Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Expression of hypoxia inducible factor-1α (HIF-1α) gene and apoptosis in the heart induced by systemic hypoxia Hendrawan, Siufui; Jusman, Sri W.A.; Ferdinal, Frans; Prijanti, Ani R.; Wanandi, Septelia I.; Sadikin, Mohamad
Medical Journal of Indonesia Vol 18, No 2 (2009): April-June
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (436.76 KB) | DOI: 10.13181/mji.v18i2.344

Abstract

Aim This study explored the expression of HIF-1α in hypoxic cardiac muscle in mice, and observed the evidence of apoptosis in hypoxia induced cardiomyocyte.Methods Male Sprague-Dawley rats, were randomized into 7 groups (n = 4 per group): control normoxia group that was exposed to atmospheric oxygen and hypoxia groups that were housed in hypoxic chambers (O2 level 8%) for 1, 3, 7, 14, 21, and 28 days respectively. Animals were sacrificed, hearts were rapidly excised, total RNA was extracted with an mRNA isolation kit and the expression of HIF-1α mRNA was then detected by real-time RT-PCR. Apoptosis was assessed by TUNEL method.Results For rat in hypoxia group, the expression of HIF-1α mRNA in cardiac myocytes was clearly up-regulated compared to the control normoxia group. Further, HIF-1α expression level elevated gradually and reached a peak at 21 days of hypoxia. No cell labeled by the TUNEL method was detected in the control group. Compared with the control group, the apoptotic index was significantly increased in the hypoxia group (P < 0.05). There was no significant correlation between the elevation of HIF-1α mRNA and the elevation of apoptotic index.Conclusion Systemic chronic hypoxia caused the elevation of HIF-1α mRNA and apoptosis in cardiac myocytes. (Med J Indones 2009; 18: 97-101)Keywords: TUNEL, RT-PCR, mRNA, apoptotic index
Kegiatan Pengabdian Masyarakat dalam Rangka Peningkatan Kewaspadaan Masyarakat terhadap Penyakit Pre-Diabetes dan Diabetes Mellitus Tipe II dengan Edukasi dan Deteksi Dini Penyakit Siufui Hendrawan; Anggita Tamaro; Chesia Angelina; Yohanes Firmansyah
Jurnal Pengabdian Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 2 (2023): Juli : Jurnal Pengabdian Ilmu Kesehatan
Publisher : Pusat Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/jpikes.v3i2.1808

Abstract

Pre-diabetes and type 2 diabetes mellitus are two conditions associated with impaired glucose metabolism in the body, in which blood sugar levels become higher than normal. Pre-diabetes is a condition that often doesn't cause symptoms, so it's often not diagnosed early. However, pre-diabetes can be a risk factor for type 2 diabetes mellitus, heart disease, and stroke. Community outreach, education, and early detection of prediabetes and type 2 diabetes mellitus have an important role in efforts to prevent and control these diseases. Community outreach and education can increase awareness about prediabetes and type 2 diabetes mellitus and the risk factors that influence the occurrence of these conditions. This community service activity was carried out in May 2023 by involving 52 productive age respondents. All respondents attended a series of counseling, physical examinations, and supporting examinations related to diabetes mellitus and its complications. The results of this community service revealed that 8 (15.4%) respondents had a GDP ≥ 126 mg/dL and 22 (42.3%) respondents had a GDP 100 - 125 mg/dL. Checking blood sugar levels regularly can also help in early detection of disease. By raising awareness and promoting early detection, it can help reduce the burden of disease and the costs incurred by individuals and society as a whole. In addition, preventing prediabetes and type 2 diabetes mellitus can also help prevent more serious complications such as heart disease, stroke and kidney failure. By preventing or controlling prediabetes and type 2 diabetes mellitus, people can maintain a better quality of life and avoid complications that can affect quality of life. This can help increase the productivity and welfare of society as a whole.
KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT BERUPA PENYULUHAN DAN SKRINING HBA1C DALAM RANGKA MENINGKATKAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP DIABETES MELITUS TIPE 2 Hendrawan, Siufui; Nathaniel, Fernando; Satyanegara, William Gilbert; Wijaya, Dean Ascha Wijaya; Kusuma, Kanaya Fide; Gracienne, Gracienne; Tamaro, Anggita; Santoso, Alexander Halim
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 6 (2023): Volume 4 Nomor 6 Tahun 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v4i6.20844

Abstract

Diabetes melitus adalah gangguan metabolik dengan hiperglikemia kronis sebagai ciri utama. Lebih dari 530 juta orang di dunia didiagnosis dengan diabetes, dan sebagian besar adalah diabetes tipe 2. Penyakit ini membawa beban global dengan komplikasi serius, seperti penyakit kardiovaskular dan mikrovaskular. Mengontrol glukosa darah dan mencegah terjadinya diabetes melitus dapat melalui gaya hidup sehat seperti mengatur pola makan yang seimbang, rutin berolahraga, menghindari merokok, dan memperhatikan berat badan. Selain itu, perlu melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk mendeteksi dini adanya masalah kesehatan. Deteksi dini diabetes melitus yang seringkali muncul pada orang di atas 45 tahun adalah penting sehingga dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius. Salah satu pemeriksaan yang dilakukan yaitu skrining Glycated Hemoglobin (HbA1c), yang mencerminkan kadar glukosa darah rata-rata jangka panjang. Pengabdian kesehatan di Panti Lanjut Usia Santa Anna yang diikuti sebanyak 50 peserta dengan rerata usia 75,92 tahun. Berdasarkan pemeriksaan gula darah puasa, sebanyak 11 peserta (22%) tergolong prediabetes dan 3 peserta (6%) terdiagnosis diabetes. Sementara itu berdasarkan HbA1c, sebanyak 11 peserta (22%) terdiagnosis diabetes dan 18 peserta (36%) tergolong prediabetes. Melalui partisipasi dalam kegiatan ini, peserta dapat mendapatkan pemahaman tentang faktor risiko, upaya pencegahan, dan dampak jangka panjang dari diabetes. Selain itu, monitoring secara rutin juga perlu dilakukan. Harapannya, dengan meningkatnya pengetahuan dan pemahaman mereka, peserta dapat menerapkan metode perawatan yang sesuai dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kesehatan secara keseluruhan dan kualitas hidup.
PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN MENGENAI PENYAKIT GINJAL KRONIS MELALUI EDUKASI SKRINING FUNGSI GINJAL Hendrawan, Siufui; Alvianto, Fidelia; Lumintang, Valentino Gilbert
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 3 (2024): Volume 5 No. 3 Tahun 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v5i3.29755

Abstract

Penyakit Ginjal Kronis (PGK) merupakan kondisi medis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang berlangsung lebih dari tiga bulan, yang dapat berkembang menjadi gagal ginjal kronis. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk melakukan skrining fungsi ginjal dan edukasi mengenai PGK dengan tujuan meningkatkan kesadaran dan deteksi dini PGK pada populasi lanjut usia. Metode PDCA diterapkan dalam kegiatan ini yang dilaksanakan dengan melakukan sesi edukasi dan skrining fungsi ginjal. Hasil skrining menunjukkan rata-rata usia peserta 74,05 tahun dengan 20,4% laki-laki dan 79,6% perempuan. Sebanyak 86% memiliki kadar kreatinin normal, sementara 14% mengalami hiperkreatininemia. Laju filtrasi glomerulus (eLFG) rata-rata adalah 62,89 mL/menit/1,73 m², dengan 50,5% responden memiliki eLFG normal dan 49,5% mengalami penurunan eLFG. Analisis jenis kelamin menunjukkan 84,2% laki-laki dan 86,5% perempuan memiliki kadar kreatinin normal, dengan 15,8% laki-laki dan 13,5% perempuan mengalami hiperkreatininemia. Hasil ini menekankan pentingnya pemantauan rutin fungsi ginjal dan edukasi kesehatan dalam upaya pencegahan dan manajemen PGK pada lansia, sehingga diharapkan dapat terjadi peningkatan kualitas hidup dan pengurangan risiko komplikasi PGK pada lansia.