Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Implementation of Cipoo Model (Context, Input, Process, Output And Outcome) in Poverty Reduction Based on Prime Potentials (A Case Study of Wonogiri Regency) Izza Mafruhah; Supriyono -; Nurul Istiqomah
MediaTrend Vol 14, No 1 (2019): Maret
Publisher : Trunojoyo University of Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/mediatrend.v14i1.4545

Abstract

Poverty is a classic problem caused by economic and non-economic factors such as cultural, sociological, political and geographical issues. Efforts to alleviate poverty can be done through community empowerment. Empowerment is the creation of an atmosphere or climate that allows excellent potential to grow. Wonogiri is the second largest regency in Central Java, with diverse prime potentials, but not yet able to boost its economic growth. This leads to relatively high poverty in this regency. GDP growth per capita is much lower than that of Solo Raya, Provincial and National, which shows that Wonogiri people's welfare is relatively lower compared to other regions.The main objective of this research is to develop a poverty reduction model based on prime potentials through the implementation of CIPOO (Context, Input, Process, Output and Outcome) model in Wonogiri by (1) identifying local resource-based economic potentials; (2) analyzing factors affecting community empowerment and participation in inclusive development activities; and (3) analyzing the development process of each subdistrict.The research method used is Sequential Mixed Method with analytical tools used include Geographic Information System (GIS), CIPOO analysis, Focus Group Discussion, in-depth interview, and Klassen Typology.The results showed that the greatest potential in Wonogiri district is agriculture especially horticulture, fisheries, plantation, animal husbandry, and tourism. The gap between sub-districts is very high as indicated by high Gini index and Klassen typology. Therefore, the poverty alleviation model with participatory CIPPO is appropriate for Wonogiri regency.
Konsep Reduce, Reuse, Recycle dan Replace dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa Polanharjo Kabupaten Klaten Nurul Istiqomah; Izza Mafruhah; Evi Gravitiani; Supriyadi supriyadi
SEMAR (Jurnal Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni bagi Masyarakat) Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : LPPM UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/semar.v8i2.26682

Abstract

Indonesia merupakan negara penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah China. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), diperkirakan jumlah sampah Indonesia pada tahun 2019 adalah sebesar 68 juta ton, dan sampah plastiknya mencapai 9,52 juta ton atau mencapai 14% dari total sampah yang ada. Pengelolaan sampah anorganik yang berupa botol, kertas, plastic, kaleng dan sampah bekas alat elektronik sifatnya lebih sukar terurai oleh organisme sehingga bertahan lama menjadi sampah. Terdapat berbagai cara untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle). Sampah yang bisa diangkut ke TPA di Klaten setiap harinya hanya berkisar 70% dari sampah yang ada, dan yang bisa diolah menjadi kompos dan daur ulang sampah anorganik hanya berkisar 2 %, sedangkan sisanya ditimbun sebesar  10 %,  dibakar sebesar 10 % dan besarnya sampah yang tidak terangkut adalah 8 %. Polanharjo merupakan salah satu daerah di Kabupaten Klaten yang sudah mengkoordinasi pemanfaatan sampah anorganik secara komersil, salah satu pelaku pemanfaatan sampah didaerah tersebut adalah Bank Sampah Rukun Santoso.Bank Sampah Rukun Santoso merupakan salah satu bank sampah yang bisa mengelola dengan baik sampah yang dikumpulkannya, tetapi masih menghadapi beberapa kendala. Kendala-kendala tersebut adalah belum adanya variasi terhadap produk olahan sampah yang dihasilkan, karena baru bisa mengolah sampah berbahan dasar plastis pembungkus minuman instan saja. Sampah yang berupa kertas masih dijual secara kiloan, padahal mempunyai potensi untuk diolah dan mendapatkan nilai tambah yang lebih tinggi. Pemasaran yang dilakukan masih tradisional, dimana produk hasil olahan sampah hanya dipajang pada etalase di salah satu teras rumah pengurus dari bank sampah, sehingga diperlukan pelatihan untuk pemasaran yang lebih modern serta perlunya brand awareness pada produk olahan sampah tersebut.Tujuan dari pengabdian ini adalah melakukan pelatihan bagi anggota dan pengurus Bank Sampah di Desa Polanharjo untuk membuat produk baru sebagai usaha diversifikasi terhadap produk yang sudah ada untuk kemajuan usaha mereka dengan bahan baku kain perca, karena selama ini yang diolah hanya sampah plastis yang berupa bekas pembungkus minuman kemasan saja.