Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Soil macrofauna diversity and structure under different management of pine-coffee agroforestry system Cahyo Prayogo; Noegraha Sholehuddin; Eka Zainul Hasan Syahfinada Putra; Rina Rachmawati
Journal of Degraded and Mining Lands Management Vol 6, No 3 (2019)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15243/jdmlm.2019.063.1727

Abstract

The role of tropical forests for maintaining environmental functions is decreasing due to the rapid changes to agricultural purposes. Agroforestry system is assumed to be an alternative system which reduces the negative impact of the conversion in term of maintaining the level of soil macrofauna diversity. This study was conducted at UB Forest within the period November 2017 to February 2018 by collecting soil macrofauna from 9 different land use types using hand sorting along with pitfall sampling for comparison. ANOVA and various diversity indexes were used (Shannon index, Pielu index, etc) to determine macrofauna structure and communities. Total soil C was examined using Walkley and Black method along with Particulate Organic Matter (POM) C fractionation approaches. Litter inputs were collected using a litter trap method, whilst in-situ litter were determined using destructive methods. Biplot and CVA multivariate analyses were adopted to determine the impact of different management on soil macrofauna diversity and structure. The result showed that conversion to agriculture practices reduced the structure, population and abundance of soil macrofauna as litter production, organic matter and soil C content decreased. The lowest abundance of individual soil macrofauna at monoculture system (PM) was reduced to 45 morphospecies compared to pine coffee agroforestry at the age of 4 (PK4:20 years after planting) system as much as 104 morphospecies. There was a strong relationship between litter thickness and the abundance of soil macrofauna. Both methods (Hand sorting vs Pitfalls traps), had a different ability for collecting soil macrofauna communities. Species occurs at rich or low organic matter input can be adopted as soil macrofauna bioindicator of changes on an ecosystem. Biplot and CVA methods can be used to distinguish and to cluster the impact of different management at various agroforestry systems. 
Sugarcane Leaf Litter as Soil Amendment to Stimulate Collembolan Diversity Bambang Tri Rahardjo; Rina Rachmawati; David Soetjipto
AGRIVITA, Journal of Agricultural Science Vol 41, No 2 (2019)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Brawijaya in collaboration with PERAGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17503/agrivita.v41i2.2245

Abstract

The sugarcane leaf litter contains organic material and if it is returned to the soil, it will increase the diversity of Collembola. Collembola has an important role as a decomposer of soil organic matter and bioindicator of soil health. This study was conducted to determine the effect of sugarcane leaf litter on the diversity of Collembolan in sugarcane plantation at Kebonagung Sugar Factory, Malang. This study was conducted from March to June 2018. Transect method was used in sampling method. The pitfall traps were used to obtain Collembolan samples on the surface of the ground while the Berlese-Tullgren funnels were used to obtain Collembolan samples inside the soil. A total of 5,535 collembolan were collected. Five species were collected, including Brachystomella sp., Folsomides sp., Mesaphorura sp., Alloscopus sp., and Dicranocentrus sp. Applying sugarcane leaf litter to the soil has a positive effect on Collembolan diversity, as evidenced by the increasing value of diversity index on the soil surface from 0.53 to 1.11 and decreasing the value of dominance index on the soil surface from 0.76 to 0.43.
HUBUNGAN POPULASI NGENGAT PENGGEREK BATANG PADI YANG TERTANGKAP PERANGKAP LAMPU DENGAN INTENSITAS SERANGAN PENGGEREK BATANG PADI DI SEKITARNYA Evana Nuzulia Pertiwi; Gatot Mudjiono; Rina Rachmawati
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 1 No. 2 (2013)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTThe data of pest captured by light trap can be utilized to monitor pest attack in anarea, so it can be determined early when the pest will attack that area. Thisresearch was conducted to determine the relationship of amount stem borer mothswhich captured by light trap with the attack intensity in field. The effectivity oflight trap capture started on 7 pm until 10 pm. The highest population of stemborer moth were on 4 week after planted of plant (WAP) and decreased on thenext week. The highest attack intensity were on 5 WAP (3,33%). The morepopulation of stem borer moth which captured by light trap, the bigger percentageof attack intensity that happened in field with determination coeficiency is 0,789.Correlation coefficient (0.888) indicated a very strong relationship level.Keywords: stem borer, light trap, attack, effectivity, correlation.
STUDI KELIMPAHAN POPULASI Thrips sp. PADA PERLAKUAN PENGELOLAAN HAMA TERPADU DAN KONVENSIONAL PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.) DI DESA BAYEM KECAMATAN KASEMBON KAPUBATEN MALANG Bachtiar Rachmad Sugiyono; Gatot Mudjiono; Rina Rachmawati
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 2 No. 2 (2014)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan populasi hama Thrips sp. di perlakuan PHT dan konvensional pada cabai besar di Desa Bayem Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang. Penelitian dilaksanakan pada tanaman cabai di Desa Bayem Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang, Jawa Timur dan Laboratorium Entomologi Jurusan Hama dan Penyakit Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus sampai November 2012. Metode yang digunakan untuk mengetahui kelimpahan populasi Thrips sp. adalah metode kuadran, yaitu diambil 4 tanaman contoh dalam 1 gulud. Pengamatan dilakukan pada 16 tanaman contoh tanaman cabai, masing-masing pada perlakuan PHT dan konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi nimfa Thrips sp. pada perlakuan PHT dan konvensional tidak berbeda nyata, sedangkan populasi imago pada perlakuan PHT lebih tinggi secara nyata dibandingkan perlakuan konvensional. Tinggi tanaman pada perlakuan PHT lebih tinggi secara nyata dibandingkan perlakuan konvensional. Hasil analisis statistik terhadap serangan Thrips sp. menunjukkan bahwa intensitas kerusakan pada perlakuan perlakuan PHT (0.16 %) dan perlakuan konvensional (0.14 %) tidak berbeda nyata. Produksi buah cabai  merah pada perlakuan PHT (8.5 kg) lebih tinggi secara nyata dibandingkan dengan perlakuan konvensional (4.5 kg). Biaya budidaya tanaman cabai pada perlakuan PHT lebih tinggi (Rp 38.550.000) daripada perlakuan konvensional (Rp 36.702.400), dalam praktek budidaya tanaman cabai per hektar pada perlakuan PHT mengalami keuntungan lebih tinggi (Rp 186.885.900/musim tanam) dibandingkan pada perlakuan konvensional (Rp 85.871.500/musim tanam). Sedangkan perhitungan BCR pada perlakuan PHT lebih tinggi (5.85 kali dari modal yang didapatkan) dibandingkan perlakuan konvensional (3.34 kali dari modal yang didapatkan).Kata kunci : Kelimpahan, Thrips sp., PHT, analisis usaha tani
EKSPLORASI CENDAWAN ENTOMOPATOGEN Beauveria sp. MENGGUNAKAN SERANGGA UMPAN PADA KOMODITAS JAGUNG, TOMAT DAN WORTEL ORGANIK DI BATU, MALANG Fadhila Herdatiarni; Toto Himawan; Rina Rachmawati
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 2 No. 1 (2014)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cendawan entomopatogen merupakan cendawan yang menginfeksi serangga dengan cara masuk ketubuh serangga inang melalui kulit, saluran pencernaan, spirakel. Salah satu cendawan entomopatogen yang potensial mengendalikan beberapa spesies serangga hama adalah Beauveria sp. Cendawan ini sebagai agens hayati yang efektif menginfeksi beberapa jenis serangga hama, terutama ordo Lepidoptera, Hemiptera, Homoptera, dan Coleoptera. Tujuan penelitian ialah Untuk mendapatkan isolat cendawan entomopatogen Beauveria sp. dari komoditas jagung, tomat dan wortel organik di Batu, Malang. Manfaat penelitian adalah Memperbanyak informasi persebaran keberadaan habitat cendawan entomopatogen Beauveria sp. Metode meliputi Rearing Larva Serangga Umpan, Eksplorasi Cendawan Entomopatogen, Media Cendawan Entomopatogen, Isolasi Cendawan Entomopatogen, Identifikasi Cendawan, Pembuatan Preparat, Perhitungan Kerapatan Spora dan Penularan kembali ke Larva Tenebrio molitor. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode serangga umpan yang dilakukan pada komoditas jagung, tomat dan wortel organik di Batu, Malang, efektif memancing cendawan entomopatogen yang berada di dalam tanah. Persentase cendawan entomopatogen yang didapatkan pada komoditas jagung sebanyak 20%, pada komoditas tomat sebanyak 20% dan pada komoditas wortel sebanyak 26%. Dari 15 sampel cendawan entomopatogen yang diidentifikasi, 12 sampel teridentifikasi sebagai Beauveria sp., sedangkan 3 sampel belum dapat diidentifikasi. Persentase mortalitas penularan kembali ke Larva T. molitor berkisar antara 80-100%, sehingga dapat disimpulkan bahwa isolat cendawan entomopatogen yang diperoleh dari ketiga jenis lahan berpotensi untuk mengendalikan serangga hama larva T. molitor.Kata kunci : Eksplorasi, Cendawan Entomopatogen, Serangga Umpan, Malang.
PERKEMBANGAN Sitophilus oryzae LINNAEUS (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA BERBAGAI JENIS PAKAN Sri Ria Vidia Antika; Ludji Pantja Astuti; Rina Rachmawati
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 2 No. 4 (2014)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian perkembangan S. oryzae pada beras, gandum, jagung, kacang tanah, kacang hijau, dan kedelai dilakukan di dalam laboratorium (27OC and 70% RH) menggunakan metode no choice test. Dalam penelitian ini terdapat 6 variabel pengamatan, yaitu mortalitas imago (%), jumlah imago baru yang muncul, penurunan berat pakan (%), periode perkembangan S. oryzae, berat imago baru, dan indeks kepekaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa S. oryzae tidak dapat berkembang pada kacang tanah, kacang hijau dan kedelai. Perkembangan S. oryzae lebih baik pada beras dibandingkan pada gandum dan jagung, hal ini dilihat dari persentase penurunan berat pada beras (11,81%) lebih besar daripada gandum (0.90%) dan jagung (3,92%). Berdasarkan nilai indeks kepekaan, beras (10.27) dan jagung (9,440) termasuk dalam kategori peka terhadap S. oryzae, sedangkan gandum (7,130) termasuk dalam kategori agak tahan.Kata kunci: perkembangan, Sitophilus oryzae, jenis pakan, indeks kepekaan.
ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK BUSANA DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA KERENT TAILOR AND MODISTE KHOIROTUN NURIYAH; RINA RACHMAWATI
Fashion and Fashion Education Journal Vol 12 No 2 (2023)
Publisher : Department of Home Economics, Faculty of Engineering, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/ffej.v12i2.68611

Abstract

Penurunan jumlah pelanggan yang dialami oleh banyak pengusaha jahit di Kabupaten Semarang menjadi fenomena yang menyebabkan penjahit gulung tikar. Fenomena ini kemungkinan disebabkan oleh menurunnya kepuasan pelanggan. Salah satu penjahit yang masih bertahan ditegah fenomena ini adalah Kerent Tailor and Modiste. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas produk busana dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif dengan teknik analisis regresi linear berganda. Data primer diperoleh menggunakan kuesioner terhadap 100 responden dengan menggunakan teknik judgemental sampling. Hasil dari analisis data menggunakan program IBM SPSS Statistics 26 menunjukkan bahwa kualitas produk dan kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan baik secara parsial maupun simultan. Dengan persentase sebesar 43% kepuasan pelanggan dapat dijelaskan oleh variabel kualitas produk busana dan kualitas pelayanan. sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
ANALISIS PERKEMBANGAN BATIK MAOS DI RUMAH BATIK RAJASA MAS KABUPATEN CILACAP Amelia Setiawati; Rina Rachmawati
Fashion and Fashion Education Journal Vol 12 No 2 (2023)
Publisher : Department of Home Economics, Faculty of Engineering, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/ffej.v12i2.74683

Abstract

Abstrak. Batik merupakan salah satu peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia yang mempunyai nilai seni tinggi sehingga keberadaannya masih dilestarikan sampai saat ini, salah satunya yaitu batik Maos yang terinspirasi dari sandi perang Pangeran Diponegoro. Rumah batik Rajasa Mas merupakan salah satu rumah batik yang berada di Kabupaten Cilacap, dari beberapa rumah batik yang ada di Cilacap hanya rumah batik Rajasa Mas yang mengalami perkembangan hingga dapat memperkenalkan batik Maos hingga ke mancanegara. Perkembangan batik Maos didukung oleh beberapa faktor yaitu kondisi dan situasi tempat, permintaan konsumen, pembuat batik, letak geografis pembuat batik, keadaan alam sekitar termasuk flora dan fauna, adat istiadat, sifat dan tata penghidupan daerah yang bersangkutan, nuansa yang menunjukan masa-masa tertentu. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis faktor-faktor perkembangan batik Maos di Rumah Batik Rajasa Mas Kabupaten Cilacap. Populasi dalam penelitian ini yaitu 1 pemilik rumah batik Rajasa Mas, 12 tenaga kerja dan konsumen Rumah Batik Rajasa Mas selama satu tahun di tahun 2022 yaitu sebanyak 876 orang. Pada penelitian ini menggunakan probability simple random sampling dengan nilai kritis 10% menghasilkan sample sebanyak 89,88 kemudian dibulatkan menjadi 100 responden dalam negeri. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif dengan teknik analisis faktor. Hasil dari penelitian ini yaitu kondisi dan situasi tempat sebesar 17,471%, permintaan konsumen 12,571%, pembuat batik 8,945%, letak geografis daerah pembuat batik 6,746%, keadaan alam sekitar termasuk flora dan fauna 5,492%, adat istiadat 5,107%, sifat dan tata penghidupan daerah yang bersangkutan 4,897%, nuansa yang menunjukan masa-masa tertentu 3,822%. Saran dalam peneltiannya ini yaitu pada perkembangan batik lebih memperhatikan faktor nuansa yang menunjukan masa-masa tertentu yaitu dengan terjadi perkembangan ornamen batik dan perkembangan karakter motif batik, bagi masyarakat khususnya generasi muda lebih meningkatkan pengetahuan dan dapat melestarikan kebudayaan setempat, bagi pemerintah dan Dinas Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (DPKUKM) meningkatkan dan melestarikan kebudayaan daerah setempat Kata Kunci: Perkembangan, batik, Batik Maos