Khairullah Khairullah
Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Kemasaman Tanah dan Sifat-sifat Pertukaran Kation pada Mollisols dan Ultisols di Lahan Kering Kabupaten Aceh Besar Sahbudin Sahbudin; Khairullah Khairullah; Sufardi Sufardi
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 5, No 3 (2020): Agustus 2020
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (417.357 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v5i3.15407

Abstract

Abstrak. Kemasaman tanah dan pertukaran kation merupakan indikator penting terhadap kesuburan tanah terutama pada lahan kering suboptimal. Kemasaman tanah dan pertukaran kation erat kaitannya dengan bahan induk tanahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat kemasaman tanah dan pertukaran kation pada dua ordo tanah di lahan kering Kabupaten Aceh Besar yaitu pada Mollisols Krueng Raya dan Ultisols Jantho. Kedua ordo tanah tersebut terbentuk dari bahan induk yang berbeda. Mollisols Krueng Raya terbentuk dari bahan induk batuan sedimen gampingan, sedangkan Ultisols Jantho dari bahan induk batuan sedimen liat tua. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survai deskriptif yaitu melalui pengamatan di lapangan dan analisis di laboratorium. Identifkasi profil dan ordo tanah dilakukan dengan menggunakan sistem klasifikasi tanah USDA (Soil Survey Staff, 2014). Pengambilan sampel tanah dilakukan pada setiap lapisan horizon dari setiap profil pewakil ordo tanah yang diamati di lapangan. Sampel-sampel tanah tersebut selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dianalisis pH (H2O), kapasitas tukar kation (KTK) dan kation dapat ditukar (Ca, Mg, K, dan Na) ditetapkan dengan metode 1N NH4COOCH3 pH7, sedangkan Al- dan H-dapat ditukar diekstrak dengan 1M KCl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua ordo tanah yang diteliti memiliki tingkat kemasaman dan pertukaran kation yang berbeda. Mollisols Krueng Raya mempunyai pH agak masam hingga agak alkalis (6,48-8,2) dan KTK tinggi, sedangkan Ultisols Jantho bereaksi masam (pH 6,50) dan mempunyai KTK dan kejenuhan basa yang rendah.Soil Acidity and Cation Exchange Properties in Mollisols and Ultisols in Dryland of Aceh Besar DistrictAbstract. Soil acidity and cation exchange is an important indicator of soil fertility especially on suboptimal drylands. Soil acidity and cation exchange closely related to the parent materials of soil. This study aims to assess soil acidity level and cation exchange in two soil orders of dryland in Aceh Besar District namely Mollisols Krueng Raya and Ultisols Jantho. The two soil orders are formed from different parent materials. The Mollisols of Krueng Raya are formed from limestone sedimentary rock, while Ultisols Jantho are formed from the parent material of the old clay sedimentary rock. The research is conducted using a descriptive survey method that is through field observations and analysis in the laboratory. Identification of soil profile and soil orders were conducted using USDA's soil classification system (Soil Survey Staff, 2014). Soil sampling is taken from each layer of the horizon of the soil orders that are observed in the field. These soil samples were subsequently brought to the laboratory for analysis of pH (H2O), cation exchange capacity (CEC) and exchangeable cations (Ca, Mg, K, and Na) are extracted by 1N NH4COOCH3 pH7, while exchangeable Al and H were extracted with 1M KCl. The results of analysis showed that both the soils orders being researched had a different level of acidity and exchange of cations. Mollisols of Krueng Raya has a moderately alkaline pH that is slighty alkalis (6.48-8.2) and high CEC, while the Ultisols Jantho has an acid pH (pH 6.50) and has low CEC and low base saturation.
Analisis Indeks Stabilitas Agregat Tanah pada Beberapa Kelas Lereng dan Penggunaan Lahan di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah Irma Fadila; Khairullah Khairullah; Manfarizah Manfarizah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 2 (2022): Mei 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.124 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i2.20121

Abstract

Abstrak. Indeks stabilitas agregat tanah merupakan merupakan ukuran dari kemampuan agregat tanah dalam bertahan terhadap gaya yang merusak agregat tersebut. Lereng dan penggunaan lahan dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap stabilitas agregat tanah. Semakin curam keadaan suatu lahan maka resiko bahan organik tererosi juga semakin besar, dimana bahan organik memiliki fungsi sebagai salah satu pengikat antar agregat tanah. Tutupan lahan yang baik dapat melindungi tanah dari tumbukan butir hujan sehingga dapat melindungi agregat tanah agar tidak mudah rusak, selain itu vegetasi pada suatu lahan dapat menyumbang bahan organik. Penelitian ini mengkaji bagaimana lereng dan penggunaan lahan dapat mempengaruhi indeks stabilitas agregat tanah. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah pada lereng 0 - 8%, 8 - 15%, 15 - 25 % pada penggunaan lahan kebun kopi dan kebun campuran. Penelitian ini mengamati empat parameter yaitu kemantapan agregat dan faktor pendukung berupa C-organik, tekstur dan struktur tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebun campuran cenderung memiliki indeks stabilitas agregat tanah yang lebih tinggi meskipun masih dalam satu kriteria yang sama yaitu agak stabil. Indeks stabilitas agregat tanah tertinggi terdapat pada SPL 6 sedangkan indeks stabilitas agregat tanah terendah terdapat pada SPL 2.The analysis of The Stability of Soil Aggregates on Some Classes of Slope and Land Use in the District of Bukit Regency Bener MeriahAbstract. The aggregate stability of the soil is a measure of the ability of soil aggregates in enduring style that spoil the aggregate. The slope and land use can provide different influences on the stability of soil aggregates. The more steep the state of a land then the risk of organic matter eroded is also greater, where the organic material has a function as one of the fastener between soil aggregates. Land cover can better protect the ground from the collision of grains of rain so it can protect the soil aggregates that are not easily damaged, in addition the vegetation on the land can be accounted for organic materials. Penany years of research examines how the slopes and land use can affect the stability of soil aggregates. This research was conducted in the District of Bukit Regency Bener Meriah on the slopes 0 - 8%, 8 - 15%, 15 - 25 % on land use coffee plantation and gardens mixture. This study observed the four parameters namely aggregate stability and supporting factors in the form of C-organic, soil texture and structure. The results showed that the mixed gardens tend to have an index of aggregate stability of the soil is high, although still in the same criteria that is somewhat stable. The aggregate stability of the soil was highest in the SPL 6 (land unit) while the stability of soil aggregates lowest SPL 2 (land unit).
Pemanfaatan Biochar dan Kompos Limbah Pertanian untuk Perbaikan Sifat Fisika Tanah, Pertumbuhan dan Hasil Jagung pada Lahan Kering Navisa Hanim; Khairullah Khairullah; Yadi Jufri
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 6, No 4 (2021): November 2021
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (450.899 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v6i4.18385

Abstract

Abstrak. Biochar merupakan padatan berupa arang yang kaya karbon (C) melalui proses pembakaran tidak sempurna dengan minimum oksigen (pyrolisis). Penambahan bahan organik dapat mempercepat proses pemulihan kualitas lahan serta meningkatkan kekuatan tanah memegang air sehingga kandungan unsur hara juga meningkat. Pemanfaatan kompos berpengaruh terhadap pasokan hara tanah, perubahan sifat fisik, biologi, dan kimia tanah, karena syarat tanah sebagai media tumbuh tanaman membutuhkan kondisi fisik dan kimia yang baik. Aplikasi biochar dan kompos dilakukan untuk meningkatkan kesuburan dan ketersediaan air tanah untuk memenuhi kebutuhan tanaman.Pada penelitian ini digunakan tanaman jagung (Zea mays L) sebagai indikator tanaman. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola Non Faktorial terdiri dari kombinasi biochar dan kompos limbah pertanian dengan 9 perlakuandan 3 kali ulangan, maka didapatkan 27 bedengan percobaan. Hasil di lapangan didapatkan pemberian biochar dan kompos limbah pertanian tidak berpengaruh terhadap perbaikan sifat fisika tanah pada lahan kering diduga karena sifat fisika yang sulit berubahdalam waktu yang singkat, namun pemberian biochar dan kompos limbah pertanian dapat meningkatkan atau berpengaruh terhadap pertumbuhan serta hasil tanaman jagung yang mana nilai tertinggi terdapat pada perlakuan A8 (15 ton ha -1 biochar dan 20 ton ha -1 kompos imbah pertanian) hal ini diduga pada dosis tersebut pemberian kompos menyumbangkan unsur hara yang cukup bagi tanaman.Utilization of Biochar and Agricultural Waste Compost to Improve Soil Physical Properties, Growth and Yield of Corn on Dry LandAbstract. Biochar is a solid in the form of charcoal rich in carbon (C) through an incomplete combustion process with a minimum of oxygen (pyrolysis). The addition of organic matter can accelerate the process of restoring land quality and increase the strength of the soil to hold water so that the nutrient content also increases. The use of compost affects the supply of soil nutrients, changes in the physical, biological, and chemical properties of the soil, because the soil requirements as a medium for plant growth require good physical and chemical conditions. Applications of biochar and compost are carried out to increase fertility and availability of groundwater to meet plant needs. In this study, maize (Zea mays L) was used as plant indicator. This study used a Randomized Block Design (RBK) with a non-factorial pattern consisting of a combination of biochar and agricultural waste compost with 9 treatments and 3 replications, so 27 experimental beds were obtained. The results in the field showed that the application of biochar and agricultural waste compost did not affect the improvement of the physical properties of the soil on dry land, presumably due to the physical properties that were difficult to change in a short time, but the application of biochar and agricultural waste compost could increase or affect the growth and yield of maize plants. where the highest value was found in the A 8 treatment (15 tons ha -1 biochar and 20 tons ha -1 agricultural waste compost).
Analisis Kualitas air Drainase Irigasi Langkahan-Jambo Aye Akibat Pengaruh Pasang Surut Untuk Budidaya Padi Sawah Di Meunasah Tingkeum Kecamatan Madat Kabupaten Aceh Timur Afrina Afrina; Khairullah Khairullah; Helmi Helmi
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 5, No 1 (2020): Februari 2020
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.259 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v5i1.13822

Abstract

Abstrak. Air drainase irigasi Langkahan mengalir ke sungai Krueng Jambo Aye Aceh Utara dan air drainase tersebut di manfaatkan kembali oleh masyarakat. Air tersebut telaha di pengaruhi oleh pasang surut air laut yang berkadar garam tinggi sehingga kualitas air menjadi menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air drainase Irigasi Langkahan Krueng Jambo Aye Di Desa Meunasah Tingkeum Kecamatan Madat Kabupaten Aceh Timur untuk menentukan waktu pengambilan air berdasarkan jadwal pasang surut agar kualitas menjadi lebih baik. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif dengan survei lapangan dan di laboratorium. Hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas air drainase Irigasi Langkahan Krueng Jambo Aye tergolong kelas IV yaitu kurang baik. Hal ini terjadi karena faktor pembatas diantarnya salinitas dan DHL. Penelitian ini juga menunjukan bahwa Pengambilan air yang baik pada saat apsang surut dan pasang setengah penuh untuk penanaman padi.An Analysis Of Water Quality Irrigation Drainage Langkahan-Jambo Aye Due To Influence The Tides To Paddy Fields in The Village Meunasah Tingkeum in Madat District of East AcehAbstract. The drainage water of langkahan irrigation flows into the Jambo Aye river in the water is reused by the people for rice farming. the water is influenced by the tide of sea water which high in salt so that water quality is descreased. The research objective was determine the quality of drainage water of Langkahn Krueng Jambo Aye  at the Village of Meunasah Tingkeum in Madat District of East Aceh an
Evaluasi Status Hara dan Rekomendasi Pemupukan Spesifik Lokasi untuk Padi Sawah di Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie Khairunnisa M; Khairullah Khairullah; Sufardi Sufardi
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 2, No 3 (2017): Agustus 2017
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.747 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v2i3.3706

Abstract

Abstrak.  Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi status hara dan penetapan rekomendasi pemupukan spesifik lokasi pada tanah sawah untuk budidaya padi di Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie. Penelitian menggunakan metode deskripsi berdasarkan pengamatan lapangan dan analisis laboratorium. Untuk pengambilan sampel tanah sebaran dilakukan pada 8 titik pengamatan sedangkan untuk pembukaan profil dilakukan di dua tempat dengan pengambilan sampel top soil dan  sub soil dengan jenis tanah Aluvial. Hasil penelitian karakteristik tanah sawah di Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie sangat beragam.  Hasil penelitian N-total tergolong rendah sampai sedang yaitu berkisar (0,05 % - 0,34% ) dengan rekomendasi yaitu 111,11 sampai 151,1kg/ha Urea. P tersedia tergolong rendah sampai tinggi  berkisar (7,60 - 13,50 mg kg-1)dengan rekomendasi 28,75 sampai 148,08 kg/ha SP36. Namun untuk kandungan K-dd dalam tanah rata-rata tinggi sampai sangat tinggi. Namun, kandungan Fe extrak 1N NH4COOCH3 pH4,8 berkriteria sangat rendah yaitu Gampong Seukee 0,165 mg/kg dan Gampong Labui 0,144 mg/kg. Dari hasil penelitian maka pupuk yang perlu diberikan yaitu N, P dan Fe sedangkan K tidak perlu dilakukan pemupukan disebabkan kandungan K dalam tanah tinggi.The Evaluation of Nutrient Status and Fertilizer Recommendation at Specific Site for Paddy Fields in Pidie Sub district, Pidie RegencyAbstract. This study aims to evaluate nutrient status and the determination of fertilizer recommendations at specific site on paddy fields for rice cultivation in Pidie Sub district, Pidie Regency. The study used descriptive method based on field observation and laboratory analysis. The soil distribution sampling is observed at 8 points while the profile opening is done in two places for top soil and sub soil sampling with alluvial soil. The result of paddy field characteristic research in Pidie Sub district, Pidie Regency is very diverse. The result of Nitrogen-total research is low to moderate ranged (0,05% - 0,34%) with recommendation that is 111,11 to 151,1kg/ha Urea. Phosphor is available in low to high ranges (7.60 - 13.50 mg kg-1) with a recommendation of 28.75 to 148.08 kg/ha SP36. But for the Potassium that can be exchanged in the soil is average high up to very high. However, the content of Fe extract 1N NH4COOCH3 pH4.8 characterized very low is in Gampong Seukee which is 0,165 mg/kg and Gampong Labui which is 0,144 mg/kg. Based on the results of the study, the fertilizers that need to be given are Nitrogen, Phosphor and Fe while Potassium does not need to be fertilized because its content in the soil is high. 
Perubahan Beberapa Sifat Fisika Gambut Akibat Lamanya Penggunaan Lahan di Rawa Tripa Silvia Anggita Devi; Khairullah Khairullah; Muhammad Rusli Alibasyah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 1 (2019): Februari 2019
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.478 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v4i1.10360

Abstract

Abstrak. Histosol merupakan tanah organik yang terbentuk dari kumpulan bahan-bahan organik seperti serasah tumbuhan yang terdekomposisi dalam jangka waktu yang lama. Di Aceh sendiri wilayah ekosistem rawa gambut yang telah dikonversi menjadi lahan pertanian dan perkebunan adalah wilayah barat mulai dari Kabupaten Aceh Jaya hingga Kabupaten Aceh Singkil. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan beberapa sifat fisika dan kimia gambut akibat lamanya penggunaan lahan di Rawa Tripa Kabupaten Nagan Raya.Hasil penelitian dan analisis pada perubahan sifat fisika gambut akibat lamanya penggunaan lahan menunjukan bahwa kadar air tertinggi tedapat pada sampel U0 (sub soil) yaitu 275,94% dan kadar air terendah pada sampel U3 (top soil) yaitu 81,16%. Berat volume tertinggi terdapat pada sampel U3 (top soil) yaitu 0,90 g/cm3 dan berat volume terendah pada sampel U0 (sub soil) yaitu 0,41 g/cm3. Porositas tertinggi terdapat pada U0 (sub soil) yaitu 97,16% dan yang terendah terdapat pada U3 (top soil) yaitu 64,11%. Hasil pengamatan lapangan pada kematangan gambut menunjukan bahwa gambut rawa tripa memiliki tingkat kematangan hemik dan saprik, kedalaman gambut yaitu dangkal sampai sangat dalam, subsidence terjadi akibat pengarih drainase dan warna gambut yaitu hitam kemerahan sampai coklat kehitaman.Change in Some Peat Physical Character due to the Length of Land Use in Rawa TripaAbstract. Histosol is an organic soil formed from a collection of organic materials such as plant litter which was decomposed for a long time. In Aceh, the peat swamp ecosystem area that has been converted into agricultural land and plantations is in the west, starting from Aceh Jaya Regency to Aceh Singkil Regency. This study aims to look at the change in some physical and chemical properties of peat due to the length of land use in Tripa Swamp in Nagan Raya District. The results of the research and analysis on the change in the physical properties of peat due to the length of land use showed that the highest moisture content was found in samples of U0 (sub soil) which was 275.94% and the lowest water content in U3 (top soil) sample of 81.16%. The highest volume weight is found in the sample U3  (top soil) which is 0.90 g / cm3 and the lowest volume weight in the sample U0 (sub soil) is 0.41 g / cm3. The highest porosity is found in U0 (sub soil), namely 97.16% and the lowest is in U3 (top soil), which is 64.11%. The results of field observations on peat maturity show that tripe swamp peat has a level of hemic and sapric maturity, peat depth that is shallow to very deep, subsidence occurs due to drainage and the color of peat is reddish black to blackish brown.
Evaluasi Sifat Fisika Tanah pada Penggunaan Lahan Monokultur dan Polikultur di Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Aceh Selatan Rajab Alfaredzi; Syakur Syakur; Khairullah Khairullah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 8, No 1 (2023): Februari 2023
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (826.483 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v8i1.23043

Abstract

Abstrak. Pengelolaan tanah dengan pola tanam monokultur dan polikultur menghasilkan perbedaan sifat fisika pada tanah. Sifat fisika tanah yang menjadi objek penelitian ini adalah C-organik, bulk density, stabilitas agregat, laju infiltrasi tanah, dan struktur tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sifat fisika tanah pada penggunaan lahan monokultur dan polikultur di Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Aceh Selatan. Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif. Penentuan lokasi penelitian menggunakan SPL melalui aplikasi ArcGis dengan memasukkan peta jenis tanah, peta kelerengan, dan penggunaan lahan yang selanjutnya di overlay. Hasil evaluasi sifat fisik pada penggunaan lahan monokultur dan polikultur untuk bahan organik pada penggunaan lahan monokultur berkisar 0,37%,1,02% dan 2,12% secara rata-rata 1,17% (rendah) dibandingkan dengan penggunaan lahan polikultur bahan organik berkisar 1,74% dan 2,43% secara rata-rata 2,08% (Sedang). Bulk density pada monokultur berkisar 1,28 g.cm-3, g.cm-3dan 1,32 g.cm-3 secara rata-rata 1,29 g.cm-3 dengan kategori tinggi dibandingkan dengan polikultur berkisar 1,30 g.cm-3 dan 1,31 g.cm-3 secara rata-rata 1,30 g.cm-3 dengan kategori tinggi. Indeks stabilitas agregat tanah pada monokultur berkisar 42,55, 49,47 dan 52,52 secara rata-rata 48,18 dengan kriteria kurang mantap dibandingkan dengan polikultur berkisar 50,24 dan 51,12 secara rata-rata 50,68 dengan kriteria agak mantap. Struktur berkisar dari lemah hingga sedang. Laju infiltrasi berkisar antara 10-30 mm.jam dengan kategori lambat hingga sedang. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik tanah pada penggunaan lahan polikultur di Kecamatan Labuhanhaji lebih baik daripada penggunaan lahan monokultur hal ini disebabkan karena biomassa bahan organik pada penggunaan lahan polikultur lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan lahan monokultur.Evaluation of Soil Physical Properties in Monoculture and Polyculture Land Uses in Labuhan HajiDistrict, South Aceh RegencyAbstract. Soil management with monoculture and polyculture planting patterns produces differences in physical properties in the soil. The physical properties of the soil that are the object of this study are C-organic, bulk density, aggregate stability, soil infiltration rate, and soil structure. This study aims to evaluate the physical nature of soil in monoculture and polyculture land use in Labuhan Haji District, South Aceh Regency. This study used a descriptive survey method. Determination of research locations using SPL through the ArcGis application by including soil type maps, marble maps, and land use which are then overlayed. The results of the evaluation of physical properties on monoculture and polyculture land use for organic matter on monoculture land use ranged from 0.37.1.02% and 2.12% on average 1.17% (low) compared to the land use of organic matter polyculture ranging from 1.74% and 2.43% on average 2.08% (Medium). Bulk density in monocultures ranges from 1.28 g.cm-3, g.cm-3 and 1.32 g.cm-3 on average 1.29 g.cm-3 with high categories compared to polycultures ranging from 1.30 g.cm-3 and 1.31 g.cm-3 on average 1.30 g.cm-3 with high categories. The soil aggregate stability index in monocultures ranged from 42.55, 49.47 and 52.52 on average 48.18 with less steady criteria compared to polycultures ranging from 50.24 and 51.12 on average 50.68 with rather steady criteria. Structure ranges from weak to moderate. The infiltration rate ranges from 10-30 mm/h with a slow to moderate category. Based on the data obtained, it can be concluded that the physical condition of the soil in polyculture land use in Labuhanhaji District is better than monoculture land use, this is because the biomass of organic matter in polyculture land use is more than monoculture land use.
Sifat Residu pembenah Darussalam Setelah Pembenah Tanah Pada Pada Pertanaman Sawi Musim Tanam Ke Empat Saiful Rahmat; Khairullah Khairullah; Sufardi Sufardi
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 5, No 2 (2020): Mei 2020
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.219 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v5i2.14856

Abstract

Perbaikan karakteristik tanah Entisols telah dilakukan dengan aplikasi bahan pembenah tanah berupa sekam padi, biochar, dan kotoran sapi. Penelitian ini merupakan percobaan lapangan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal yang bertujuan untuk mengkaji pengaruh tujuh kombinasi perlakuan bahan pembenah tanah terhadap beberapa sifat fisika tanah pada musim tanam ke empat setelah penanaman sawi (Brassica juncea L.), yang merupakan penelitian lanjutan untuk mengkaji pengaruh tiga jenis bahan pembenah tanah yaitu sekam padi, biochar, dan kotoran sapi pada Entisols Darussalam. Variabel sifat fisika yang dianalisis adalah berat volume (BV), porositas, permeabilitas, dan kemantapan agregat. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa pengaruh residu pemberian bahan pembenah tanah sebanyak 5 hingga 20 t ha-1 tidak bepengaruh terhadap beberapa sifat fisika tanah pada Entisol Darussalam setelah musim tanam ke empat. Perubahan sifat fisika hanya terjadi pada permeabilitas tanah yang berubah dari sedang menjadi agak lambat. Berat volume tanah (BV) tanah setelah musim tanam keempat berkisar dari 1,29-1,33 g cm-3 (tinggi), porositas berkisar dari 50,19-55,18% (sedang), permeabilitas berkisar dari 1,84-4,05 cm per jam (sedang), sedangkan kemantapan agregat 50,15-55,05% (stabil). Kendala yang masih terdapat pada Entisols ini adalah nilai BV tanah yang masih tinggi, sehingga takaran dosis bahan pembenah tanah perlu ditambah hingga hingga 20 t ha-1 atau lebih tinggi.
Karakteristik Sifat Fisika Tanah Terhadap Kapasitas Infiltrasi Di Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh Elfika Wahyuni; Syakur Syakur; Khairullah Khairullah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 4 (2019): November 2019
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.154 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v4i4.12619

Abstract

Abstrak.Infiltrasi adalah aliran air secara vertikal ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Kapasitas infiltrasi adalah kemampuan tanah dalam merembeskan banyaknya air ke dalam tanah. Kapasitas infiltrasi tanah yang rendah, akan menyebabkan sebagian besar curah hujan yang jatuh pada suatu daerah akan menjadi genangan di permukaan tanah dan mengalir menjadi aliran permukaan hingga hanya sebagian kecil yang masuk ke dalam tanah yang menjadi simpanan air tanah. Efeknya pada musim penghujan kemungkinan terjadi banjir dan pada musim kemarau akan terjadi kekeringan. Sebaliknya kapasitas infiltrasi tanah yang tinggi juga akan merugikan karena dapat menurunkan produktivitas lahan pertanian karena dapat menyebabkan meningkatnya proses pencucian unsur hara tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteistik sifat fisika tanah tehadap kapasitas infiltrasi di Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas infiltrasi yaitu berada pada kriteria lambat (0,1-0,5), agak lambat (0,5-2,0) dan sangat lambat (0,1) cm/menitPhysical Characteritics of Soil Towards Infiltration Capacity In Syiah Kuala District Banda Aceh.Abstract. Infiltration is a stream vertically into the sewers through the surface. The capacity for infiltration is the ability of the soil to rejuvenate an amount of water into the ground. This low land infiltration capacity will cause most of the rainfall that falls on an area to become a surface puddle and flow into surface streams so that only a small section of soil is deposited in a reservoir of groundwater. The effect in the rainy season is likely to occur and the dry season there will be drought. In countrast the high earth infiltration capacity will also be detrimental as lowering agricultural productivity because it can cause an increase in the land washing process. This study aims to know the influence of characteristic properties  of soil physics on the infiltration capacity in syiah kuala, banda aceh. This study was conducted in the east ridge of syiah kuala, banda aceh by making direct observation in the field and its continuing with the lab analysis. Research show that the infiltration capacity will be on slow criteria (0,1-0,5), a little slow (0,5-2,0), and very slow (0,1) cm/min.
Analisis Kelas Mutu Air Berdasarkan Baku Mutu di Sub DAS Kalarengkih Kabupaten Aceh Tengah Layli Nuriani; Hairul Basri; Khairullah Khairullah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 3, No 3 (2018): Agustus 2018
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.752 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v3i3.8286

Abstract

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelas mutu air untuk kebutuhan penduduk berdasarkan baku mutu di sekitar Sub DAS Kalarengkih Kabupaten Aceh Tengah.. Lokasi di Sub DAS Kalarengkih Kecamatan Bintang Kabupaten Aceh Tengah. Penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang dilaksanakan melalui survei lapang dan analisis laboratorium. Untuk pengambilan sampel air dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara penarikan sampel yang dilakukan memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang dianggap tepat dan sesuai terhadap fenomena yang diteliti yaitu terdiri dari 5 titik sampel. analisis kelas mutu air sungai mempergunakan baku mutu sebagai pembanding untuk kelayakan kualitas parameter sungai yaitu Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 yaitu mengkaji data baku mutu air hanya untuk parameter fisika (TSS, TDS, Temperatur, Kekeruhan) dan kimia (Nitrat, Nitrit, pH, BOD, COD, Sulfat) selanjutnya dapat ditentukan klasifikasi airnya. Hasil Kelas Mutu Air Sub DAS kalarengkih berdasarkan baku mutu pada titik 1 tergolong Kelas 1 yang berada pada hulu Sub DAS Kalarengkih. Pada titik 2, 3, 4 dan 5 tergolong Kelas 4  dengan faktor pembatas Nitrit yang melebihi batas ambang baku mutu, disamping itu pada titik 4 juga terdapat nilai Nitrat yang tinggi, Nitrit terdapat pada outlet yang berada pada areal persawahan sedangkan Nitrat outletnya berada pada areal pemukiman, hal ini diduga Nitrit berasal dari hasil pemupukan dan Nitrat diduga hasil dari buangan limbah pemukiman.Analysis Class of Water Quality Based on Quality Standard in Kalarengkih Wateshed Regency of Aceh TengahAbstract. This study aims to determine the quality class of water for the needs of the population based on quality standards around the Kalarengkih Sub-Basin Central Aceh Regency .. Location in Kalarengkih Sub DAS Sub-District Bintang Regency Central Aceh. The research used quantitative descriptive method implemented through field survey and laboratory analysis. For the sampling of water is done by purposive sampling that is sampling by way of sampling conducted by choosing subject based on specific criterion which is deemed appropriate and appropriate to phenomenon studied that consist of 5 point sample. analysis of river water quality class using quality standard as a comparison for the feasibility of river parameter quality that is Government Regulation No. 82 Year 2001 that is studying data of water quality standard only for physics parameter (TSS, TDS, Temperature, Turbidity) and chemistry (Nitrate, Nitrite, pH, BOD, COD, Sulfate) can then be determined water classification. Results Quality Class Water Sub DAS kalarengkih based on the quality standard at point 1 Class Class 1 located in the upstream Kalarengkih Sub-watershed. At point 2, 3, 4 and 5 belong to Class 4 with limiting factor of Nitrite which exceed the quality standard threshold, beside that at point 4 there is also high Nitrate value, Nitrite is in outlet located in rice field area while Nitrate outlet is in area settlement, it is suspected Nitrite comes from the result of fertilization and Nitrate is suspected to result from disposal of waste settlement.