Claim Missing Document
Check
Articles

Hubungan Pengetahuan Obesitas dengan Rasio Lingkar Pinggang Panggul pada Ibu Rumah Tangga di Desa Pepe Krajan Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan Isnaini -; Agus Sartono; Eny Winaryati
Jurnal Gizi Vol 1, No 1 (2012): Jurnal Gizi UNIMUS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.535 KB) | DOI: 10.26714/jg.1.1.2012.%p

Abstract

Obesity is one of health problems in Indonesia. The trend of obesity is closely related to diet. Various factors play a role in the onset of obesity, but the most influence is the imbalance between food intake and physical activity. Obesity is condition where body’s weight is more than an ideal weight, which is affected by accumulation of fatty tissue or non fatty tissue including muscle, bone, fat and water. Factors affecting the occurrence of obesity are genetic, damage to one part of the brain, patterns of overeating, lack of movement / exercise, emotional impact, environmental, social economic and influence of drugs. This study used Waist Hip Circumference Ratio. Waist Hip Circumference Ratio can be used to detect excess fat on a person's body and accurately to detect the cause of Coronary Heart Disease (CHD) risk, some types of cancers, hypercholesterolemia, and hypertension. The purpose of this study was to determine the correlation between knowledge of obesity and housewives’ Waist Hip Circumference Ratio in Pepe Krajan village, Tegowanu district,Grobogan town.The results of the correlation test with 50 sample respondents showed that 56,0 % of respondents have high-level knowledge about obesity, 32.0% of respondents have mediumlevel knowledge about obesity, and 12.0% of respondents have a low-level knowledge about obesity. The greatest number of obesity cases occurs in the age group of 30-39 years, whichwere 15 people (30.0%). Most of housewives are graduated under elementary school, which is 50%. In addition, 56.0% of housewives do not have occupation. Respondents who have highest Waist Hip Circumference Ratio were 6 people (12.0%). Spearman Rank-analysis results showed there is no correlation between housewives’ knowledge about obesity and their waist hip ratio, with a value of r = - 0.746 and p = 0.000. To sum up, the higher the knowledge level is the lower their waist hip ratio is.Keywords: knowledge of obesity and waist hip ratio
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “WISATA LOKAL” PADA GURU DI KABUPATEN PEKALONGAN Eny Winaryati; Sri Haryani; Akhmad Fathurohman; Setia Iriyanto
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2017: Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, Sains dan Teknologi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (827.273 KB)

Abstract

Model pembelajaran “Wisata Lokal” merupakan suatu model yang mendekatkan peserta didik dengan lingkungan sekitar atau potensi lokal daerahnya. Setiap daerah memiliki keunggulan potensi lokal daerah yang tidak sama. Selain keunggulan, tiap daerah juga dihadapkan pada berbagai persoalan yang tidak sama. Baik kelebihan maupun persoalan, tentu membutuhkan teknik penguatan dan penyelesaian masalah yangtidak sama. Teknik inilah yang menuntut suatu pengetahuan (knowledge),keterampilan (psikomotor) dan respon sikap (afektif) yang beragam. Halinilah yang menjadi alasan dikembangkannya model pembelajaran “Wisata Lokal”. Model ini telah diimplementasikan pada guru-guru SD, SMP, SMK dan SMA di wilayah kabupaten Pekalongan. Tahap implementasi merupakan tahap aplikasi ujicoba model di lapangan.Tahap implementasi merupakan tahap R&D pasca tahap development.Hasil dari implementasi ini diperoleh data bahwa model efektif untuk digunakan. Kata kuci: implementasi, wisata lokal, kabupaten pekalongan.
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN “WISATA LOKAL” PADA GURU DI KABUPATEN PEKALONGAN Eny Winaryati; Sri Haryani; Akhmad Fathurohman; Setia Iriyanto
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2018: SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS DAN TEKNOLOGI
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.811 KB)

Abstract

The learning model "Local Tourism" is a model that closer the students to the surrounding environment or local potential in the region. Each region has local potential advantages of different regions. In addition to excellence, each region is also faced with a diversity of issues. Both require unequal strengthening and problem-solving techniques. This technique requires a knowledge, skills (psychomotor) and attitude response (affective) are diverse. This is the reason for the development of learning model "Local Tourism". This model has been implemented in elementary, junior high school, vocational and senior high school teachers in Pekalongan district. Implementation stage is the application phase of trial model in the field. Implementation stage is the stage of R & D post development stage. The results of this implementation obtained data that the model is effective to use.Keywords: implementation, local tourism, pekalongan district
PENILAIAN KOMPETENSI SISWA ABAD 21 Eny Winaryati
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2018: SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS DAN TEKNOLOGI
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (511.833 KB)

Abstract

Kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian merupakan tiga komponen penting dalam pembelajaran.  Ketiga komponen tersebut saling berkaitan antara satu dan yang lainnya. Kurikulum merupakan jabaran dari tujuan pendidikan nasional yang menjadi landasan programpembelajaran.  Proses pembelajaran merupakan upaya untuk mencapai kompetensi yang dirumuskan dalam kurikulum.  Penilaian adalah rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar  siswa yang dilakukan secarasistematis dan berkesinambungan sehingga dapat menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian jugadigunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan proses pembelajaran, sehingga dapat dijadikan dasar pengambilankeputusan, misalnya apakah proses pembelajaran sudah baik dan dapatdilanjutkan atau perlu perbaikan dan penyempurnaan.  Oleh sebab itu di samping kurikulum dan proses pembelajaran yang benar, juga perlu ada sistem penilaian yang baik dan terencana. Agar dapat melakukanpenilaian yang mencakup semua ranah atau aspek yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, sangat diperlukan informasi yang memadai terkait dengan cara-cara penilaian tersebut.Ciri-ciri abad 21, akan menghasilkan karakter pembelajaran abad 21, dan berdampak penilaian abad 21. Ciri yang paling mencolok pada abad 21 adalah, adanya multitasking, multimedia, online social networking, online infor searching, gameonline. Ciri-ciri di atas telah dimiliki kebanyak manusia yang hidup di abad 21 ini, tidak terkecuali adalah anak muda atau generasi muda. Hal ini juga membawa konten abad 21 mencakup keterampilan belajar dan berpikir, literasi TIK dan keterampilan hidup. Dunia pendidikan melalui pembelajaran harusmengikuti perkembangan ini. Implementasi pembelajaran abad 21 tidak lepas diikuti penilaian abad 21. Realita ini menuntut guru untuk dapat mengkreasi pembelajarannya yang lebih bertumpu pada aktivitas/kreativitas/keterampilan. Keteramplian merupakan jenjang paling tinggi, setelah mengetahui, memahami, melaksanakan, menjadi kebiasaan, dan akan memiliki keterampilan. Hal inilah yang menjadi alasan, mengapa penilaian abad 21 di banyak literature lebih banyak ditulis PENILAIAN KETERAMPILAN ABAD 21.Semua orang harus memiliki kepekaan terhadap perubahan terkait teknologi dan meningkatnya konektivitas, yang pada akhirnya harus ada perubahan pada pendidikan. Siswa diharuskan memiliki kesiapan menghadapi perubahan social,teknologi dan tuntutan ekonomi.
RUMAH PRODUKSI PRO-LINGKUNGAN SEBUAH ALTERNATIF PENGOLAHAN SAMPAH DI KAMPUS Eny Winaryati; Eko Yuliyanto; Fitria Fatichatul Hidayah
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2017: PROSIDING IMPLEMENTASI PENELITIAN PADA PENGABDIAN MENUJU MASYARAKAT MANDIRI BERKEMAJUAN
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.065 KB)

Abstract

Rumah produksi pro-lingkungan  dibangun, berdasarkan persoalan sampah yang terjadi di kampus. Sampah yang menumpuk sangat beragam, meliputi limbah organic dan anorganik. Sampah yangmuncul dapat disebabkan oleh sisa-sisa kertas, plastic, dll yang dibuang oleh karyawan dan penghuni lainnya. Sampah organik dapat terjadi sebagai hasil pembuangan dari kantin, daun-daun yang berserakan, limbah sebagai dampak praktikum dari suatu matakuliah, atau lainnya.  Sampah yang dihasilkan baik sebagai akibat aktifitas manusia atau alam, merupakan suplai limbah yang harus ditangani secara serius. Persoalan di atas juga terjadi di kampus Unimus. Cara penanganan sampahyang dilakukan oleh Unimus, dilakukan dengan cara dibakar. Pembakaran sampah, justru semakin menambah persoalan baru karena berdampak pencemaran lingkungan terutama polusi udara yang ditimbulkan. Namun jika tidak segera diatasi dalam waktu dua hari saja, bau sampah yang tidak sedap akan sangat mengganggu dan sampah berceceran dimana-mana. Persoalan di atas harus segera diatasi melalui pendirian Rumah Produksi Pro-Lingkungan. Rumah ini dibangun sebagai alternatifterhadap persoalan sampah yang berbasis lingkungan. Keberadaan Rumah Produksi Pro-Lingkungan ini, memiliki tujuan ganda, yaitu: selain tertanganinyya persoalan sampah, juga memberikan keuntungan ptofit bagi universitas. Selain itu keberadaan Rumah Produksi Pro-Lingkungan dapat dijadikan sebagai laboratorium dan sumber belajar. Beberapa matakuliah yang terkait dengan lingkungan dapat memanfaatkannya. Sekolah-sekolah terdekat dapat memanfaatkannya pula untuk pembelajaran. Secara bertahap Rumah Produksi Pro-Lingkungan dapat dijadikan sebagai rujukan diskusi, pembelajaran dan edukasi. Kata Kunci: kampus, pro-lingkungan, sampah, rumah produksi, alternatif
KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH SEBAGAI SUPERVISOR PADA PEMBELAJARAN IPA SMP DI KOTA SEMARANG Eny Winaryati; - Mufnaety
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2012: SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN 2012
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (94.478 KB)

Abstract

Penelitian ini untuk mengetahui kompetensi kepala sekolah sebagai supervisor meliputi:merencanakan, melaksanakan dan menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalamrangka peningkatan profesionalisme guru dan kualitas pembelajaran. Subyek penelitian ini adalahkepala sekolah dan guru IPA SMP se Kota Semarang. Data dikumpulkan dengan menggunakaninstrumen penelitian dalam bentuk nontes, dengan menggunakan skala likert lima kategori. Instrumenditujukan kepada kepala sekolah, melalui penilaian oleh guru dan kepala sekolah. Hasil penelitianditemukan beberapa temuan: skor rata-rata dari ketiga variabel, menunjukkan bahwa penilaian kepalasekolah terhadap dirinya sendiri (self assesment) lebih tinggi dibandingkan dengan guru menilaikepala sekolah. Dari ketiga variabel diperoleh temuan-temuan bahwa kepala sekolah perlu untukmeningkatkan ketrampilan supervisinya pada: 1) Perencanaan supervisi akademi, berkenaan dengan:penguasaan materi, metode, media pembelajaran dari mata pelajaran IPA, supervisi dilakukan tidakhanya yang umum-umum saja; 2) Pelaksanaan supervisi akademi, berkenaan dengan: guru merasagrogi, canggung dan tidak rileks ketika disupervisi oleh kepala sekolah, kepala sekolah tidak memberitahu keseluruhan tentang strategi mengajar; 3) Menindaklanjuti program supervisi akademik,berkenaan dengan: kepala sekolah kurang cepat ketika memberikan umpan balik/saran; 4) Dari hasilwawancara dengan kepala sekolah diperoleh data bahwa beban pekerjaan yang harus diemban sangatbanyak dan beragam. Peneliti menyarankan: 1) Perlu dicari alternatif bentuk supervisi lain agartercipta suasana yang rileks ketika supervisi berlangsung, melalui penyusunan instrumen self dan peerevaluasi yang efektif; 2) Mengingat banyak dan beragamnya pekerjaan kepala sekolah, maka perludicari solusi mengurangi bebannya, namun kualitas supervisi tetap terjaga.
PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL TERHADAP KESULITAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KIMIA Tin Rosidah; Eny Winaryati; Wiwik Indah Kusumaningrum
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2017: Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, Sains dan Teknologi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (531.517 KB)

Abstract

The condition in a learning process characterized the certain barriers to reach study results called by a learning difficulty. A learning disability students wouldhave an impact on student learning achievements. The research is a follow-upto previous studies said that intelligence quotient (IQ) have an significantagainst difficulties study results students in subjects chemical. This studyfocused on the relationship between intelligence quotient and student’sdifficulty in chemistry class at SMA N 9 Semarang. It was a descriptivequalitative research which used observation, interview, documentation, andquestionnaire as the method to collect the data. From the result it can beconcluded that there was relationship between student’s learning difficulty andthe intelligence quotient, especially on student’s reasoning ability during thechemistry class. The ability to think students include computation capabilitiesand memorization.This proved that hypothesis right, namely intelligencequotient have an significant against difficulties study results students inparticular to the matter memorization in matter a periodic system element on the subjects of chemical in SMA N 9 Semarang. Keywords:Intelligence quotient (IQ), Learning difficulty, Chemistry
DEFINE PHASE ON THE DEVELOPMENT OF "SELF AND PEER EVALUATION" MODELS AT THE SUPERVISION OF SCIENCE LEARNING Eny Winaryati
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2018: PROCEEDING 1ST INSELIDEA INTERNATIONAL SEMINAR ON EDUCATION AND DEVELOPMENT OF ASIA (INseIDEA)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1066.633 KB)

Abstract

Define phase is the second phase after the analysis phase in theseries of research and development stage (R & D). Define Phase is the phase to determine the scope of project, planning, activities, evaluation, results,schedule, and deployment. This phase contains the defining activities prior to the proposed project. The stages ofdefine phase activities are as follows: 1) Information on model planning that needs to be developed; 2)Establishingthe benchmarks of success potential (assessment); 3) Preparation of paedagogical sides which needattention; 4) How to deliver model products to users; 5) Determining product proposal; 6) Planning a strategy todetermine the effectiveness of model. Each stage of Define Phase contains detailed descriptions of thedevelopment of Self and PeerEvaluation Models (EDTS) on the supervision of science learning. The data wereanalyzed using qualitative-descriptive approach. The object of this research was Self and Peer Evaluation ofScience Teachers (EDTS). The subject of this research was the science teachers of the junior high school;thepeer evaluation was the peer teachers; and the supervisor was the principal. The population was the State JuniorHigh Schools in Semarang city, and the sampleswere nine State Junior High Schools in Semarang City. Thesuggestion of this research was the need to develop the EDTS model plan in further R & D stages, particularly indesign phase. Keyword: define phase,  development, self and peer evaluation, edts models, supervision, science learning
Implementation Of Learning Model "Local Toursm" Based Potential Of District Rembang Eny Winaryati; Akhmad Fathurohman; Setia Iriyanto; Sri Haryani
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2016: Proceeding of International Seminar on Education Technology (ISET) 2016
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.153 KB)

Abstract

Abstract. The curriculum at all levels and types of education developed in accordance with the principle of diversification of educational unit, the potential of the area, and learners. This is the basis for learning model "Local Attractions" was developed. The core of this model is, to optimize the function and role of the local potential areas for improvement of the quality of learning. Implementation of the above model implemented in elementary, secondary, vocational and high school in Rembang district. The purpose of this study was to test the effectiveness of the model, based on the data a positive impact on the improvement of learning. The effectiveness of data obtained through assessment: student and teacher responses associated with the feasibility models, teaching observation, interviews andevaluation of the implementation of the model in the field. Results of the study data showed that the model effectivelyused.
NILAI-NILAI KARAKTER DALAM MODEL PEMBELAJARAN ”WISATA LOKAL” Eny Winaryati; Sri Haryani; Setia Iriyanto; Akhmad Faturrohman
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2015: Prosiding Bidang Pendidikan,Humaniora dan Agama The 2nd University Research Colloquium
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.852 KB)

Abstract

Model pembalajaran “Wisata Lokal” adalah suatu model yang mengoptimalkan fungsi, peran, dan manfaat potensi daerah, baik kelebihan maupun kekurangannya. Model pembelajaran “Wisata Lokal”, dikemas melalui local tourism-class (pemasangan poster dan material yang berisi potensi daerah dalam ruang kelas) dan local tourism-information yakni informasi potensi daerah yang dikemas dalam bentuk web “Wisata Lokal”. Model ini sangat erat hubungannya dengan nilai-nilai karakter peserta didik. Nilai karakter dari model pembelajaran “Wisata Lokal” dapat dipeoleh meliputi: proses penyusunan konten dari model, konten/informasi dari model, serta proses instruksional yang terjadi. Berdasarkan enam belas tujuan membangun karakter, model ini sangat memungkinkan dapat menumbuhkan nilai karakter pada peserta didik. Model pembelajaran “Wisata Lokal” sangat dekat dengan kehidupan dan lingkungan peserta didik, sehingga sangat memungkinkan memberi kemanfaatan bagi masa, serta terlaksananya nilai-nilai karakter peserta didik secara berkelanjutan. Hasil penelitian memberikan rekomendasi, perlu diimplementasikannya model pembelajaran “Wisata Lokal” di sekolah, untuk penerapan nilai-nilai karakter pada peserta didik.Kata kunci: nilai-nilai karakter, model pembelajaran. Wisata lokal.