Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : NUR EL-ISLAM : Jurnal Pendidikan dan Sosial Keagamaan

RASIONALISASI TAFSIR AYAT-AYAT MUKJIZAT Kajian Tafsir The Holy Qur’an Maulana Muhammad Ali Ismail, M. Syukri
NUR EL-ISLAM : Jurnal Pendidikan dan Sosial Keagamaan Vol 3 No 2 (2016): (Oktober 2016)
Publisher : Institut Agama Islam Yasni Bungo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Alquran telah menghasilkan kitab tafsir yang jumlahnya banyak sekali, setiap mufassir memiliki corak dan metode masing-masing dalam memahami ayat-ayat Alquran, Sehingga produk setiap kitab tafsir berbeda dengan dengan kitab tafsir yang lainnya. Maulana Muhammad Ali mencoba untuk menafsirkan ayat-ayat Alquran dengan metode yang berbeda dari para mufassir sebelumnya, yaitu lebih rasional, terutama ketika menafsirkan ayat-ayat yang Mutasya>bih. Walaupun sebelumnya telah ada para mufassir yang menafsirkan Alquran dengan rasional, seperti gurunya Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, namun Maulana Muhammad Ali lebih rasional bahkan lebih rasional dari Muktazilah. Disini penulis mencoba untuk mengkaji penfasiran Maulana Muhammad Ali dalam kitab tafsirnya The Holy Qur?an. Penelitian ini menggunakan Library Research yaitu dengan mengkaji penafsiran Maulana Muhammad Ali dalam kitab tafsirnya. Penulis juga membandingkan dengan para mufassir sebelumnya dan sesudahnya sehingga mendapatkan gambaran secara utuh bagimana metode yang dibangun oleh Maulana Muhammad Ali dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran, apakah lebih rasional dari Muktazilah atau sama seperti penafsiran yang telah dibangun oleh mufassir sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Maulana Muhammad Ali lebih rasional ketika menafsirkan ayat-ayat mukjizat dibandingkan dengan penafsir lainnya.Kata kunci : Rasionalisasi, Mukjizat, The Holy Qur?an, Tafsir, Muktazilah.
AL-RUJU’ ILA AL-QUR’AN WA AL-SUNNAH (Perspektif Muhammadiyah) Ismail, M. Syukri
NUR EL-ISLAM : Jurnal Pendidikan dan Sosial Keagamaan Vol 1 No 2 (2014): (Oktober 2014)
Publisher : Institut Agama Islam Yasni Bungo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Al-Qur?an dan Sunnah merupakan sumber ajaran agama Islam, dan mempunyai banyak penafsiran yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan penafsir yang bersangkutan. Sehingga memunculkan bermacam kritikan yang menyebutkan bahwa banyak penafsiran terhadap Al-Qur?an dan Sunnah yang tidak sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Rasulallah saw. muncullah gerakan yang ingin mengembalikan kepada Al-Qur?an dan Sunnah yang benar yang dimotori oleh para ulama, pemikir, dan organisasi Islam, salah satunya Muhammadiyah. Artikel ini mencoba mengkaji makna Al-Ruju> Ila Al-Qur?an wa Sunnah dalam perspektif Muhammadiyah. Muhammadiyah sendiri mempunyai perbedaan dalam memahami makna al-Ruju> ila al-Qur?an wa al-Sunnah, sehingga memunculkan beberapa kelompok yang setiap peneliti memberikan nama masing-masing kelompok tersebut, namun yang lebih netral mengambil istilah ?Islam murni? dan ?Islam progresif?. ?Islam murni? lebih kepada berpegang erat pada pembacaan yang lebih mapan dan literal terhadap sumber ajaran Islam yaitu al-Qur?an dan Sunnah, sementara ?Islam Progresif? menekankan pada pembacaan al-Qur?an dan Sunnah pada tafsir modernis dan penafsiran kontekstual. Kata Kunci : Al-Qur?an, Sunnah, Muhammadiyah, Islam Progresif
PRINSIP KEMANUSIAAN DALAM ISLAM Ismail, M. Syukri
NUR EL-ISLAM : Jurnal Pendidikan dan Sosial Keagamaan Vol 5 No 1 (2018): (April 2018)
Publisher : Institut Agama Islam Yasni Bungo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Agama merupakan kebutuhan alamiah bagi setiap manusia. Namun hubungan antara manusia dan agama selalu menjadi perdebatan. Ini disebabkan manusia mempunyai akal yang juga harus digunakan. Bahkan Einstein menyatakan bahwa sifat sosial manusialah yang pada gilirannya merupakan salah satu faktor pendorong terwujudnya agama. Islam sebagai salah satu agama samawi, agama yang diturunkan oleh Allah swt kepada ummat manusia untuk mengatur semua sendi kehidupan. Artikel ini membahasa bagaimana sebenarnya prinsip kemanusian dalam Islam?, ditinjau dari ajaran Islam sendiri, yaitu Al-Qur?an dan Hadis. Sehingga ditemukan bahwa Islam sangat menjaga nilai-nilai universalitas manusia, dengan meletakkan prinsip-prinsip dasar dalam A-Qur?an dan Hadis. Seperti prinsip-prinsip persamaan derajat manusia, perintah untuk berbuat adil dan pelarangan perilaku zhalim. Namun, tanpa meninggalkan penggunaan akal (Rasionalitas). Yaitu dengan menghargai pendapat akal dan menggunakannya untuk memperkuat dalil-dalil ajaran agama. Islam juga menjelaskan hikmah filosofi dari sebuah teks perintah atau larangan yang terdapat dalam wahyu. Sedangkan Islam aktual adalah pembahasaan terhadap isu-isu atau persoalan-persoalan baru yang memerlukan kajian dan analisis berdasarkan Alquran dan sunnah. Kata Kunci : Kemanusiaan, Islam, Rasionalitas, Wahyu.
Toleransi dalam Perspektif Hadis Ach. Zayyadi; Ismail, M. Syukri
NUR EL-ISLAM : Jurnal Pendidikan dan Sosial Keagamaan Vol. 9 No. 2 (2022): (Oktober 2022)
Publisher : Institut Agama Islam Yasni Bungo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51311/nuris.v9i2.511

Abstract

Toleransi dalam Islam menjadi kajian yang menarik, ini dilandasi sangat sulitnya menemukan padanan kata Toleransi dalam Al-Qur’an dan Hadis. Perbedaan pemahaman makna toleransi menjadikan landasan pemahaman Pluralisme. Artikel ini untuk mengkaji makna toleransi dalam hadis sebagai sumber kedua agama Islam, dengan menggunakan pendekatan sosial. Artikel ini menemukan bahwa Toleransi dalam Hadis dipadankan dengan kata tasamuh dengan makna atau samahah kata ini pada dasarnya berarti al-jud (Kemuliaan). Atau sa’at sadr (lapang dada) dan tasahul (ramah, suka memaafkan). Agama Islam sendiri merupakan agama yang menjadikan sikap toleransi sebagai bagian yang terpenting, sikap ini lebih banyak teraplikasi dalam wilayah interaksi sosial sebagaimana yang ditunjukkan dari sikap Rasulullah saw. terhadap non-muslim pada zaman beliau masih hidup. Sikap toleransi dalam beragama adalah menghargai keyakinan agama lain dengan tidak bersikap sinkretis yaitu dengan menyamakan keyakinan agama lain dengan keyakinan Islam itu sendiri, menjalankan keyakinan dan ibadah masing-masing. Sikap toleransi juga tidak dapat dipahami secara terpisah dari bingkai syariat, sebab jika terjadi, maka akan menimbulkan kesalahpahaman makna yang berakibat tercampurnya antara yang hak dan yang batil. Ajaran toleransi merupakan suatu yang melekat dalam prinsip-prinsip ajaran Islam sebagaimana terdapat pada iman, islam, dan ihsan.
Eksistensi Religius dan Tantangan Zaman Tradisi Mandi Penimbul Dalam Ritual Pengobatan pada Masyarakat Mendahara, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi Wandi; Ismail, M. Syukri; Musthofa, M. Arif
NUR EL-ISLAM : Jurnal Pendidikan dan Sosial Keagamaan Vol. 11 No. 1 (2024): (April 2024)
Publisher : Institut Agama Islam Yasni Bungo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51311/nuris.v11i1.632

Abstract

Penelitian ini dilatar belakangi dengan adanya kegelisahan penulis mengenai pudarnya tradisi dalam kehidupan sehari-hari akibat perkembangan globalisasi khususnya tradisi mandi penimbul di daerah Mendahara, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripiskan bagaimana sejarah tradisi mandi penimbul di Mendhara, bagimana proses pelaksanaan ritual mandi penimbul, serat apa makna filosofis yang terkandung dalam tradisi mandi penimbul di Mendahara. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian budaya, kualitatif dan deskriptif, yaitu mendeskripsikan dan menceritakan apa yang penulis alami dengan cara menggambarkannya secara tertulis, dalam acara mandi adat mandi penimbul di Mendahara, Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Hasilnya adalah sejarah mandi penimbul yang ada di Mendahara merupakan suatu dialektika kebudayaan yang bukan terdiri dari satu latar belakang kebudayaan saja melainkan banyak faktor yang mempengaruhinya salah satunya masih melekatnya tradisi nenek moyang terdahulu, dahulu masyrakat sering sakit tidak serta merta langsung kedokter melainkan mempercayakan kesembuhannya ke dukun, disamping itu tentunya menggantungkan harapannya pada Allah, proses tradisi mandi penimbul juga tidak terlalu rumit melainkan hanya membutuhkan beberapa perlatan dan upacara tradisi, yang keseluruhan proses tersebut mempunyai nilai makna dan tujuan yang mendalam yaitu: nilai kebersamaan, nilai ketelitian, nilai gotong-royong, nilai kehati-hatian, nilai keselamtan dan nilai religious.