Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Distinction between inflection and derivation of learning reduplication in Mandarin Shi Yuxin; I Dewa Putu Wijana; Y. Tri Mastoyo; Hermina Sutami
Journal of Education and Learning (EduLearn) Vol 13, No 4: November 2019
Publisher : Intelektual Pustaka Media Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (56.41 KB) | DOI: 10.11591/edulearn.v13i4.14388

Abstract

Reduplication as a word-formation process in Mandarin, which is one of the most difficult knowledge to comprehend for scholar and student. Theoretically this research offers an approach that is different from what has been made by previous researchers. Using the M.D.S Simatupang free context approach this research contrasts the reduplicative forms of all word classes and shows the relationships between them (AA, AABB, ABAB, ABB) and their basic forms (A, AB), then based on test of categorical word and test of lexical decomposition as proposed by J.W.M Verhaar, this study analyzes and explains reduplication and inflectional reduplication in Mandarin in order to students understand as their meaning vocabularies. As a result, this research examines the derivational and inflectional reduplication in Mandarin all at once can disseminate the use of morphological theory. In addition, this study discusses Mandarin reduplication based on various word classes that are contained as a basis for the relevant form of reduplication. Beginner research results will be presented in this study in order to stimulate more complete writing, it will be better if this research can be disseminated in order to add learning and reading material for future research.
STRUKTUR PERAN KALIMAT TUNGGAL BER-P BERPENGlSl VERBA BERAFIKS MENG-I DALAM BAHASA INDONESIA Tri Mastoyo Jati Kesuma
Humaniora Vol 12, No 1 (2000)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1472.855 KB) | DOI: 10.22146/jh.681

Abstract

Dalam artikel ini ditelaah kalimat tunggal dalam bahasa Indonesia yang fungsi predikatnya (P) diisi oleh verba berafiks meng-i. Tujuan telaah ini adalah untuk mengungkap aneka jenis struktur perannya. Tujuan itu diwujudkan dengan menempatkan verbal berafiks meng-i sebagai unsur sentral kalimat.
REALISASI KATEGORIAL DAN SEMANTIS FUNGSI KETERANGAN DALAM BAHASA INDONESIA Tri Mastoyo Jati Kesuma
Humaniora Vol 17, No 3 (2005)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (94.513 KB) | DOI: 10.22146/jh.851

Abstract

The paper describes the realizations of adjuncts in Indonesian sentences. Adjunct is an optional syntactic function or constituent in sentences. This constituent can be described from two aspects, i.e. categorial and semantic realizations. The former realization covers noun phrases (e.g. kemarin ‘yesterday’ in Ia mengundurkan diri dari pekerjaannya kemarin ‘He retired from his work yesterday’), prepositional phrases (e.g. pada hari Minggu ‘on Sunday’ in Ibu saya pergi ke Jakarta pada hari Minggu ‘My mother went to Jakarta on Sunday’) and additional clauses (e.g. kalau tidak keliru ‘If I’m not mistaken’ in Kalau saya tidak keliru, Tuan-tuan adalah prajurit Kerajaan Majapahit ‘If I’m not mistaken, you are Majapahit Kingdom soldiers’). The later realization covers temporal, locative, instrumental, manner, benefactive, receptive, agentive, companional, purposive, causative, fundamental, positional and comparative.
Ihwal (Teknik) Parafrasa Tri Mastoyo Jati Kesuma
Humaniora No 9 (1998)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1045.093 KB) | DOI: 10.22146/jh.2057

Abstract

Istilah parafrasa (paraphrase) merupakan istilah linguistik yang penerapannya dapat ditemui dalam dunia linguistik dan sastra. Dalam dunia linguistik istilah parafrasa penerapannya dijumpai dalam analisls sintaksis berdasarkan semantik, sedangkan dalam dunia sastra dijumpai dalam analisis puisi. Berhubungan dengan kenyataan itu, parafrasa menarik untuk dikutak-katik seluk-beluknya. Tulisan ini dimaksudkan untuk mengutak-ngatik seluk-beluk parafrasa itu. Yang dikutak-katik meliputi pengertian , kaitannya dengan parifrasa dan kesinoniman, dan aneka jenisnya. Dalam tulisan ini, ihwal parafrasa sebagai teknik analisis data dirambahi pula.
Understanding Secularism and National Identity in French Political Discourses Aprillia Firmonasari; Wening Udasmoro; Yohanes Tri Mastoyo
Humaniora Vol 32, No 2 (2020)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (575.436 KB) | DOI: 10.22146/jh.55450

Abstract

The concept of secularism or laicité is expressed in political discourses in various ways by the French presidential candidates in the 2017 campaign. Both candidates, Emmanuel Macron (EM) and Marine Le Pen (MLP) used specific forms and lingual expressions to explain secularism and national identity, especially those related to ‘Islam’, ‘immigration’ and ‘terrorism’. This study uses critical discourse analysis linked to their parties’ ideologies based on identity, activities, goals, norms, and values. In the discourses presented by EM and MLP, Islam is associated with religion, Muslims, jihad, Islamic fundamentalists, the burqa, and secularism. The results of discourse analysis show that EM’s and MLP’s discourses on secularism and Islam are notably different. MLP views secularism in France as being under threat due to external threats, namely immigrants and in particular Muslim immigrants. In contrast, EM views secularism as a concept to support and protect the identity of the nation and to support and to add to the diversity of French culture and identity. The findings of this research is that French concepts of national identities, which is closely related to secularism, correlates to the ideologies of the respective presidential candidates’ parties. The relationships between the parties’ ideologies, national identities, and discourses investigated in this research can be used as a methodology for political discourses, especially French political discourses.
Kajian Sintaktis dan Semantis Aposisi dalam Bahasa Indonesia Tri Mastoyo Jati Kesuma
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : CV. Ridwan Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.134 KB) | DOI: 10.36418/syntax-literate.v7i5.6936

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aposisi dalam bahasa Indonesia. Data yang digunakan dalam deskripsi diambil dari sumber tertulis, yaitu surat kabar dan fiksi. Deskripsi ini dilakukan dengan menggunakan kerangka sintaksis dan semantik. Hasil penelitian ini adalah (a) aposisi dalam bahasa Indonesia berfungsi sebagai atribut dalam frasa atributif endosentris; (b) dapat berkategori kata, frasa, dan klausa; dan (c) menyatakan peran tertentu bagi satuan bahasa yang mendahuluinya. Kehadiran aposisi dalam suatu konstruksi berfungsi sebagai pembatas bagi satuan bahasa yang mendahuluinya.
Pemanfaatan Linguistik Korpus dalam Menentukan Kata Berfrekuensi Tinggi pada Buku Sahabatku Indonesia BIPA 1 Diyah Wahyuningtyas; Tri Mastoyo Jati Kesuma
Jurnal Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing Vol 3, No 2 (2021): Jurnal Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (JBIPA)
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jbipa.v3i2.4125

Abstract

The purpose of writing this article is describing parts of speech ‘kelas kata’ in the book “Sahabatku Indonesia BIPA 1 Umum”. The parts of speech were analyzed using a tool-based corpus, namely AntConc. The aim of using AntConc is for deciding the frequent or word using on that book. The result of this research is shown (1) ten high frequency words in the book “Sahabatku Indonesia BIPA 1 Umum” is: dan (402); di (289); saya (219); yang (199); ada (159); ini (159);  dengan (145); untuk (125); kegiatan (113); apa (106); and also (2) the frequency of occurrence of parts of speech is noun (4.783); verb (2.134); particle (1.756); adjektive (948); pronoun (923); adverb (415); numeral (207); dan clitic (10).
Sufiks -Keit Dan -Igkeit pada Bahasa Jerman Alya Galuh Rahmadya Jeanitha; Tri Mastoyo Jati Kesuma
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 4 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.017 KB) | DOI: 10.31004/jpdk.v4i4.6413

Abstract

Tulisan ini akan menelusuri bagaimana pembentukan kata dalam bahasa Jerman dengan akhiran -keit dan -igkeit terjadi. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan yang diawali dengan pengumpulan data. Data dalam penelusuran ini berwujud nomina turunan dengan akhiran -keit dan -igkeit yang diambil dari novel Meine geniale Freundin yang ditulis oleh Elena Ferrante. Data tersebut dikumpulkan dengan menandai dan mencatat semua nomina dengan akhiran -keit dan -igkeit yang ditemukan. Data yang sudah terkumpul kemudian diklasifikasi dan dianalisis. Dalam penelusuran ini, ditemukan 62 nomina turunan yang berakhiran -keit dan 18 nomina turunan berakhiran sufiks -igkeit. Dari penelusuran ini dapat diketahui bahwa hanya adjektiva yang dapat ditambahkan dengan akhiran -keit dan -igkeit. Pengimbuhan dua sufiks ini menyebabkan penambahan artikel karena adjektiva berubah menjadi nomina. Kata bentukan yang dihasilkan dari pengimbuhan sufiks -keit dan -igkeit memberikan makna yang masih berhubungan dengan makna pembentuknya atau kata dasarnya. Penulis menyimpulkan bahwa pengimbuhan sufiks -keit dapat ditempelkan pada adjektiva dengan akhiran -bar, -ig, -lich, dan -sam. Sufiks ini juga menempel pada adjektiva dengan dua suku kata atau lebih yang berakhiran -er atau -el. Sedangkan pengimbuhan sufiks -igkeit dapat terjadi pada adjektiva dengan akhiran -haft dan -los. Sufiks ini juga menempel pada beberapa adjektiva bersuku kata satu.
Padanan Terjemahan it ke dalam Bahasa Indonesia dalam novel Harry Potter and The Order of The Phoenix Anna Nurawalia; Tri Mastoyo Jati Kesuma
Deskripsi Bahasa Vol 1 No 2 (2018): 2018 - Issue 2
Publisher : Department of Languages and Literature, Faculty of Cultural Sciences, UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1513.724 KB) | DOI: 10.22146/db.v1i2.328

Abstract

Kesulitan utama penerjemah adalah menerjemahkan konsep, konteks yang berbeda dari dua bahasa selain pola, fitur-fitur linguistik dan gaya bahasa yang tentu berbeda pula. Quirk (1985) mengklasifikasikan 'it' hanya dalam penggunaan 'it' sebagai anticipatory. Di lain sisi, Bolinger dalam grammar sederhana (1977) menyatakan bahwa kata ‘it’ adalah kata benda pasti yang memiliki fungsi rujukan tertentu untuk menciptakan wacana yang kohesi dan koherensi. Namun, menurut Halliday (1984) dan Matthiessen (1989), fungsi kata 'it' seharusnya tidak hanya terbatas pada struktur kalimat secara sintaksis. Oleh sebab itu, penelitian ini mengkaji kembali bentuk gramatikal dan makna kata ‘it’ pada pergeseran padanan terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran bentuk, kesepadanan makna dan ketidaksejajaran bentuk. Penelitian ini merupakan analisis deskriptif komparatif dengan 500 data berupa kata, frasa dan kalimat dari novel Harry Potter and The Order of The Phoenix, karya J.K Rowling dan terjemahannya dalam TSu (Bahasa Indonesia) dengan metode padan referensial dan padan terjemahan. Berdasarkan analisisi data, hasil menemukan bahwa kata it yang secara semantis tidak bermakna adalah it yang tidak memiliki rujukan pada TSu terutama ketika membahas mengenai kondisi lingkungan yang mengekspresikan waktu, jarak, dan cuaca merupakan it yang bersifat impersonal dan anticipatory yang paling banyak ditemukan mengalami perubahan gramatikal yang menyebabkan pergeseran bentuk dari TSu ke dalam TSa sebagai akibat dari tipologi bahasa yang berbeda antara TSa dan TSu, dan konsep katait yang tidak terdapat dalam TSu.
NAMA-NAMA KAFE DI MALANG RAYA: BENTUK, MAKNA, DAN REFLEKSI SOSIOKULTURAL Riqko Nur Ardi Windayanto; Tri Mastoyo Jati Kesuma
Linguistik Indonesia Vol 41, No 1 (2023): Linguistik Indonesia
Publisher : Masyarakat Linguistik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/li.v41i1.369

Abstract

This study aims to identify linguistic forms as expressions of meaning and sociocultural reflection in the names of cafes in Malang Raya with an anthropological linguistic approach. This research is qualitative-quantitative. One hundred names as data were provided with look-note techniques, written texts, community artifacts, and digital ethnography, then classified according to the research problem. Data analysis was carried out using the distributional method; referential and ethnographic-domain equivalent methods; reflective-introspective methods and interpretations; and descriptive statistics. The results of the analysis are presented formally and informally. Based on the research results, linguistic forms include changes in phonemes, adaptations, walikan language, substitutions, contractions, and assimilation at the phonological level; language codes, contractions, abbreviations, affixations, and compound words at the morphological level; and Explain-Explained phrases and Explained-Explain phrases at the syntactic level. The names refer to the domains of social environment, time orientation, activity, management identity, geography, biotic, character, expression of love, nature, pointer, complement, and astronomy. These names reflect socio-political changes, public space, third-wave coffee discourse, market share, lifestyle, identity, affiliation, and cinema hegemony.