tanah yang diusahakan untuk bidang pertanian memiliki tingkat kesuburan yang berbeda-beda.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kandungan hara pada dua lokasi budidaya tanaman serewangi yang menyebabkan perbedaan pertumbuhan di dua lokasi tersebut. Pengelolaan tanah secara tepat merupakan faktor penting dalam menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman yang akan diusahakan. Penentuan ketersediaan hara tanah diawali dengan survey pendahuluan, pengambilan sampel tanah dilapangan dan selanjutnya dilakukan analisis sampel tanah dilaboratorium dan terakhir dilakukan pengolahan data dengan mengacu pada tabel kriteria interpretasi sifat-sifat kimia tanah menurut puslittanak (2003). Berdasarkan hasil analisis laboratorium, menunjukkan bahwa kandungan hara di dua lokasi budidaya tanaman serewangi tidak menunjukkan perbedaan yang jauh berbeda, relatif hampir sama dengan kandungan hara yang rendah.  Perbedaan pertumbuhan tanaman serewangi pada dua lokasi budidaya disebabkan oleh perbedaan topografi lahan yang agak berbeda serta cara pengelolaannya,  yang menyebabkan perbedaan pertumbuhan tanaman di dua lokasi tersebut.Evaluation of Nutrient Availability in Two Locations of Serewangi Cultivation in Lamteuba, Seulimuem District, Aceh BesarAbstract. Soil is a characteristic mechanism for plant development. Soil provides nutrients as plant food for its development. Soil is formed from materials in the form of minerals and organic matter, water and air which are arranged in a room that forms the body of the soil. As a result of the development process of soil formation, differences in soil chemical, physical, biological and morphological properties of soil are formed (Hakim, et all, 1986). Soil cultivated for agriculture has different levels of fertility. The purpose of this study was to evaluate the nutrient content of the two locations of Serewangi cultivation that caused differences in growth in the two locations. Proper soil management is an important factor in determining the growth and yield of plants to be cultivated. Determination of soil nutrient availability begins with a preliminary survey, taking soil samples in the field and then analyzing soil samples in the laboratory and finally processing data by referring to the table of interpretation criteria for soil chemical properties according to Research Center for Research and Development (2003). Based on the results of laboratory analysis, it was shown that the nutrient content in the two locations of Serewangi cultivation did not show much difference, relatively close to the same with low nutrient content. The difference in the growth of the serewangi plants at the two cultivation locations was caused by the slightly different topography of the land and the way of management, which caused differences in plant growth in the two locations.
Status Kesuburan Tanah Berdasarkan Ketinggian dan Kelerengan lahan Pada Perkebunan Kopi Arabika di Kabupaten Aceh Tengah Fachrur Rozi Pasi; Helmi Helmi; Muyassir Muyassir
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 8, No 1 (2023): Februari 2023
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (718.341 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v8i1.23355

Abstract

Abstrak. Kopi Arabika Gayo cukup terkenal di Indonesia, karena memiliki cita rasa yang khas dan menjadi salah satu komoditi ekspor unggulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status kesuburan tanah berdasarkan ketinggian dan kelerengan lahan yang ditanami kopi Arabika di Kabupaten Aceh Tengah. Metode yang digunakan yaitu survai yang diikuti dengan observasi lapangan. Parameter tanah yang di analisis yaitu ; C organik, P₂O₅ total, K₂O total, KTK dan KB. Penentuan status kesuburan berpedoman pada Pusat Penelitian Tanah PPT, Bogor (1995). Sampel tanah dianalisis di Laboratorium Penelitian Tanah dan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Hasil penelitian menunjukkan status kesuburan tanah berdasarkan ketinggian dan kelerengan lahan yang ditanami Kopi Arabika di Kabupaten Aceh tengah yaitu rendah sampai tinggi. Kesuburan tanah yang menjadi kendala status kesuburan tanah  Kapasitas Tukar Kation dan Kejenuhan Basa yang rendah.Soil Fertility Status Based on Level and Slope in Arabica Coffee Plantations in Central Aceh DistrictAbstract. Gayo Arabica Coffee is quite well-known in Indonesia, because it has a distinctive taste and is one of the leading export commodities. This study aims to determine the status of soil fertility based on the height and slope of the land planted with Arabica coffee in Central Aceh District. The method used is a survey followed by field observations. The soil parameters analyzed namely; organic C, total P₂O₅, total K₂O, CEC and KB. Determination of fertility status is guided by the PPT Center for Soil Research, Bogor (1995). Soil samples were analyzed at the Soil and Plant Research Laboratory, Faculty of Agriculture, Syiah Kuala University, Banda Aceh. The results showed that the status of soil fertility based on the height and slope of the land planted with Arabica coffee in Central Aceh district was low to high. Soil fertility is an obstacle to soil fertility status. Low Cation Exchange Capacity and Base Saturation
Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Sere Wangi (Cymbopogon nardus L.) di Kabupaten Pidie Diki Rahmayadi; Helmi Helmi; Muhammad Rusdi
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 3 (2022): Agustus 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (841.846 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i3.20907

Abstract

Abstrak. Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu, misalnya komuditas terpilih. Serewangi (Cymbopogon nardus L.) merupakan salah satu tanaman atsiri dari family Gramineae yang banyak digunakan dalam berbagai industri parfum, kosmetik, makanan, minuman dan obat-obatan Tujuan penelitian ini menentukan tingkat kesesuaian lahan dan mengetahui sebaran Serewangi dan luas lahan yang berpotensi untuk pengembangan tanaman Serewangi (Cymbopogon nardus L) di Kecamatan Padang Tiji, Kecamatan Grong-grong, dan Kecamatan Batee Kabupaten Pidie. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi metode pencocokan (matching) dan metode tumpang susun peta (overlay peta). Kelas kesesuaian lahan di Kecamatan Padang Tiji, Kecamatan Grong-grong dan Kecamatan Batee Kabupaten Pidie secara aktual yaitu S2, S3 dan N dengan factor pembatas paling dominan adalah kimia tanah dan lereng curam.Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Tanaman Cintronela (Cymbopogon nardus L) di Kabupaten PidieAbstrak. Kesesuaian lahan adalah gambaran tingkat kesesuaian sebidang lahan untuk penggunaan tertentu, misalnya suatu komoditas tertentu. Tanaman Cintronela (Cymbopogon nardus L.) merupakan salah satu tanaman esensial dari famili Gramineae yang banyak digunakan dalam berbagai industri wewangian, kosmetik, makanan, minuman dan obat-obatan. Tanaman serewangi (Cymbopogon nardus L) di Kecamatan Padang Tiji, Kecamatan Grong-grong, dan Kecamatan Batee, Kabupaten Pidie. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi metode pencocokan dan metode overlay peta. Kelas kesesuaian lahan aktual di Kecamatan Padang Tiji, Grong-grong dan Batee Kabupaten Pidie sebenarnya adalah S2, S3 dan N dengan faktor pembatas yang paling dominan adalah kimia tanah dan kemiringan lereng yang curam.
Pengaruh Bahan Amelioran dan Pemupukan Lengkap Terhadap Kandungan Hara dan Hasil Padi Lokal Tipe Baru pada Tanah Suboptimal Hendri Gunawan; Helmi Helmi; Muyassir Muyassir
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 6, No 3 (2021): Agustus 2021
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.715 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v6i3.17654

Abstract

Abstrak. Tanah suboptimal merupakan lahan yang telah degradasi atau lahan yang mempunyai tingkat kesuburan yang rendah dan tida dapat mendukung perumbuhan tanaman secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui efek bahan amelioran dan pemupukan N:P:K  terhadap kandungan hara tanah suboptimal dan hasil padi lokal tipe baru dan untuk mendapatkan dosis pupuk N:P:K dan amelioran yang tepat terhadap serapan hara. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dimana perlakuan disusun dalam bentuk Rancangan Acak Kelompok pola Faktorial dan diulang sebanyak 3 kali. Faktor pertama bahan Amelioran yaitu kompos jerami padi dan faktor kedua dosis pupuk Urea, SP-36 dan KCl. Hasil penelitian yang didapat pemupukan N:P:K dapat meningkatkan serapan hara N pada tanaman padi lokal tipe baru (sanbei) dan pada perlakuan pemupukan N, P dan K dengan dosis Urea 300 kg/ha, SP-36 150 kg/ha dan KCL 90 kg/ha dapat meningkatkan serapan hara terhadap jumlah anakan produktif (batan/rumpun), berat gabah total (g/rumpun), berat gabah isi (g/rumpun), berat gabah hampa (g/rumpun), persentase berat gabah isi (%), persentase berat gabah hampa (%), dan potensi tanaman padi Ton/ha. Terdapat interaksi antara amlioran dan pemupukan N:P:K terhadap bobot 100 g butir gabah tanaman padi lokal tipe baru (sanbei).Kata kunci: Ameliorasi, Pemupukan N:P:K, Lahan Suboptimal, Serapan Hara, Pemupukan, Bobot 1000, Hasil Padi.Abstract. Suboptimal soil is land that has been degraded or land that has a low fertility level and cannot support plant growth optimally. This study aimed to determine the effect of ameliorant and N:P:K fertilizer on suboptimal soil nutrient content and yield of new types of local rice and to obtain the right dose of N:P:K and ameliorant fertilizer on nutrient uptake. This study used an experimental method where the treatments were arranged in the form of a factorial randomized block design and repeated 3 times. The first factor is the Ameliorant material, namely rice straw compost and the second factor is the dose of Urea, SP-36 and KCl fertilizers. The results of the study obtained that N:P:K fertilization could increase N nutrient uptake in new types of local rice plants (sanbei) and in the treatment of N, P and K fertilization with doses of Urea 300 kg/ha, SP-36 150 kg/ha and KCL. 90 kg/ha can increase nutrient uptake on the number of productive tillers (clump/clump), total grain weight (g/clump), weight of filled grain (g/clump), weight of empty grain (g/clump), percentage of weight of filled grain ( %), the percentage of empty grain weight (%), and the potential of rice plants Ton/ha. There was an interaction between amliorant and N:P:K fertilization on the weight of 100 g of grain of new type of local rice plant (sanbei).Keywords: Amelioration, N:P:K Fertilization, Suboptimal Land, Nutrient Uptake, Fertilization, Weight 1000, Rice Yield.
Pemetaan Kebun Kopi Rakyat dan Potensi Pengembangannya di Kecamatan Tangse, Mane, Geumpang Kabupaten Pidie Muhammad Isra; Helmi Helmi; Abubakar Karim
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 8, No 2 (2023): Mei 2023
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1618.206 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v8i2.22450

Abstract

Abstrak. Kopi merupakan salah satu sektor perkebunan yang menjadi andalan Indonesia di pasar dunia. Provinsi Aceh di Indonesia adalah daerah penghasil kopi terbesar keempat dengan luas areal kopi 126.289 hektar pada tahun 2020, semuanya berupa perkebunan rakyat. Tujuan penelitian ini adalah memetakan kebun kopi rakyat dan potensi pengembangannya di Kecamatan Tangse, Mane dan Geumpang Kabupaten Pidie. Penelitian ini menggunakan metode survei dan analisis deskriptif. Luas kebun kopi rakyat dipetakan berdasarkan teknik klasifikasi visual on screen. Untuk memastikan klasifikasi kebun kopi rakyat di lapangan di awali dengan pengambilan titik koordinat di lapangan dan menggunakan kunci interpretasi citra. Hasil analisis menghasilkan 294 hamparan dan luasan kebun kopi rakyat di Kecamatan Tangse, Mane dan Geumpang seluas 10.025,16 ha. Hamparan kebun kopi rakyat terluas berada di Kecamatan Tangse seluas 6.581,87 ha, sedangkan hamparan kebun kopi rakyat terkecil terdapat di Kecamatan Mane dengan luas 1.704,97 ha.Kata kunci : Kebun Kopi, Citra Satelit Resolusi Tinggi, Tangse, Mane dan GeumpangAbstract. Coffee is one of the plantation sectors that is Indonesia’s mainstay in the world market. The province of Aceh in Indonesia is the fourt largest coffe producing area with a coffa area of 126.289 hectares in 2020, all of which are smallholder plantations. The purpose of this study was to map the community’s coffe plantations and their potential for development in Tangse, Mane and Geumpang districts, Pidie. This study uses survey methods and descriptive analysis. The area of people’s coffee plantations is mapped based on the on-screen visual classification technique. To ensure the classification of people’s coffee plantations in the field, it begins with taking coordinates in the field and using image interpretation keys. The results of the analysis resulted in 294 epanses and areas of people’s coffee plantations in Tangse, Mane and Geumpang sub-districts covering an area of 10.025,16 ha. The widest epanse of people’s coffee plantations is in Tangse district with an area of 6.581,87 ha, while the smallest epanse of people’s coffe plantations is in Mane district with an area of 1.704,97 ha.Keywords: Coffee Farm, High-Resolution Satellite Image, Tangse, Mane and Geumpang
Analisis Kualitas air Drainase Irigasi Langkahan-Jambo Aye Akibat Pengaruh Pasang Surut Untuk Budidaya Padi Sawah Di Meunasah Tingkeum Kecamatan Madat Kabupaten Aceh Timur Afrina Afrina; Khairullah Khairullah; Helmi Helmi
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 5, No 1 (2020): Februari 2020
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.259 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v5i1.13822

Abstract

Abstrak. Air drainase irigasi Langkahan mengalir ke sungai Krueng Jambo Aye Aceh Utara dan air drainase tersebut di manfaatkan kembali oleh masyarakat. Air tersebut telaha di pengaruhi oleh pasang surut air laut yang berkadar garam tinggi sehingga kualitas air menjadi menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air drainase Irigasi Langkahan Krueng Jambo Aye Di Desa Meunasah Tingkeum Kecamatan Madat Kabupaten Aceh Timur untuk menentukan waktu pengambilan air berdasarkan jadwal pasang surut agar kualitas menjadi lebih baik. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif dengan survei lapangan dan di laboratorium. Hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas air drainase Irigasi Langkahan Krueng Jambo Aye tergolong kelas IV yaitu kurang baik. Hal ini terjadi karena faktor pembatas diantarnya salinitas dan DHL. Penelitian ini juga menunjukan bahwa Pengambilan air yang baik pada saat apsang surut dan pasang setengah penuh untuk penanaman padi.An Analysis Of Water Quality Irrigation Drainage Langkahan-Jambo Aye Due To Influence The Tides To Paddy Fields in The Village Meunasah Tingkeum in Madat District of East AcehAbstract. The drainage water of langkahan irrigation flows into the Jambo Aye river in the water is reused by the people for rice farming. the water is influenced by the tide of sea water which high in salt so that water quality is descreased. The research objective was determine the quality of drainage water of Langkahn Krueng Jambo Aye  at the Village of Meunasah Tingkeum in Madat District of East Aceh an
Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Kelapa Sawit Dari 2012 – 2016 di Kecamatan Langsa Lama Muhammad Husyaini Iqbal; Helmi Helmi; Muhammad Rusdi
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 3, No 4 (2018): November 2018
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.487 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v3i4.9508

Abstract

Abstrak. Kelapa sawit adalah komoditas pertanian yang populer saat ini. Indonesia sebagai negara pengekspor minyak sawit terbesar di dunia dengan Malaysia. Kondisi daerah yang relatief datar menjadikan Kecamatan Langsa Lama sebagai tempat yang cocok untuk perkebunan kelapa sawit. Kajian perubahan penggunaan lahan berkembang sangat cepat dan menghasilkan banyak pendekatan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung laju perubahan luas lahan kelapa sawit dari tahun 2012- 2016 di Kecamatan Langsa Lama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ada lah metode deskriptif dengan teknik survai. Sedangkan analisis perubahan gunakan rumus/formula untuk menghitung laju perubahan kelapa sawit.  Hasil  perhitungan  analisis  di  dapat  bahwasannya  perubahan penggunaan  lahan  kelapa sawit di Kecamatan Langsa Lama 2012-2016 sebesar 81 Hektar.Analysis Of Changes In Palm Oil Land Use From 2012 to 2016 In Langsa Lama District Abstract. Palm oil is a popular agricultural commodity today. Indonesia is the largest palm oil exporter in the world with Malaysia. Regional conditions that are relatively flat make Langsa Lama District a suitable place for oil palm plantations. The study of land use change developed very quickly and produced many approaches. This study aims to calculate the rate of change in the area of oil palm from 2012-2016 in the District of Langsa Lama. The method used in this study is descriptive method with survey technique. While the change analysis uses a formula / formula to calculate the rate of change of oil palm. The results of the calculation of the analysis can be explained that changes in the use of oil palm in the District of Langsa Lama 2012-2016 amounted to 81 hectares.