Syahredi Syahredi
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Hubungan Usia dan Paritas dengan Kejadian Preeklampsia Berat di Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2012 - 2013 Siqbal Karta Asmana; Syahredi Syahredi; Noza Hilbertina
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 5, No 3 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v5i3.591

Abstract

AbstrakPreeklampsia dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang membahayakan bagi ibu dan janin, sehingga dapat menimbulkan kematian.  Beberapa faktor risiko seperti usia yang ekstrem (<20 &>35 tahun) dan nuliparitas. Keduanya merupakan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi. Tujuan  penelitian ini adalah menentukan hubungan usia dan paritas dengan kejadian preeklampsia berat. Telah dilakukan penelitian di Bagian Rekam Medis Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi terhadap data semua pasien rawat inap obstetri dan ginekologi tahun 2012 – 2013.  Penelitian menggunakan metode analitik dengan desain cross sectional study. Analisis penelitian menggunakan ratio prevalence dan chi-square test dengan derajat kepercayaan 95%. Penelitian ini menemukan 162 kasus (4,99%) preeklampsia berat. Proporsi kasus terbesar ditemukan pada kelompok usia ekstrem (9,90%) dan kelompok multiparitas (8,68%). Analisis ratio prevalence menyimpulkan bahwa usia ekstrem merupakan faktor risiko preeklampsia berat (RP= 1,476; CI= 1,094 – 1,922), dan nuliparitas belum dapat ditentukan apakah merupakan faktor risiko atau faktor protektif (RP= 0,765; CI= 0,565 – 1,034). Berdasarkan analisis dengan chi-square test, disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan preeklampsia berat (p= 0,014<0,05) dan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara paritas dengan preeklampsia berat (p= 0,096>0,05).Kata kunci: preeklampsia, faktor risiko, usia, paritas AbstractPreeclampsia can cause the complication that endanger maternal and fetal, until death. There are many risk factors like extreme age (<20 & >35 years) and nuliparity that can not modify. The objective of this study was to  determine the relationship of maternal age and parity to the incidence of severe preeclampsia.  The research conducted at Medical Record Division of Achmad Mochtar Hospital Bukittinggi about data of all hospitalized patients of obstetrics and gynecology on 2012 – 2013. This research used the analytical method with cross sectional study. Analysis of this research used ratio prevalence and chi-square test with degree of confidence 95%. This research  found 162 case (4.99%) severe preeclampsia. The highest proportion of this case was the extreme age groups (9.90%) and multiparity group (8.68%). Analysis with the ratio prevalence concluded that extreme age is a risk factor for severe preeclampsia (RP=1.476; CI= 1.094 – 1.922) and nuliparity can not determined wheather a risk factor or protective factor (RP= 0.765; CI= 0.565 – 1.034). Analysis with chi-square test concluded that there is a significant relationship between age with severe preeclampsia (p= 0.014<0.05) and there is no significant relationship between parity with severe preeclampsia (p= 0.096>0.05).Keywords: preeclampsia, risk factors, age, parity
Hubungan Antara Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Suntik DMPA dengan Peningkatan Berat Badan di Puskesmas Lapai Kota Padang Dhania Pratiwi; Syahredi Syahredi; Erkadius Erkadius
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 3 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i3.130

Abstract

AbstrakKontrasepsi hormonal suntik Depo-Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) merupakan salah satu metode kontrasepsi yang banyak digunakan. Kontrasepsi ini memiliki efektivitas yang baik, tetapi memiliki beberapa efek samping. Efek samping tersebut adalah gangguan haid berupa amenorea, bercak perdarahan dan perdarahan di luar siklus haid. Selain itu terdapat adanya peningkatan berat badan pada penggunaan kontrasepsi DMPA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal suntik DMPA dengan peningkatan berat badan. Penelitian dilakukan di Puskesmas Lapai Kota Padang, pada bulan Mei sampai Desember 2013. Jenis penelitian adalah analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel adalah akseptor yang telah menggunakan kontrasepsi DMPA minimal delapan kali, dengan jumlah 40 akseptor. Analisis data dilakukan secara bivariat dengan menggunakan uji T. Hasil penelitian menunjukkan 23 akseptor (57.50%) mengalami peningkatan berat badan. Sebagian besar rata-rata peningkatan berat badan dalam satu tahun adalah >0 – 1 kg (47.8% akseptor). Rata-rata berat badan sebelum dan setelah penggunaan kontrasepsi DMPA adalah 54.4 kg dan 58.1 kg. Terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan kontrasepsi hormonal suntik DMPA dengan peningkatan berat badan (p=0.000 < 0.05).Kata kunci: berat badan, DMPA, kontrasepsiAbstractInjectable hormonal contraceptive Depo-Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) is a widely used method of contraception. Contraception has good effecacy, but it has some side effects. Those side effects were menstrual disorders such as amenorrhea, patchy hemorrhage, and bleeding outside the menstrual cycle. In addition, there is increased body weight in DMPA contraceptive usage. The purpose of this study was to determine the relationship between the use of injectable hormonal contraceptive DMPA with weight gain. The study was conducted in Lapai Health Center of Padang, during May to December, 2013. This research used an observational analytic, cross sectional design. The sample was the acceptors who had used DMPA contraception at least eight times, comprising 40 acceptors. Bivariate data were analyzed using T test. The results showed 23 acceptors (57.50%) experienced increase in body weight. Most of the average weight gain in one year is >0 – 1 kg (47.8% acceptor). Average body weight before and after usage of DMPA contraception is 54.4 kg and 58.1 kg. There is a relationship between the use of injectable hormonal contraceptive DMPA with weight gain (p=0.000 > 0.05).Keywords: weight loss, DMPA, contraception
Perbandingan Nilai Apgar antara Persalinan Normal dengan Seksio Sesarea Elektif Neila Azka; Syahredi Syahredi; Eva Chundrayetti
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 5, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v5i1.480

Abstract

AbstrakPada masa sekarang ini telah terjadi perubahan tren dalam persalinan, yaitu berupa peningkatan angka seksio sesarea. Peningkatan ini dipengaruhi berbagai faktor seperti: adanya kekhawatiran akan terjadinya cedera janin, peningkatan permintaan ibu untuk melakukan persalinan seksio sesarea, serta faktor sosioekonomi. Beberapa penelitian justru menunjukkan seksio sesarea dapat menimbulkan morbiditas pada bayi. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan kondisi bayi antara persalinan normal dan seksio sesarea elektif dilihat dari nilai Apgar Penelitian dilaksanakan dari Mei 2014 sampai Januari 2014 di bagian rekam medis RSUP Dr. M. Djamil Padang.. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan desain cross-sectional study. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 179  pasien dengan persalinan normal dan 56 pasien dengan seksio sesarea. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada menit pertama nilai Apgar 4-6 adalah 3,4% pada persalinan normal. Nilai Apgar 7-10 sebanyak 96,6% pada persalinan normal dan 100% pada seksio sesarea pada menit pertama. Pada menit kelima, nilai Apgar 4-6 adalah 1,1% pada persalinan normal, sedangkan nilai Apgar 7-10 sebanyak 98,9% pada persalinan normal dan 100% pada seksio sesarea pada menit kelima. Setelah dilakukan analisis dengan mann-whitney test didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai Apgar pada menit-1 (p=0,777) dan menit-5 (p=0,887) antara persalinan normal dengan seksio sesarea.Kata kunci: persalinan normal, seksio sesarea elektif, nilai Apgar AbstractIn recent years, cesarean section have increased. Several factor are contributing, such as fears of injury to the fetus, increased women's request to do a cesarean section deliveries and socioeconomic factors. Some studies have also shown that cesarean section can lead to morbidity in infants. The objective of this study was to compare between Apgar scores of infant born by elective cesarean section and normal vaginal deliveries. The research was done from May 2013 to January 2014 at the medical records department of general hospital center Dr. M. Djamil Padang. This was an analytic study with cross-sectional study design. This study used 179 samples with normal vaginal delivery and 56 samples with cesarean section. The result showed that 1st minute Apgar score of 4-6 in normal vaginal delivery was 3.4%, and Apgar score 7-10 was 96.6% in normal vaginal delivery while in cesarean section was 100%. The 5th minute Apgar score of  4-6 in normal vaginal delivery was 1.1%, and Apgar score 7-10 was 98.9% in normal vaginal delivery while in cesarean section was 100%. After being analyzed using Mann-Whitney test, the study showed that there was no significant different in Apgar score of neonates born through normal vaginal delivery and neonates born trough cesarean section at first minute (p=0.777) and fifth minute (p=0.887).Keywords: normal vaginal delivery, elective cesarean section, Apgar score