Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Adjustment Problems dan Psychological Well-Being pada Siswa Akseleran (Studi Korelasional pada SMPN 19 Jakarta dan SMP Labschool Kebayoran Baru) Misero, Priscillia Susan; Hawadi, Lydia Freyani
Jurnal Psikologi: PITUTUR Vol 1, No 1 (2012): Jurnal Psikologi PITUTUR
Publisher : Universitas Muria Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.746 KB)

Abstract

Owned by a gifted student akseleran, as intellectually gifted students,taking  them  to  the  demands  of  external  and  internal  demands.  A  student akseleran must adapt themselves to these demands. However, it is not easy.There are a number of problems they face because of it. Noted there are six main problems of adjustment (adjustment problems) students akseleran ie, school  assignments  are  not  challenging,  poor  interpersonal  relationships, parental expectations,  perfectionism,  multipotensialitas,  and  high involvement  (Chan,  2006).  Those  problems  are  a  source  of  stress  for students  and  psychological  conditions  may  interfere  with  his  well-being.This  is  certainly  not  beneficial  because  it  can  cause  the student  can  not perform optimally. This study seeks to prove whether there is a relationship between  adjustment  problems  and  psychological  well-being  in  students akseleran  ..  In  addition,  this  study  also  attempted  to  figure  out  what adjustment  the  most  significant  problems  associated  with  psychological well-being.Melalui  a  correlational  study  in  SMP  and  SMP  19  Jakarta Labschool  Kebayoran  Baru,  found  a  significant  negative  relationshipbetween  psychological  adjustment  problems  with  the  well-being  thestudents  akseleran.  In  addition,  problems  of  adjustment  dimensionsperfectionism  is  a  problem  that  has  the  most  significant  relationship  with psychological well-being.
Maladaptive Perfectionism and Academic Achievement in Indonesian Gifted Undergraduate Students: Goal Adjustment as Moderator Fitriani Yustikasari Lubis; Lydia Freyani Hawadi; Rose Mini Agoes Salim; Urip Purwono
Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 7, No 2 (2020): PSYMPATHIC
Publisher : Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/psy.v7i2.9619

Abstract

This paper examines the role of goal adjustment (goal disengagement and goal re-engagement) as a moderator of maladaptive perfectionism and academic achievement in Indonesian gifted undergraduate students. This cross-sectional study employs a mixed-method sequential explanatory approach. On the quantitative stage, eighty-six undergraduates identified as gifted students completed Frost Multidimensional Perfectionism Scale, Goal Adjustment Scale and self-reported GPA. On the qualitative stage, eight participants were selected from the quantitative stage to participate in a face to face interview. The result showed that maladaptive perfectionism negatively correlated with academic achievement. The interaction between maladaptive perfectionism and academic achievement moderated by goal disengagement show significant interaction, while goal re-engagement was not significant.
Adjustment Problems dan Psychological Well-Being pada Siswa Akseleran (Studi Korelasional pada SMPN 19 Jakarta dan SMP Labschool Kebayoran Baru) Priscillia Susan Misero; Lydia Freyani Hawadi
Jurnal Psikologi: PITUTUR Vol 1, No 1 (2012): Jurnal Psikologi PITUTUR
Publisher : Universitas Muria Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.746 KB)

Abstract

Owned by a gifted student akseleran, as intellectually gifted students,taking them to the demands of external and internal demands. A student akseleran must adapt themselves to these demands. However, it is not easy.There are a number of problems they face because of it. Noted there are six main problems of adjustment (adjustment problems) students akseleran ie, school assignments are not challenging, poor interpersonal relationships, parental expectations, perfectionism, multipotensialitas, and high involvement (Chan, 2006). Those problems are a source of stress for students and psychological conditions may interfere with his well-being.This is certainly not beneficial because it can cause the student can not perform optimally. This study seeks to prove whether there is a relationship between adjustment problems and psychological well-being in students akseleran .. In addition, this study also attempted to figure out what adjustment the most significant problems associated with psychological well-being.Melalui a correlational study in SMP and SMP 19 Jakarta Labschool Kebayoran Baru, found a significant negative relationshipbetween psychological adjustment problems with the well-being thestudents akseleran. In addition, problems of adjustment dimensionsperfectionism is a problem that has the most significant relationship with psychological well-being.
Kerangka Revitalisasi Kebijakan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi. Psikolog
Jurnal AKRAB Vol. 3 No. 1 (2012): April 2012
Publisher : Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus, Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51495/jurnalakrab.v3i1.244

Abstract

Pendahuluan Kondisi dunia tempat tinggal kita saat ini tidaklah sama dengan kondisi pada dua dekade, tiga dekade apalagi lima dekade yang lampau. Dewasa ini kita hidup pada dunia yang kompleks, dimana lingkungan sosial, ekonomi dan politik berubah-ubah sehingga kita perlu beradaptasi dengan mendapatkan pengetahuan, kecakapan serta perilaku yang baru pada konteks yang luas dengan cepat. Saya ingin mengingatkan kembali keyakinan kita bahwa seorang Individu tidak akan mampu mengatasi tantangan hidup kecuali ia menjadi pembelajar sepanjang hayat. Dan sebuah masyarakat tidak akan bertahan lama kecuali mereka menjadi masyarakat pembelajar Persamaan hak dalam kesempatan pembelajaran adalah kondisi yang harus ada untuk mewujudkan hak pendidikan untuk semua kalangan masyarakat. Pada perekonomian global Abad 21 yang berdasarkan ilmu pengetahuan, kesejahteraan dan keamanan masa depan maupun perdamaian, harmoni sosial serta pemeliharaan lingkungan akan bergantung pada keterjangkauan dan kemampuan orang untuk membuat pilihan-pilihan, agar bisa beradaptasi terhadap perubahan yang cepat dan menemukan solusi-solusi yang mampu menekan perubahan-perubahan, Dan tentunya hal tersebut adalah pendidikan dan belajar sepanjang hayat menjadi kunci. UNESCO berpendapat perkembangan dan kesejahteraan ekonomi bergantung pada kemampuan negara-negara di dalam mendidik seluruh warganegaranya. Kualitas pendidikan untuk semua menjadi sasaran dan pembelajaran sepanjang hayat merupakan prinsip organisasi yang esensial didalam mencapai tujuan dan memberikan kontribusi didalam meningkatkan pendidikan non-formal dan informal (Jin Yang dan Raul Valdei-Cotera, 2011). Menyikapi komitmen UNESCO pada World Education Forum di Dakar pada tahun 2000, pemerintah Indonesia melakukan upaya untuk meningkatkan akses, mutu dan relevansi layanan pendidikan bagi seluruh warga negara Indoneia. Undang-Undang Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan adanya 4 (tiga) jalar pendidikan, yaitu : Jalur Pendidikan Formal, Mon-formal dan Informal. Pendidikan non-formal berfungsi sebagai penambah, pengganti dan pelengkap pendidikan formal. Pendidikan non-formal di Indonesia mencakup pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan, pendidikan perempuan, pendidikan keorangtuaan, pendidikan keterampilan, dan beberapa jenis pendidikan masyarakat lainnya. Satuan pendidikan layanan pendidikan non-formal yang bisa mengakomodasi secara komprehensif dan beragam kegiatan adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
Kerangka Revitalisasi Kebijakan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi. Psikolog
Jurnal AKRAB Vol. 3 No. 2 (2012): Agustus 2012
Publisher : Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus, Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51495/jurnalakrab.v3i2.258

Abstract

A. Pendahuluan Kondisi dunia tempat tinggal kita saat ini tidaklah sama dengan kondisi pada dua dekade, tiga dekade apalagi lima dekade yang lampau. Dewasa ini kita hidup pada dunia yang kompleks, dimana lingkungan sosial, ekonomi dan politik berubah-ubah sehingga kita perlu beradaptasi dengan mendapatkan pengetahuan, kecakapan serta perilaku yang baru pada konteks yang luas dengan cepat. Saya ingin mengingatkan kembali keyakinan kita bahwa seorang Individu tidak akan mampu mengatasi tantangan hidup kecuali ia menjadi pembelajar sepanjang hayat. Dan sebuah masyarakat tidak akan bertahan lama kecuali mereka menjadi masyarakat pembelajar Persamaan hak dalam kesempatan pembelajaran adalah kondisi yang harus ada untuk mewujudkan hak pendidikan untuk semua kalangan masyarakat. Pada perekonomian global Abad 21 yang berdasarkan ilmu pengetahuan, kesejahteraan dan keamanan masa depan maupun perdamaian, harmoni sosial serta pemeliharaan lingkungan akan bergantung pada keterjangkauan dan kemampuan orang untuk membuat pilihan-pilihan, agar bisa beradaptasi terhadap perubahan yang cepat dan menemukan solusi-solusi yang mampu menekan perubahan-perubahan, Dan tentunya hal tersebut adalah pendidikan dan belajar sepanjang hayat menjadi kunci. UNESCO berpendapat perkembangan dan kesejahteraan ekonomi bergantung pada kemampuan negara-negara di dalam mendidik seluruh warganegaranya. Kualitas pendidikan untuk semua menjadi sasaran dan pembelajaran sepanjang hayat merupakan prinsip organisasi yang esensial didalam mencapai tujuan dan memberikan kontribusi didalam meningkatkan pendidikan non-formal dan informal (Jin Yang dan Raul Valdei-Cotera, 2011). Menyikapi komitmen UNESCO pada World Eanation Forars di Dakar pada tahun 2000, pemerintah Indonesia melakukan upaya untuk meningkatkan akses, mutu dan relevansi layanan pendidikan bagi seluruh warga negara Indoneia. Undang-Undang Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan adanya 4 (tiga) jalar pendidikan, yaitu : Jalur Pendidikan Formal, Non-formal dan Informal. Pendidikan non-formal berfungsi sebagai penambah, pengganti dan pelengkap pendidikan formal. Pendidikan non-formal di Indonesia mencakup pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan, pendidikan perempuan, pendidikan keorangtuaan, pendidikan keterampilan, dan beberapa jenis pendidikan masyarakat lainnya. Satuan pendidikan layanan pendidikan non-formal yang bisa mengakomodasi secara komprehensif dan beragam kegiatan adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
PERFEKSIONISME MALADAPTIF DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA BERBAKAT INTELEKTUAL: SUATU PENDEKATAN RISET CAMPURAN SEKUENSIAL Fitriani Yustikasari Lubis; Lydia Freyani Hawadi; Rose Mini Agoes Salim; R. Urip Purwono
Journal of Psychological Science and Profession Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Psikologi Sains dan Profesi (Journal of Psychological Science and Profess
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (554.608 KB) | DOI: 10.24198/jpsp.v4i1.26962

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara perfeksionisme maladaptif dengan prestasi akademik pada mahasiswa berbakat intelektual. 86 mahasiswa berbakat intelektual yang diperoleh dari proses penjaringan dan penyaringan dari tiga Perguruan Tinggi Negeri terlibat sebagai subjek penelitian dalam studi kuantitatif. Kemudian, 8 mahasiswa berbakat intelektual dipilih dari hasil ekstrem studi kuantitatif sebagai subjek penelitian dalam studi kualitatif. Rancangan penelitian menggunakan pendekatan penelitian campuran sekuensial dengan studi kuantitatif mendahului studi kualitatif. Pengambilan data kuantitatif dilakukan dengan metode survei menggunakan Frost Multidimensional Perfectionism Scale dan self-report nilai IPK. Data yang diperoleh diolah menggunakan uji regresi. Pengambilan data kualitatif dilakukan mengunakan wawancara semiterstruktur dan diolah menggunakan analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perfeksionisme maladaptif memiliki pengaruh negatif terhadap prestasi akademik. Hasil riset juga menemukan dinamika yang terjadi antara kedua variabel pada mahasiswa berbakat intelektual berbeda dengan mahasiswa pada umumnya. 
STRATEGI PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENALARAN INDUKSI DALAM PENDISIPLINAN ANAK PRA SEKOLAH MELALUI SEMINAR ONLINE Ratih Puspa Rahmani; Lydia Freyani Hawadi
Journal of Psychological Science and Profession Vol 3, No 3 (2019): Jurnal Psikologi Sains dan Profesi (Journal of Psychological Science and Profess
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (469.568 KB) | DOI: 10.24198/jpsp.v3i3.24511

Abstract

Pada usia prasekolah, berbagai kemampuan anak meningkat, sehingga ekspektasi dan tuntutan sosial pada anak prasekolah pun semakin besar. Namun, masih ada beberapa keterbatasan yang dapat memicu munculnya perilaku negatif pada anak. Kondisi ini memicu orangtua menerapkan praktik pendisiplinan lebih ketat. Dalam menerapkan pendisiplinan, perlu dipilih strategi yang tepat dan efektif karena strategi pendisiplinan yang diterapkan pada anak sejak usia prasekolah dapat menentukan perkembangan anak di usia selanjutnya. Ibu merupakan sosok yang memegang peran penting dalam pendisiplinan anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas seminar online dengan aplikasi Whatsapp Messenger dalam meningkatkan pengetahuan ibu tentang strategi penalaran induksi dalam pendisiplinan anak prasekolah. Penelitian ini adalah penelitian terapan dengan one group pre-test post-test desigin. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki anak berusia 3-5 tahun di daerah Jakarta Selatan dan Depok (Jawa Barat). Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah sebanyak 14 orang. Pemilihan subjek menggunakan teknik purposive sampling. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan tambahan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh melalui perbandingan skor pengetahuan ibu saat pre-test dan post-test. Sementara itu, data kualitatif diperoleh melalui wawancara dengan partisipan. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai pre-test dan post-test (0,005<0,05). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa intervensi yang diberikan dalam bentuk seminar online efektif untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang strategi penalaran induksi dalam pendisiplinan anak prasekolah.
Emotion Regulation: Potential Mediators of the Relationship Between Muraqabah and Academic Procrastination Ulfanie Wiyatama; Lydia Freyani Hawadi
Budapest International Research and Critics Institute-Journal (BIRCI-Journal) Vol 5, No 3 (2022): Budapest International Research and Critics Institute August
Publisher : Budapest International Research and Critics University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/birci.v5i3.6070

Abstract

Academic procrastination is a common problem in the world of education that harms students' educational activities. Muraqabah is considered to positively influence self-regulation, where emotion regulation is one of self-regulation' forms. Previous research has revealed that one of the efforts to overcome academic procrastination is to enhance the ability to regulate emotions. Excellent emotion regulation can change aversion emotions to reduce procrastination. This study investigates the relationship between academic procrastination, muraqabah, and emotion regulation. In addition, it also examines the role of emotion regulation as a mediator in the relationship between muraqabah and academic procrastination in Junior High School Students. Quantitative data were collected by distributing adaptation of the academic procrastination scale (APS), muraqabah questionnaire, and emotion regulation questionnaire (ERQ-CA). Participants in quantitative research were 201 students. This study showed a significant correlation in each pair of variables, and emotion regulation was found to significantly mediate the relationship between muraqabah and academic procrastination in junior high school students.
EFIKASI DIRI AKADEMIK SEBAGAI MEDIATOR DALAM HUBUNGAN ANTARA HUSNUDZAN DAN STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA Ai Nurhasanah; Lydia Freyani Hawadi
Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam Vol 11, No 001 (2022): Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam (Special Issue 2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/ei.v11i4.3409

Abstract

Academic stress is a problem experienced mostly by students including those who live in Islamic boarding schools. This condition happens because of the learning process presssure which can affects them physically and psychologically. Many previous studies examined a number of variables that can reduce academic stress, including the variables of academic self-efficacy and positive mindset. Husnudzan, a positive mindset in Islam, is considered to have an influence on various psychological aspects such as mental health, resilience, self-acceptance and anxiety. The method used in this study is a quantitative method by distributing the adaptation of the academic stress scale (SSI), the husnudzan scale and the academic self-efficacy scale (TASES). The validity and reliability scores are 0.922 and 0.959 for academic stress scale, 0.876 and 0.796 for husnudzan scale, also 0.905 and 0.951 for academic self-efficacy scale. Data analysis was carried out by conducting correlation and mediation analyses. A total of 80 undergraduate students from State Islamic University of Sunan Gunung Djati Bandung (UIN Bandung) participated in the study. The results demonstrated that husnudzan  significantly correlated with academic self-efficacy (r = 0.480 and p<0.01). In contrast, there was no significant correlation not only on academic self-efficacy and stress academic r = -0.147 (p = 0.193) but also on husnudzan and stress academic r = -0.169 (p = 0.135). The mediation test results showed that academic self-efficacy could not mediate the relationship between husnudzan and academic stress with indirect effect score -0.0944 (BootLLCI = -0.3656 and BootULCI = 0.1986).Keywords: academic self-efficacy, academic stress, husnudzan
Subjective Well-Being pada Siswa SMA selama Pandemi Covid-19: Peran Academic Hope sebagai Mediator Clara Nuhermara Agusta; Lydia Freyani Hawadi

Publisher : Ilmu Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35891/jip.v10i2.4292

Abstract

Pandemi Covid-19 telah membawa sejumlah tantangan pada bidang pendidikan, khususnya pada proses belajar siswa. Situasi pandemi telah mempengaruhi kondisi emosi siswa dan tingkat subjective well-being. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat peran mediasi academic hope dalam hubungan antara academic resilience, student engagement, dan subjective well-being. Partisipan dari penelitian in iadalah 509 siswa tingkat SMA Negeri dan swasta [402 perempuan (79%), dan 107 laki-laki (21%)]. Data penelitian diambil dengan menggunakan kuesioner Brief Adolescence Subjective Well-Being Scale in School (BASWBSS), Academic Resilience Scale, Student Engagement during Learning Activities, dan Domain Spesific Hope Scale. Hasil analisis data yang dilakukan dengan menggunakan structural equation modelling (SEM) menunjukkan bahwa academic hope memediasi penuh hubungan antara student engagement dan subjective well-being, dan memediasi secara parsial hubungan antara academic resilience dan subjective well-being. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh konselor dan psikolog sekolah sebagai referensi untuk mengembangkan academic resilience, student engagement, dan academic hope untuk meningkatkan subjective well-being siswa.