Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Arahan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman di Kabupaten Probolinggo, berdasarkan Kesesuaian Lahan Kusuma, Surya Hadi
Jurnal Penataan Ruang Vol 12, No 1 (2017): Jurnal Penataan Ruang 2017
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.101 KB) | DOI: 10.12962/j2716179X.v12i1.5223

Abstract

Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal untuk berlindung dan bersosialisasi. Rumah tidak hanya dipandang sebagai kebutuhan untuk tempat tinggal saja, tapi lebih bagaimana menciptakan suasana yang layak huni (livible), aman (safe), nyaman (comfortable), damai (peaceful) dan sejahtera (prosperous) serta berkelanjutan (sustainable). Kebutuhan akan perumahan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dikarenakan jumlah penduduk yang terus meningkat. Kabupaten Probolinggo memiliki tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata 0,73% pertahun dengan kepadatan penduduk tertinggi di kecamatan Sumberasih, Kraksaan dan Dringu. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kawasan permukiman baru yang sesuai dengan konsep layak huni, aman dan berkelanjutan. Kesesuaian lahan untuk pengembangan perumahan dan kawasan permukiman menggunakan pedoman dan ketetapan dari peraturan pemerintah. Metode analisis dengan menggunakan metode tumpang tindih (overlay) dengan teknik intersect overlay, yang terdapat pada software ArcGIS. Berdasarkan hasil analisis didapatkan 3 area/zona kesesuaian lahan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di Kabupaten Probolinggo, yaitu zona S1 (sangat sesuai) dengan luas sekitar 155,46 km2 dan dapat dikembangkan sampai tingkat kepadatan bangunan tinggi, area/zona S2 (cukup sesuai) dengan luas sekitar 105,05 km2 dan arahan sampai tingkat kepadatan sedang, dan area/zona S3 (hampir sesuai) dengan luasan sekitar 29,12 km2 dengan arahan hanya tingkat kepadatan rendah. Untuk area/zona S2 dan S3 membutuhkan rekayasa lahan dalam pengembangannya.Kata Kunci: Perumahan, kawasan permukiman, kesesuaian lahan, intersect overlay
Prediksi Potensi Deviasi Pola Ruang Permukiman Berbasis Cellular Automata (Studi Kasus: Kawasan Ekonomi Khusus Mekarputih, Kabupaten Kotabaru) Khairun Nisa Abdillah; Nursakti Adhi Pratomoatmojo; Fendy Firmansyah; Surya Hadi Kusuma
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.70325

Abstract

Kawasan mekaputih sebagai Kawasan Ekonomi Khusus memiliki rencana tata ruang yaitu RDTR kawasan mekaputih 2020-2040 yang berfokus pada industri. Dalam hal pelaksanaan, rencana tata ruang secara umum masih banyak terjadi penyimpangan di lapangan sehingga tidak sesuai dengan rencana yang telah disusun. Didukung dengan RDTR kawasan mekaputih serta peluang besar dari minat investor dalam berinvestasi, akan menyebabkan urbanisasi yang menambah kebutuhan tempat tinggal khususnya untuk kebutuhan industri di kawasan mekarputih. Untuk mengantisipasi dampak negatif yang tidak terkontrol, maka kawasan mekaputih memerlukan sebuah prediksi perkembangan penggunaan lahan permukiman guna memberikan gambaran perkembangan penggunaan lahan permukiman, serta mengetahui potensi deviasi yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan model spasial prediksi potensi deviasi pola ruang permukiman Kawasan Ekonomi Khusus mekaputih, Kabupaten Kotabaru hingga tahun 2040 dengan menggunakan metode analisis cellular automata yang digunakan untuk melakukan prediksi perkembangan permukiman hingga tahun 2040, analisis delphi dan AHP (Analytical Hierarchy Process) dalam menentukan faktor yang mempengaruhi perkembangan permukiman di kawasan mekaputih beserta bobotnya. Hasil penelitian ini adalah model perkembangan permukiman di kawasan mekaputih tahun 2020-2040 dengan akurasi sebesar 95,52 % dan melihat potensi deviasi yang terjadi di masa mendatang. Perkembangan permukiman di kawasan mekaputih disebabkan oleh faktor fasilitas pendidikan, perdagangan dan jasa, jalan utama, jalan lingkungan, kawasan pabrik/industri, permukiman eksisting, serta peruntukkan ruang permukiman. Potensi deviasi yang terjadi apabila hasil prediksi dibandingkan dengan rencana pola ruang kawasan mekaputih yaitu permukiman yang mengkonversi penggunaan lahan lain seperti fasilitas umum, hutan, industri, pertanian, sempadan pantai, transportasi, dan RTH seluas 337,99 Ha, rencana pola ruang permukiman yang tidak berkembang menjadi permukiman seluas 229,018 Ha, perkembangan permukiman yang sesuai dengan RDTR seluas 487,87 Ha. Kebutuhan permukiman berdasarkan prediksi hingga tahun 2040 seluas 828,09 Ha, sedangkan di rencana pola ruang kawasan mekaputih hanya merencanakan permukiman seluas 580,36 Ha, sehingga berpotensi terjadi perubahan penggunan lahan yang tidak terkontrol.
Penentuan Faktor-Faktor Prioritas Pengembangan Kawasan Agropolitan Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Padi di Kecamatan Balung Kabupaten Jember Siska Brilliant Ramadhanty; Surya Hadi Kusuma
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.77388

Abstract

Arah kebijakan konsep pengembangan agropolitan di Kecamatan Balung Kabupaten Jember ditetapkan sejak tahun 2015, dan tertuang dalam RTRW Kabupaten Jember tahun 2015-2035. Namun, sampai saat ini penerapannya di lapangan belum ada. Produksi tanaman padi merupakan komoditas unggulan terbesar diantara komoditas tanamana pangan lainnya dan penyumbang utama sektor pertanian dalam pemasukan PDRB Kabupaten Jember tiap tahunnya. Hasil produksi komoditas tanaman padi (pada sub sistem agropolitan hulu) mengalami angka penurunan produksi dari tahun 2016 (41.452 Kuintal) hingga 2018 (35.872 Kuintal), sehingga kontribusi nilai komoditas tanaman pangan padi terhadap PDRB Kabupaten Jember juga mengalami penurunan. Kecamatan Balung merupakan kawasan penghasil tanaman pangan padi di Kabupaten Jember. Jumlah petani di Kecamatan Balung juga mengalami penurunan dikarenakan pekerjaan sebagai petani dianggap tidak mampu meningkatkan kesejahteraan petani. Oleh karena itu, diperlukan arahan pengembangan kawasan agropolitan komoditas unggulan tanaman pangan padi di Kecamatan Balung. Penelitian ini menggunakan teknik Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan bantuan software expert choice untuk menentukan faktor-faktor prioritas yang berpengaruh dalam pengembangan kawasan agropolitan. Selanjutnya untuk mengetahui kesesuaian faktor-faktor prioritas tersebut dengan kondisi fakta (potensi masalah) di lapangan digunakan teknik Analisa Deskriptif. Terdapat 17 (tujuh belas) faktor yang berpengaruh dari 4 (empat) aspek pengembangan kawasan. Aspek lahan memiliki faktor prioritas lahan pertanian; aspek sarana dan prasarana memiliki faktor prioritas penyediaan air baku; aspek tenaga kerja memiliki faktor prioritas tenaga kerja produksi; dan aspek sistem kelembagaan memiliki faktor prioritas organisasi petani.
Penentuan Faktor – Faktor yang Berpengaruh terhadap Pengembangan Budidaya Komoditas Jeruk Keprok di Desa Punten, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu Pramasetya Kinasih Gusti; Surya Hadi Kusuma
Jurnal Teknik ITS Vol 11, No 1 (2022)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v11i1.83883

Abstract

Salah satu sentra pengembangan komoditas jeruk keprok di Jawa Timur adalah Kota Batu yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Holtikultura pada tahun 2009 melalui Program Keproknisasi Nasional. Berdasarkan Renstra Dinas Pertanian Kota Batu tahun 2017 – 2022, Desa Punten telah ditetapkan sebagai kawasan pengembangan komoditas hortikultura di Kecamatan Bumiaji. Desa Punten merupakan desa yang telah melahirkan salah satu komoditas hortikultura berupa varietas jeruk unggulan nasional yaitu Jeruk Keprok Batu 55. Jeruk Keprok Batu 55 memiliki harga jual 75 % lebih tinggi dibandingkan harga jual apel, dengan proyek keuntungan 82 % lebih tinggi dibandingkan proyeksi keuntungan apel. Dari segi produktivitas jeruk keprok mengalami peningkatan sebesar 7 % pada tahun 2019, sementara produktivitas apel yang mengalami penurunan sebesar 7,34 % pada tahun yang sama. Karena Desa Punten berpotensi untuk menjadi sentra pengembangan jeruk keprok, sehingga diperlukan penelitian mengenai penentuan faktor – faktor yang berpengaruh dalam pengembangan budidaya komoditas jeruk keprok di Desa Punten sebagai input dalam penyusunan arahan pengembangan sentra komoditas jeruk keprok di Desa Punten. Penelitian ini menggunakan metode Content Analysis untuk menentukan faktor – faktor yang berpengaruh dalam pengembangan budidaya komoditas jeruk keprok di Desa Punten. Selanjutnya untuk mengetahui kesesuaian faktor-faktor pengembangan tersebut dengan kondisi fakta (potensi masalah) di lapangan digunakan teknik Analisa Deskriptif. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan budidaya jeruk keprok batu 55 adalah komoditi primer, kualitas bibit, lahan pertanian, gapoktan, koperasi, program pertanian, kualitas petani, tenaga kerja produksi, tingkat kebutuhan konsumen, dan irigasi.
Identifikasi Permasalahan dalam Pengembangan Jalan Tol di Provinsi Jawa Timur Surya Hadi Kusuma; Belinda Ulfa Aulia; Nida Farikha
Jurnal Manajemen Aset Infrastruktur & Fasilitas Vol 2 (2018): Suplemen. 2 : Jurnal Manajemen Aset Infrastruktur & Fasilitas
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (581.969 KB) | DOI: 10.12962/j26151847.v2i0.4821

Abstract

Pengembangan infrastruktur jalan tol menjadi salah satu pemicu pesatnya pertumbuhan dan sebagai pengikat antar wilayah pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. Saat ini, berdasarkan buku Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031 diketahui terdapat 14 (empat belas) rencana pengembangan jalan tol di Provinsi Jawa Timur dengan total progres adalah sebesar kurang lebih 81% (delapan puluh satu persen) untuk pembebasan lahan dan kurang lebih 49% (empat puluh sembilan persen) untuk proses konstruksi. Adapun penelitian ini dilakukan guna mengidentifikasi faktor apa saja yang menjadi penyebab permasalahan dalam pengembangan jalan tol tersebut. Metode yang digunakan adalah melalui analisa deskriptif kualitatif dengan metode indepth interview serta menggunakan analisa pohon masalah (root cause analysis). Secara garis besar, berdasarkan hasil akhir penelitian ini diketahui bahwa permasalahan utama dalam realisasi pembangunan jalan tol di Provinsi Jawa Timur adalah adanya kendala dalam pembebasan lahan baik itu tanah wakaf maupun tanah kas desa, serta adanya perbedaan tahun perencanaan dengan dokumen sektoral level Nasional.
Arahan Pengembangan Produk Olahan Bawang Merah Berdasarkan Konsep Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) di Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo Mumtazah Mumtazah; Surya Hadi Kusuma
Jurnal Penataan Ruang Vol 17, No 1 (2022): Jurnal Penataan Ruang 2022
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v17i1.12011

Abstract

Kecamatan Wonoasih menjadi produsen terbesar produk bawang merah di Kota Probolinggo. Namun, kesejahteraan para petani bawang merah cukup memperihatinkan, akibat harga jual bawang merah yang sering mengalami fluktuasi harga setiap tahunnya. Selain itu, biaya upah tenaga kerja pembantu juga mengalami kenaikan, sehingga biaya yang dikeluarkan dalam proses budidaya bawang merah dirasa lebih besar jika dibandingkan dengan harga jual bawang merah. Saat ini sudah terdapat beberapa UMKM produk olahan bawang merah di Kecamatan Wonoasih, berupa bawang merah goreng. Namun, produksinya belum mampu memenuhi permintaan pasar di Kota Probolinggo dan sekitarnya. Selain itu, proses produksi dan pengolahannya juga masih belum optimal. Sehingga dibutuhkan arahan pengembangan produk olahan bawang merah berdasarkan konsep Pengembangan Ekonomi Lokal di Kecamatan Wonoasih. Metode dan teknik analisis yang digunakan antara lain metode Analytical Hierarchy Process melalui bantuan Expert Choice untuk menentukan faktor prioritas pengembangan produk olahan, dan Analisis Triangulasi untuk menentukan arahan pengembangan produk olahan. Bawang merah goreng dab tepubg bawang merah menjadi produk olahan yang dikembangkan di Kecamatan Wonoasih. Ada 20 (dua puluh) faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan produk olahan, dan terdapat 5 (lima) aspek yang menjadi dasar dalam pengembangan produk olahan, masing-masing aspek memiliki 1 (satu) faktor prioritas yang menjadi faktor utama dalam penentuan arahan pengembangan. Arahan pengembangan produk olahan bawang merah, yaitu peningkatan intensitas pertemuan antara pihak swasta dan masyarakat, dan menyediakan database informasi pemasaran (aspek sumber daya manusia); memperkerjakan tenaga penjual dan pemasaran terpusat, dan perlu adanya Quality Control untuk setiap proses produksi (aspek manajemen); untuk setiap UMKM dibutuhkan bawang merah sebanyak 200 kg (aspek material); pemanfaatan teknologi produksi, dan peningkatan kapasitas daya listrik (aspek sarana dan prasarana pendukung); strategi pemasaran offline dan online (aspek pemasaran).
Prediksi Spasial Perkembangan Lahan Terbangun berbasis Trend dengan Skenario Perlindungan LP2B di Kecamatan Kota Sumenep Billie Aldero Surya Saputra; Nursakti Adhi Pratomoatmojo; Anoraga Jatayu; Fendy Firmansyah; Surya Hadi Kusuma
Jurnal Teknik ITS Vol 11, No 3 (2022)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v11i3.100062

Abstract

Adanya dinamika yang terjadi pada masyarakat meliputi pertumbuhan penduduk, dan pola pengembangan wilayah terus bertambah, sehingga setiap tahunnya menyebabkan perkembangan lahan terbangun yang tidak dapat dihindari. Lahan pertanian produktif di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, makin menyempit. Hal ini, disebabkan oleh tergerusnya lahan pertanian dengan banyaknya perkembangan lahan permukiman. Dengan adanya Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2018 Kabupaten Sumenep, tampaknya kondisi LP2B masih diabaikan oleh sejumlah pihak, beberapa dinas masih mengizinkan pengembang untuk membangun perumahan di lahan pertanian yang tergolong LP2B meski PERDA terkait LP2B sudah diresmikan. Tujuan dari penelitian ini untuk memodelkan perkembangan lahan terbangun di Kecamatan Kota Sumenep tahun 2041. Analisis menggunakan pemodelan spasial sangat diperlukan untuk mem-prediksi perkembangan lahan terbangun dengan pendekatan LP2B, sehingga dapat meminimalisir dampak perkembangan lahan terbangun yang akan mengkonversi lahan pertanian pada masa yang akan datang, sebagai gambaran dan masukan kepada pemangku kepentingan dalam mengambil keputusan. LanduseSim merupakan salah satu perangkat lunak yang memiliki basis pendekatan Cellular Automata yang fungsinya dapat memodelkan perubahan lahan. Dari hasil validasi model didapatkan tingkat akurasi sebesar 89.22 %, dengan kata lain pemodelan yang dilakukan memiliki tingkat akurasi tinggi atau baik. Hasil pemodelan perkembangan lahan menunjukkan Desa Parsanga, Paberasan, dan Kacongan merupakan daerah potensial untuk berkembang. Perkembangan lahan terbangun di Kecamatan Kota Sumenep akan terus bertambah berjalan lurus dengan peningkatan jumlah penduduk. Sehingga eksistensi dari LP2B tetap harus ada, guna menekan tingginya angka konversi terhadap lahan pertanian. Oleh karena itu untuk lokasi LP2B pengganti kedepannya dapat dirumuskan pada desa dengan tingkat potensi berkembang rendah.
Penentuan Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Pengembangan Kawasan Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Gambir di Kabupaten Jember Vino Dzaky Nurcahya; Surya Hadi Kusuma
Jurnal Teknik ITS Vol 12, No 1 (2023)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v12i1.111735

Abstract

Kawasan Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Gambir memiliki daya tarik wisata berupa lahan kebun teh dan keindahan alam sekitar, objek wisata pendukung seperti spot foto, jogging track, tea walk, lapangan tenis, dan kolam renang, didukung fasilitas seperti pujasera dan villa, dan dapat menarik wisatawan lokal. Namun, kawasan agrowisata memiliki permasalahan meliputi pengelolaan potensi wisata belum dikemas secara optimal, kurang didukung sarana prasarana wisata seperti moda transportasi umum menuju lokasi wisata, aksesibilitas kurang memadai seperti kondisi jalan makadam, minimnya program pemberdayaan masyarakat, minimnya keberadaan pusat infomasi wisata, minimnya investasi di sektor pariwisata, lemahnya daya saing produk usaha wisata, rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap potensi pariwisata, kurangnya informasi potensi wisata kepada wisatawan nusantara dan mancanegara, keterbatasan profesionalisme SDM di bidang pariwisata, dan keterbatasan pendidikan kepariwisataan terhadap sumber daya manusia. Sehubungan dengan potensi dan permasalahan di atas, maka disusun penelitian ini yang bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan Kawasan Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Gambir di Kabupaten Jember sebagai input dalam penyusunan arahan pengembangan Kawasan Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Gambir di Kabupaten Jember. Penelitian ini menggunakan metode analisis delphi untuk menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan Kawasan Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Gambir. Selanjutnya untuk mengetahui kondisi eksisting, potensi, dan masalah faktor-faktor pengembangan tersebut digunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan Kawasan Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Gambir adalah hamparan kebun/ lahan perkebunan, keindahan alam, budaya petani, produk agrowisata, kesediaan objek wisata lain, sarana umum, penginapan, tempat makan, sistem pengairan, jaringan komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal pengangkutan, sumber listrik dan energi, sistem pembuangan kotoran/ air, jalan raya, sistem keamanan, jaringan air bersih, transportasi umum, sistem keamanan penumpang, sistem informasi perjalanan, tenaga kerja, kepastian tarif, peta objek wisata, aksesibilitas, keramahan masyarakat, keramahan petani, kesiapan sumber daya manusia, promosi dan pemasaran, modal, kesesuaian pola ruang, kerjasama, dan konsep tapak dan zonasi.