Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

KLASIFIKASI DAN PEMAHAMAN PENANGANAN CEDERA PADA SAAT LATIHAN MENARI Fauzi, Ikhwan Bakhri; Priyonoadi, Bambang
MEDIKORA Vol 17, No 1 (2018): April
Publisher : Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (845.166 KB) | DOI: 10.21831/medikora.v17i1.23494

Abstract

Teknik-teknik menari dalam pelaksanaanya sering kali menimbulkan cedera baik traumatik maupun overuse. Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasi cedera dan pemahaman penanganan saat latihan pada penari Sanggar Omah Wayang Klaten.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah penari Sanggar Omah Wayang Klaten Provinsi Jawa Tengah. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif persentaseHasil penelitian diperoleh kesimpulan klasifikasi cedera yang sangat sering terjadi pada penari Sanggar Omah Wayang Klaten adalah strain. Pemahaman penanganan cedera yang dipahami oleh penari Sanggar Omah Wayang Klaten adalah RICE.
RESUSITASI KARDIO PULMONER (RKP) SEBAGAI SALAH SATU BEKAL KETERAMPILAN PROFESI GURU PENDIDIKAN JASMANI Bambang Priyonoadi
Jurnal Cakrawala Pendidikan No 2 (2005): Cakrawala Pendidikan, Juni 2005, Th. XXIV, No.2
Publisher : LPMPP Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/cp.v0i2.374

Abstract

AbstractTeachers of physical education have a major role in handling respiratory problems experienced by any member of the school communitysince they have gained adequate knowledge of physiology and anatomy and skills of giving first-aid treatment, one of which is the skill of providing the basic life support stage of cardiopulmonary resuscitation (CPR).When providing the basic life support stage of CPR, they have to rely on the steps called ABC, short for airway management, breathing, and circulation, referring to respiratory duct release, oxygenation, and artificial circulation, since those steps are standard operations for CPR. Therefore, they have to be able to characterize and identify types of respiratory disturbances and threats and their causes as well as to carry out help techniques in order to handle them.Teachers of physical education are considered skilled in conducting CPR since they have had practice in it. Therefore, amount of practice is a factor which defines the amount of success in providing basic life support.Key words: teacher of physical education, cardiopulmonary resuscitation(CPR)
TINGKAT KECEMASAN ATLET AEROMODELLING KELAS FREE FLIGHT SETELAH MENGALAMI CEDERA BAHU MENJELANG PERTANDINGAN Mira Hayu Nindyowati, Bambang Priyonoadi
MEDIKORA Vol 15, No 1 (2016): April
Publisher : Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (414.108 KB) | DOI: 10.21831/medikora.v15i1.10067

Abstract

AbstrakBanyak atlet sering tidak percaya diri dalam melempar dan mengendalikan pesawatnya karena pernah mengalami cedera dan takut cedera pada bahu kembali kambuh saat pertandingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kecemasan atlet aeromodelling kelas free flight setelah mengalami cedera bahu menjelang pertandingan di IST AKPRIND Flying Contest (IFC) Tahun 2016.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode yang digunakan adalah survei dengan teknik pengambilan data menggunakan angket. Populasi dalam penelitian ini adalah atlet aeromodelling yang mengikuti IST AKPRIND Flying Contest (IFC) Tahun 2016 dan sampel diambil secara purposive sampling, dengan kriteria: (1) atlet aeromodelling yang mengikuti IST AKPRIND Flying Contest (IFC) Tahun 2016, (2) kelas free flight, (3) pernah mengalami cedera bahu. Berdasarkan kriteria tersebut yang memenuhi berjumlah 33 atlet. Instrumen yang digunakan adalah angket. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif yang dituangkan dalam bentuk persentase.Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kecemasan atlet aeromodelling kelas free flight setelah mengalami cedera bahu menjelang pertandingan di IST AKPRIND Flying Contest (IFC) tahun 2016 berada pada kategori “rendah” 30,30 % (10 atlet), “tinggi” 27,27 % (9 atlet), “sedang” 24,24 % (8 atlet). Sedangkan hasil penelitian tingkat kecemasan untuk tiap faktor adalah sebagai berikut: 1) Faktor kognitif: kategori “tinggi” 39,39 % (13 atlet), “rendah” 30,30 % (10 atlet), “sedang” 21,21 % (7 atlet), dan “sangat rendah” 9,09 % (3 atlet). 2) Faktor somatik: kategori “rendah” 39,39 % (13 atlet), “sedang” 33,33% (11 atlet), “tinggi” 21,21 % (7 atlet), dan sangat tinggi” 9,09 % (3 atlet). Simpulan dari hasil data penelitian ini rata-rata tingkat kecemasan pada kategori “sedang”.Kata kunci: kecemasan, atlet aeromodelling kelas free flight, setelah cedera bahu
PERAWATAN CEDERA SIKU Bambang Priyonoadi
MEDIKORA Vol. III, No. 2, Oktober 2007
Publisher : Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/medikora.v0i2.4729

Abstract

-
FREKUENSI CEDERA ATLET PELATDA SEPATU RODA (PERSEROSI DIY) Yoga Bagaswara dan Bambang Priyonoadi
MEDIKORA Vol 14, No 2 (2015): Oktober
Publisher : Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.877 KB) | DOI: 10.21831/medikora.v14i2.7932

Abstract

AbstrakSepatu roda merupakan olahraga modern yang yang sedang berkembang diYogyakarta. Tim Pra PON Perserosi DIY memiliki 16 atlet yang akan di berangkatkandalam ajang tersebut. Suatu hari peneliti diminta untuk membantu melatih Club sepaturoda EMIC Sleman. Ketika awal melatih banyak atlet yang mengeluhkan sakit atau nyeridi bagian betis dan lutut, dan juga ketika peneliti mengamati pertandingan sepatu roda diajang HB X cup Mei 2014 peneliti melihat ada beberapa atlet yang mengalamikecelakaan ketika pertandingan atau race dilangsungkan. Sampai saat ini potensi cederayang terjadi pada atlet sepatu roda belum diketahui untuk itu penelitian inidilakukan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi cedera yang terjadi padaatlet sepato roda.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan metodesurvey.Sampel dalam penelitian ini adalah 16 orang atlet yang tergabung dalam Tim PraPon 2015 Perserosi DIY.Penelitian ini mengidentifikasi tingkat potensi cedera dapat yangterjadi pada atlet sepatu roda.Teknik pengambilan data menggunakan angket denganjumlah 67 butir pertanyaan meliputi lokasi dan jenis cedera, faktor penyebab cedera,waktu kejadian, dan juga alat keamanan yang digunakan.Analisis data menggunakananalisis data deskriptif persentase.Hasil penelitian menunjukan bahwa cedera yang terjadi pada atlet sepatu rodameliputi cedera ankle 18 %, lutut 18 %, tungkai bawah 14 %, tungkai atas 13 %, siku 12%, jari dan pergelangan tangan 12 %, pinggang 7%, panggul 5%. Cedera yang terjadidisebabkan karena karena terpeleset 14 %, kondisi cuaca 13 %, kondisi lintasan 13 %,bentuk lintasan 12 %, tabrakan antar atlet 11 %, salah mengambil tikungan 11 %, latihanberat terlalu lama 11 %, kondisi sepatu roda 9% yang terakhir karena menabrak pagarpembatas lintasan 7 %. Terjadinya cedera banyak terjadi saat latihan onskate 35 %, race25 %, warm-up 22 %, dan saat latihan (dryland/offskate) 18 %. Alat kemanan yang seringdigunakan Helm 42 %, sarung tangan 33 %, kacamata 11 %, knee pad 9 %, dan elbowpad 5 %.Kata kunci: Frekuensi, cedera, atlet sepatu roda
BERBAGAI MACAM TES UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESTABILAN SENDI LUTUT Bambang Priyonoadi
MEDIKORA Vol. I, No. 1, April 2005
Publisher : Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2829.382 KB) | DOI: 10.21831/medikora.v0i1.4731

Abstract

Lutut mudah sekali terserang cedera traumatik. Persendian ini kurang mampu  melawan kekuatan medial, lateral, tekanan, dan rotasi, karena lemahnya otot,  dan mudah mendapat luka memar. Mekanisme datangnya cedera sendi lutut "  yang berakibat serabut ligamen utama dari lutut bisa menjadi putus bergantung  pada aplikasi dan kekuatan, pukulan, tekanan, gerakan yang melebihi batas  keregangan. Cedera ini dapat terjadi karena suatu gaya pada garis lurus (straigth  line) langsung atau melalui bidang tunggal (single plane), atau karena suatu gaya  berputar mendadak.Luka akut dan kronis pada lutut dapat mengakibatkan ketidakstabilan  sendi, lutut yang terluka dipenksa stabilitasnya secepat mungkin setelah cedera  dan dilakukan hanya oleh tenaga yang sudah terlatih dan profesional. Lutut yang  cedera dan lutut yang tidak cedera dites dan dikontraskan atau dibedakan  untuk  menentukan suatu perbedaan dalam tingkat stabilitasnya.Tes tekanan valgus dan varus dimaksudkan untuk menampakkan  kelemahan kompleks kestabilan lateral dan medial, khususnya serabut ligamen  colateral. Tes untuk menentukan integntas dari ligamen cruciate dapat dilakukan  dengan menggunakan: 1) tes Drawer pada fleksi 90 derajat, (2) tes Drawer  Lachman, (3) tes pivot-shift, (4) tes Jerk, dan (4) tes Drawer fleksi-rotasi. Untuk  memastikan ketidakstabilan ligamen cruciate sebelah posterior dapat dilakukan  dengan: (1) tesDrawer posterior, (2) tes recurvatum rotasi eksternal, dan (3) tes  "Sag" Posterior. Adapun untuk menentukan meniscus yang robek dapat  menggunakan tiga cara yaitu dengan: (1) tes McMurray, (2) tes kompresi aplg,dan (3) tes distraksi apley.Kata kunci: tes stabilitas sendi lutut
PENGELOLAAN CEDERA SPRAIN TINGKAT II PADA PERGELANGAN KAKI Bambang Priyonoadi
MEDIKORA Vol. I, No . 2, Oktober 2005
Publisher : Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/medikora.v1i2.4776

Abstract

Pada waktu berolahraga, sering terjadi cedera pada daerah sendi pergelangan kaki. Sendi pergelangan kaki mudah sekali mengalami cedera karena kurang mampu melawan kekuatan medial, lateral, tekanan, dan rotasi.Cedera yang mengenai ligamen disebut sprain. Padasendi pergelangan kaki terdapat banyak ligamen, danligamentum tersebut bisa terkena sprain dengan berbagaitingkatan di antaranya tingkat I (terdapat sedikit hematomadalam ligamen dan hanya beberapa serabut yang putus), tingkatII (lebih banyak serabut otot dari ligamentum yang putus, tetapilebih separo serabut ligamentum masih utuh), tingkat III(seluruh ligamentum putus sehingga kedua ujungnya terpisah).Cedera sprain tingkat II pada ligamentum pergelangan kakikalau tidak segera dikelola dapat berakibat menuju cedera yanglebih berat atau ke tingkat III.Pengelolaan cedera sprain tingkat II pada pergelangankaki terdiri atas lima fase, yaitu fase I bertujuan untukmengontrol pengeluaran darah, pembengkakan, rasa sakit, dankejang. Diperkirakan lama waktu 2-3 hari; fase II pemeliharaanlanjutan, yaitu dengan semua perlakuan dan segera dilanjutkanbebas dari sakit pada waktu bergerak dan m e m u l i h k ankekuatan; fase IV bertujuan untuk memulihkan 90 % luas geraksendi (range of motion/ROM), power, daya tahan, kecepatan,dan kelincahan. Lama waktu yang dibutuhkan 1 minggu; danfase V bertujuan penderita bebas dari gejala dan mempunyaiR O M yang baik. Keberhasilan penyembuhan cedera bergantungpada tingkat kedisiplinan, ketekunan, dan kemauanuntuk menjalankan urutan perawatan. Kriteria dari sembuhtotal pada cedera sprain tingkat II pergelangan kaki adalahbebas dari kepincangan dalam gerak dan tidak ada pembengkakan,R O M pada pergelangan kaki berfungsi baik dankekuatan kembaU normal, penderita dapat berlari, melompatdan dapat membuat perbaikan gerak yang baik sepeni sebelumcedera.Kata k u n c i : sprain, pergelangan kaki.
AGRESI DALAM OlAHRAGA Bambang Priyonoadi
Jurnal Cakrawala Pendidikan CAKRAWALA PENDIDIKAN, EDISI 2,1994,TH.XIV
Publisher : LPMPP Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.829 KB) | DOI: 10.21831/cp.v2i2.9123

Abstract

Terdapat banyak sekali faktor psikologis sosial yangmempengaruhi penampilan olahraga. Pelatih harus menyadaripengaruh-pengaruh ini _apabila mereka ingin meningkatkanpeluangnya untuk memiliki tim yang menyenangkan dan berhasil.Agresi telah menjadi persoalan penting dalam olahraga.Tingkat perilaku agresif yang dapat diterima dan dibutuhkanberbeda-beda tergantung pada tingkat pertandingan dan jenisolahraganya. Definisi agresi banyak sekali diajukan namundapat dibagi dua, yaitu periIaku yang bermotivasi gangguandan perilaku yang bermotivasi semangat.Sejumlah pandangan teoretis tentang agresi telah berkernbang.lni mencakup teod Freud, teori rangsangan melepaskandorongan dari dalam, hipotesis frustasi-agresi sertateori belajar sosial rnempunyai implikasi praktis yang sangatpenting bagi pengajaran dan pengendalian perilaku agresipada olahragawan. Kekerasan penggemar merupakan masalahyang semakin banyak timbul dalam olahraga. Pelatih memainkanperan penting dalam mengendalikan kekerasan ini danbentuk-bentuk perilaku agresif lainnya dalam olahraga.
IDENTIFIKASI PEMAHAMAN GURU PENJAS DALAMPENGETAHUAN, PENYEBAB, KLASIFIKASIDAN JENIS CEDERA OLAHRAGA Agri Fera Endah Setiani , Bambang Priyonoadi
MEDIKORA Vol 14, No 1 (2015): April
Publisher : Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.751 KB) | DOI: 10.21831/medikora.v14i1.4569

Abstract

Cedera saat berolahraga dapat terjadi pada siapa saja bahkan dapat terjadi padasiswa saat mengikuti pelajaran olahraga. Guru pendidikan jasmani dan kesehatan perlumengetahui penyebab, klasifikasi dan jenis cedera olahraga agar mampu melakukantindakan yang benar saat mengajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipemahaman guru pendidikan jasmani dan kesehatan SD, SMP, SMA negeri dalampengetahuan penyebab, klasifikasi dan jenis cedera olahraga se-kecamatan bantul.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian iniadalah seluruh guru pendidikan jasmani dan kesehatan se-Kecamatan Bantul.Pengambilan sampel dengan teknik simple random sampling dengan jumlah sampelsebanyak 20 orang. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakananalisis deskriptif persentase.Hasil penelitian diperoleh kesimpulan identifikasi pemahaman guru pendidikanjasmani dan kesehatan SD, SMP, SMA negeri dalam pengetahuan penyebab, klasifikasidan jenis cedera olahraga se-kecamatan Bantul dalam kategori baik (65 %). Identifikasipemahaman terhadap penyebab cedera olahraga dalam kategori baik (50 %),pemahaman terhadap klasifikasi cedera olahraga dalam kategori baik (65 %) danpemahaman terhadap jenis cedera olahraga dalam kategori baik (60 %).Kata kunci: Pemahaman, penyebab, klasifikasi, jenis, cedera olahraga, guru penjas