Dewi Sri Jayanti
Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Jl. Tgk. Hasan Krueng Kalee No. 3, Kopelma Darussalam, Banda Aceh 23111

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Analisis Ketersediaan Lahan untuk Pemenuhan Kebutuhan Serealia di Kabupaten Aceh Jaya Afzal, Muhammad; Fachruddin, Fachruddin; Jayanti, Dewi Sri
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 8, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkptb.2020.008.01.02

Abstract

Komoditi serealia sangat penting dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat sebagai sumber karbohidrat utama. Produksi serealia salah satunya ditentukan oleh ketersediaan lahan pertanian yang luas dan subur. Kabupaten Aceh Jaya memiliki potensi untuk pengembangan tanaman serealia khususnya padi dan jagung. Semakin besar jumlah penduduk maka kebutuhan terhadap serealia juga akan semakin besar. Kebutuhan serealia dihitung menurut kebutuhan energi penduduk yang terus bertambah setiap tahun, serta mengetahui ketersediaan lahan yang sesuai untuk tanaman serealia berdasarkan kriteria tumbuh dan rencana tata ruang wilayah di Kabupaten Aceh Jaya). Hasil analisa menunjukkan jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Jaya pada Tahun 2006 yang berjumlah 86.396 jiwa akan terus bertambah hingga Tahun 2030 berjumlah 115.359 jiwa. Produksi serealia (padi dan jagung) pada Tahun 2015 padi sebanyak 80.170 ton dan produksi jagung sebanyak 4.892 ton hingga pada Tahun 2030 produksi padi menjadi 1.161.329 ton dan produksi jagung menjadi 672.558,80 ton. Ketersediaan energi rata-rata dari produksi serealia di Kabupaten Aceh Jaya pada Tahun 2006-2015 masih surplus dengan rata-rata ketersediaan energi 69.328,53 juta/kkal sedangkan rata-rata kebutuhan energi penduduk sebesar 36.899,23 juta/Kkal. Ketersediaan lahan untuk budidaya tanaman serealia di Kabupaten Aceh Jaya seluas 19.119 ha telah mencukupi kebutuhan lahan untuk pemenuhan kebutuhan serealia yaitu seluas 4.402,87 ha. Ketersediaan lahan potensial yang sesuai untuk budidaya serealia di Kabupaten Aceh Jaya seluas 66.400,39 ha dapat mecukupi kebutuhan lahan untuk pemenuhan kebutuhan serealia penduduk hingga Tahun 2030 seluas 5.102,97 ha.
Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Optimasi Penggunaan Lahan untuk Pengembangan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) (Studi Kasus di Kecamatan Batee dan Kecamatan Padang Tiji Kabupaten Pidie Propinsi Aceh) Dewi Sri Jayanti; Sunarto Goenadi; Pramono Hadi
agriTECH Vol 33, No 2 (2013)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2614.191 KB) | DOI: 10.22146/agritech.9808

Abstract

The research was conducted to find out the classification of land suitability and the influences of land characterization for cacao; and to optimize the land use based on the classification of land suitability. This classification was derived from physical and chemical properties of land and by overlaying maps which suitable with the requirements of cacao’s growth using ArcGIS. The suitable level for cacao was optimized using QM for windows to obtain the optimal land. The classification of land suitability in Batee District were: S1 (very suitable) was 35,42 % (2.572,662 ha); S2 (suitable) was 20,31 % (1.922,737 ha) and N (not suitable) was 44,27 % (3.572,008 ha), respectively. The classification of land suitability in Padang Tiji District were: S1 (very suitable) was 2,72 % (306,173 ha); S2 (suitable) was 92,50 % (10.429,770 ha) and N (not suitable) was 4,79 % (539,606 ha), respectively. Based on the linear programming, the results showed that the optimal land was 3.475,065 ha with the maximum profit was Rp 29.756.057.638,21. This production begun at the 7th year. The actual land areas in Batee and Padang Tiji Districts were 4.495,359 ha and 10.735,943 ha, respectively. This results implied that there was still the availability of land that could be used to develop cacao.ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan tanaman kakao; mengetahui pengaruh karakteristik lahan untuk pengembangan kakao dan memperoleh tingkat kelayakan usahatani; dan optimalisasi penggunaan lahan berdasarkan kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan didapatkan dengan mencocokkan sifat fisik dan kimia dari lahan usahatani serta mengoverlaikan peta-peta yang sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman kakao dengan ArcGIS. Selanjutnya dihitung tingkat kelayakan usahatani kakao dan dilakukan optimasi menggunakan QM for Windows untuk mendapatkan lahan optimum dengan keuntungan maksimum. Kelas kesesuaian lahan yang didapatkan di Kecamatan Batee: kelas S1 (sangat sesuai) sebesar 35,42% (2.572,622 ha); S2 (sesuai) sebesar 20,31% (1.922,737 ha) dan N (tidak sesuai) sebesar 44,27% (3.572,008 ha); serta di Kecamatan Padang Tiji: kelas S1 (sangat sesuai) sebesar 2,72% (306,173 ha); S2 (sesuai) sebesar 92,50% (10.429,770 ha); dan N (tidak sesuai) sebesar 4,79% (539,606 ha). Hasil analisis program linier menunjukkan bahwa luas lahan yang optimal digunakan seluas 3.475,065 ha. Keuntungan maksimum yang dapat diperoleh dengan luas lahan 3.475,065 ha adalah Rp 29.756.057.638,21 dimulai pada tahun produksi ke-7. Luas lahan aktual saat ini di Kec. Batee seluas 4.495,359 ha dan di Kec. Padang Tiji seluas 10.735,943 ha yang merupakan sumberdaya yang dapat ditingkatkan. Hal ini berarti masih besarnya ketersediaan lahan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman kakao.
Pemodelan Daerah Tangkapan Air Waduk Keliling dengan Model SWAT Teuku Ferijal; Siti Mechram; Dewi Sri Jayanti; Purnama Satriyo
agriTECH Vol 35, No 1 (2015)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.092 KB) | DOI: 10.22146/agritech.13037

Abstract

This study aimed to model watershed area of Keliling Reservoir using SWAT model. The reservoir is located in Aceh Besar District, Province of Aceh. The model was setup using 90m x 90m digital elevation model, land use data extracted from remote sensing data and soil characteristic obtained from laboratory analysis on soil samples. Model was calibrated using observed daily reservoir volume and the model performance was analyzed using RMSE-observations standard deviation ratio (RSR), Nash-Sutcliffe efficiency (NSE) and percent bias (PBIAS). The model delineated the study area into 3,448 Ha having 13 subwatersheds and 76 land units (HRUs). The watershed is mostly covered by forest (53%) and grassland (31%). The analysis revealed the 10 most sensitive parameters i.e. GW_DELAY, CN2, REVAPMN, ALPHA_BF, SOL_AWC, GW_REVAP, GWQMN, CH_K2 and ESCO. Model performances were categorized into very good for monthly reservoir volume with ENS 0.95, RSR 0.23, and PBIAS 2.97. The model performance decreased when it used to analyze daily reservoir inflow with ENS 0.55, RSR 0.67, and PBIAS 3.46.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk untuk memodelkan daerah tangkapan air Waduk Keliling dengan menggunakan Model SWAT. Waduk Keliling terletak di Kabupaten Aceh Besar, Propinsi Aceh. Dalam penelitian ini Model SWAT dikembangkan berdasarkan data digital elevasi model resolusi 90 m x90 m, tata guna lahan yang diperoleh dari intepretasi citra satelit dan data soil dari hasil analisa sampel tanah yang diperoleh di daerah penelitian. Model dikalibrasi dengan data volume waduk dan kinerja model dianalisa menggunakan parameter rasio akar rata-rata kuadrat error dan standard deviasi observasi (RSR), efesiensi Nash-Sutcliffe (NSE) dan persentase bias (PBIAS). Hasil deleniasi untuk daerah penelitian menghasilkan suatu DAS dengan luas 3,448 Ha dan memiliki 13 Sub DAS yang dikelompokkan menjadi 76 unit lahan. Sebagian besar wilayah study ditutupi oleh hutan (53%), dan pandang rumput (31%). Hasil analisa menunjukkan bahwa 10 parameter model yang sangat mempengaruhi debit adalah GW_DELAY, CN2, REVAPMN, ALPHA_BF, SOL_AWC, GW_REVAP, GWQMN, CH_K2 dan ESCO. Kinerja model sangat baik dalam memprediksikan volume tampungan waduk bulanan dengan nilai ENS 0,95, RSR 0,23, dan PBIAS 2,97. Namun, kinerja model menurun ketika mensimulasikan debit inflow harian dengan nilai-nilai ENS 0,55, RSR 0,67, dan PBIAS 3,46.
Pemodelan Intersepsi untuk Pendugaan Aliran Permukaan Risky Munandar; Dewi Sri Jayanti
Jurnal Ilmiah Teknologi Pertanian Agrotechno Vol 1 No 1 (2016)
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Intersepsi hujan adalah proses tertahannya air hujan pada permukaan vegetasi sebelum diuapkan kembalike atmosfer. Aliran permukaan merupakan sebagian dari air hujan yang mengalir di ataspermukaan tanah. Tanaman yang digunakan berfungsi untuk mengurangi erosivitas hujan dan aliranpermukaan dengan mengintersepsi hujan yang jatuh diatasnya. Penelitian ini bertujuan untukmengembangkan model intersepsi sebagai fungsi karakteristik hujan pada tanaman jati dan pinus danmenyusun perangkat lunak perhitungan intersepsi dan limpasan permukaan menggunakan VisualBasic. Net 2008 . Penelitian ini menggunakan pendekatan neraca volume, dengan pengukuran curahhujan dan intersepsi selama 15 hari kejadian hujan. Intersepsi pada pohon Jati lebih tinggi dibandingkanpohon Pinus. Besarnya perbandingan hasil pengukuran intersepsi dan model diperoleh persamaan padatanaman. Is = –3E – 07R4 – 2E-05R3 + 0,0132R2 – 0,2194R + 6,0754 dengan R2 = 0,9766 sedangkanuntuk tanaman Pinus IS = 0,0052 R2 + 0,0954R + 2,0833 dengan R2 = 0,962. Model untuk limpasanpermukaan diperoleh persamaan untuk tanaman Jati RO = –9E-05 R2 + 0,0331R + 0,8049 dengan R2 =0,8061 sedangkan untuk tanaman Pinus RO = 1E–05R3 – 0,0018 R2 + 0,1011R – 0,1629 dengan R2 =0,8002. Perangkat lunak yang telah dibuat dalam pemodelan ini sudah dapat digunakan dan berjalandengan baik dan telah dilakukan verifikasi dan validasinya. Hasil verifikasi permodelan ini diketahuibahwa hasil perhitungan dalam perangkat lunak perhitungan sesuai dengan Microsoft Excel
Pemetaan Kinerja Sistem Irigasi Berbasis WebGIS pada Daerah Irigsi Krueng Jreu Kabupaten Aceh Besar Ichwana Ramli; Fadilah Khairani; Fachruddin Fachruddin; Dewi Sri Jayanti
agriTECH Vol 42, No 2 (2022)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (110.044 KB) | DOI: 10.22146/agritech.64953

Abstract

Kebutuhan irigasi dalam aspek dunia pertanian merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai peningkatan produktivitas pertanian dan ketahanan pangan. Kabupaten Aceh Besar belum mempunyai informasi kinerja sistem irigasi berbasis online, sehingga diperlukan sistem informasi geografis (SIG) guna memberikan informasi mengenai kondisi jaringan irigasinya. Tujuan penelitian ini menilai kinerja sistem irigasi dan menyusun sistem informasi geografis dari data kinerja sistem irigasi yang berbasis web agar mudah diakses user secara online. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengumpulan data primer yang didapatkan dari penelusuran jaringan irigasi Krueng Jreu berupa pengambilan titik koordinat menggunakan GPS, dokumentasi bangunan irigasi dan indeks penilaian kinerja sistemirigasi. Data sekunder berupa data mengenai Daerah Irigasi Krueng Jreu yang didapatkan dari instansi terkait. Pengolahan data dan penyajian informasi sistem kinerja irigasi menggunakan software Quantum GIS versi 3.4.11. Hasil penelitian menunjukkan kinerja sistem irigasi keseluruhan dengan indeks sebesar 74,53% (tergolong baik). Namun aspek kinerja irigasi sarana penunjang dengan indeks 65,55% masih memerlukan perhatian, indeks aspek dokumentasi sebesar 59,40% (kurang baik) sedangkan indeks dari aspek kelembagaan P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) memiliki nilai 44,33% (berkategori jelek). Informasi kinerja sistem irigasi tersebut telah mampu ditampilkan dalam bentuk sistem informasi geografis berbasis web. Pemetaan kinerja sistem irigasi Krueng Jreu berbasis web dapat diakses melalui alamat URL http://tp.unsyiah. ac.id/webgis/1605106010019/
Pengaruh Lintasan Traktor dan Pemupukan Fosfat terhadap Perubahan beberapa Sifat Fisika-Mekanika Tanah dengan Sawi sebagai Tanaman Indikator Zulfikar Zulfikar; Yuswar Yunus; Dewi Sri Jayanti
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 1, No 1 (2016): November 2016
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.463 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v1i1.1175

Abstract

Abstrak : Pengolahan tanah dengan menggunakan traktor adalah kegiatan yang lazim dilakukan untuk mempercepat penanaman. Perlakuan lintasan dalam penelitian memiliki 3 level, yaitu 1 kali lintasan, 3 kali lintasan dan 5 kali lintasan.Pemupukan dilakukan dengan 3 taraf, yaitu tanpa dosis, dosis 75 kg/ha dan dosis 150 kg/ha.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lintasan traktor dan perubahan beberapa sifat fisika-mekanika tanah terhadap pertumbuhan tanaman sawidimana sawisebagai tanaman indikator.Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang ditata dalam bentuk rancangan petak terbagi (Split Plot Design) dengan pola faktorial 3 x 3 dengan 3 ulangan, sehingga terdapat 9 kombinasi perlakuan dan 27 satuan unit percobaan yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama yaitu lintasan traktor yang terdiri dari 3 taraf yaitu 1 kali lintasan, 3 kali lintasan dan 5 kali lintasan. Faktor kedua yaitu pemupukan fosfat dengan 3 dosis pemupukan yang berbeda, tanpa pemupukan, pemupukan dengan dosis 75 kg/ha dan pemupukan dengan dosis 150 kg/ha. Perlakuan lintasan traktor 1 kali dengan dosis pemupukan fospat 75 kg/ha berpengaruh nyata terhadap bulk density tanah. Perubahan beberapa sifat fisika-mekanika tanah yang terbaik diperoleh pada penggunaan traktor dengan lintasan 3 kali dan dengan dosis pemupukan fospat 150 kg/ha terhadap pertumbuhan tanaman sawi. Terdapat hubungan antara 5 kali lintasan traktor dengan pemupukan fospat 75 kg/ha berpengaruh nyata terhadap bulk density tanah, sedangkan pada tinggi tanaman umur 10 hari berpengaruh sangat nyata akibat perlakuan 3 kali lintasan traktor dengan pemupukan fosfat 150 kg/ha.Abstract. Soil tillage using a tractor  is an activity commonly to speed up planting. Traffic treatment in this research had three levels, that is one time traffic, three time traffic and five time traffic. Fertilization has been done by 3 levels, such as without dose, 75 kg / ha doses and 150 kg / ha doses. The research aimed to determine the influence of the tractor track and changes of physic-mechanic characteristics of the mustard plant growth as an indicator plant. This research was used a split plot design experiment method with 3 x 3 factorial each at three replications, so there are 9 treatment combinations and 27 experiment units which consisted of two factors. The first factor is the traffic tractor which consisted of three levels, i.e.: one time traffic, three time traffic and five time traffic. The second factor is the phosphate fertilization which consisted of three different doses of fertilization, i.e.; without fertilization, fertilizer with doses of 75 kg/ha and fertilizer with doses of 150 kg/ha. The treatment tractor one time traffic with a dose of fertilizing phosphate 75 kg/ha had have real impact of soil bulk density. Some of changes in the physic-mechanic of soil properties that it was best obtained on the use of  tractors with three time traffic and with a dose of fertilizing phosphate 150 kg/ha on the growth of plants mustard. There was a relationship between the five time traffic of a tractor by fertilizing phosphate 75 kg/ha dose had have real impact of soil bulk density, while in high plant age 10 days influential very real due treatment to three time traffic of a tractor by fertilizing phosphate 150 kg/ha.
Karakteristik Pengeringan Kulit Melinjo (Gnetum gnemon L) dengan Alat Pengering Tipe Tray Dryer untuk Pembuatan Keripik Kulit Melinjo Durry Munawar; Dewi Sri Jayanti; Raida Agustina
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 4 (2019): November 2019
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (716.886 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v4i4.12681

Abstract

Abstrak. Pemanfaatan kulit melinjo sebagai produk makanan olahan belum banyak diketahui oleh masyarakat. Biasanya kulit melinjo tidak dimanfaatkan lagi dan dibuang begitu saja padahal kulit melinjo dapat diolah kembali menjadi beberapa produk makanan seperti keripik kulit melinjo, manisan, teh, pewarna makanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pengeringan dan mutu dalam pembuatan keripik kulit melinjo dengan alat pengering tipe tray dryer pada suhu 35oC dan 45oC. Masing-masing suhu tersebut diulang sebanyak dua kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada suhu 35oC kelembaban udara yang diperoleh adalah 70,50% dengan lama pengeringan 390 menit (6,5 jam) dan rata-rata laju pengeringan sebesar 1,08 bk/menit, sedangkan pada suhu 45oC kelembaban udara yang diperoleh adalah 60,72% dengan lama pengeringan 300 menit (5 jam) dan rata-rata laju pengeringan sebesar 1,32 bk/menit. Kecepatan aliran udara ruang pengering pada suhu 35oC dan 45oC adalah konstan (2,4 m/s). Rata-rata kadar air awal kulit melinjo adalah 82,26% sedangkan kadar air akhir adalah 21,36%. Susut bobot pada suhu 35oC adalah 77,56% dan pada suhu 45oC adalah 77,32%. Hasil uji organoleptik terbaik adalah pada suhu 35oC dengan skor 4,28 untuk warna, 4,50 untuk aroma, 4,53 untuk rasa dan 4,40 untuk tekstur.Characteristic Melinjo Peel (Gnetum gnemon L) Drying with Tray Dryer for Making Melinjo Peel ChipsAbstract. The use of melinjo peel as a processed food product is not widely known in the public. Melinjo peel is usually no longer used and thrown away even though the peel could be reprocessed into several food products such as melinjo peel chips, confectionery, tea, and food coloring. This research aimed to determine the characteristics of drying and quality in the making of melinjo peel chips with tray dryer at 35oC and 45oC. Each temperature is repeated twice. The results showed that at a temperature of 35oC, the humidity was 70.50% with a drying time was 390 minutes (6.5 hours) and the average of drying rate was 1.08 dw/minute, meanwhile at 45oC the humidity was 60.72% with a drying time was 300 minutes (5 hours) and an average of drying rate was 1.32 dw/minute. The airflow velocity of the drying chamber at 35oC and 45oC was constant (2.4m/s). The average of initial moisture of melinjo peel was 82.26% and final moisture was 21.36%. The weight loss at 35oC was 77.56% and at 45oC was 77.32%. The best results of organoleptic test was at temperature 35oC with score 4.28 for color, 4.50 for flavor, 4.53 for taste and 4.40 for texture.
Pengendalian Erosi secara Vegetatif Menggunakan Rumput Pait (Axonopus compressus) dan Rumput Alang-alang (Imperata cylindrica) pada Tanah Ordo Ultisols Safriani Safriani; Dewi Sri Jayanti; Syahrul Syahrul
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 2, No 2 (2017): Mei 2017
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (453.364 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v2i2.3085

Abstract

Abstrak. Perubahan penggunaan lahan pada lahan miring menyebabkan tanah lebih mudah tererosi. Salah satu upaya penanganan erosi dapat dilakukan dengan metoda vegetatif yaitu menggunakan rumput pait (Axonopus compressus) dan rumput alang-alang (Imperata cylindrical) pada tanah ordo ultisols. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan rumput pait dan rumput alang-alang dalam mengurangi erosi tanah pada kemiringan yang berbeda. Penelitian  ini dilakukan di Laboratorium Konservasi Tanah dan Air Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala dengan menggunakan Rainfall Simulator yang ditata dalam kotak uji. Faktor yang digunakan pada penelitian ini adalah kemiringan (main plot factor) dan jenis rumput (sub plot factor). Perlakuan dalam penelitian ini terdiri dari 3 taraf kemiringan, yaitu 5º, 10º, serta 15º dan 3 taraf vegetasi, yaitu tanpa rumput, rumput pait dan rumput alang-alang. Hasil penelitian diperoleh besar erosi yang terjadi pada kemiringan 5º dengan vegetasi tanah tanpa rumput (0,425 ton/ha/tahun), rumput pait (0,375 ton/ha/tahun), dan rumput alang-alang (0,125 ton/ha/tahun). Pada kemiringan 10º dengan vegetasi tanah tanpa rumput (1,102 ton/ha/tahun), rumput pait (0,305 ton/ha/tahun), dan rumput alang-alang (0,414 ton/ha/tahun). Pada kemiringan 15º dengan vegetasi tanah tanpa rumput (2,217 ton/ha/tahun), rumput pait (0,451 ton/ha/tahun), dan rumput alang-alang (0,858 ton/ha/tahun). Hasil pengujian dengan analisis sidik ragam (Ansira) bahwa terdapat perlakuan yang berpengaruh nyata. Perlakuan yang berpengaruh nyata tersebut diantaranya kemiringan, vegetasi, dan kombinasi antara kemiringan dan vegetasi. Sedangkan hasil dari uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada beberapa perlakuan. Vegetative Erosion Control Using Carpet Grass (Axonopus compressus) and Reed Grass (Imperata cylindrica) in Ordo of Ultisols Abstract. Land use change in the sloping land cause soil erosion easier. One efforts for erosion countermeasure can be made with a vegetative method using carpet grass (Axonopus compressus) and reed grass (Imperata cylindrical) in ordo of ultisols. Therefore this research aim to determine the ability of carpet grass and reed grass in overcoming soil erosion at different slope of land. This research was done in Soil and Water Conservation Laboratory Faculty of Agriculture, University of Syiah Kuala using with Rainfall Simulator arranged in a test box. Factors used in this research is the slope (main plot factor) and type of grass (sub plot factor). The treatment of this research consist of 3 levels slope, namely 5º, 10º and 15º and 3 levels vegetation, namely land without grass, carpet grass and reed grass. The research results are erosion in the slope of 5º with land without grass (0.425 ton/hectare/year), with carpet grass (0.375 ton/hectare/year), and reed grass (0.125 ton/hectare/year). In the slope of 10º with land without grass (1.102 ton/hectare/year), with carpet grass (0.305 ton/hectare/year), and reed grass (0.414 ton/hectare/year). In the slope of 15º with land without grass (2.217 ton/hectare/year), with carpet grass (0.451 ton/hectare/year), and reed grass (0.858 ton/hectare/year). The result of variance  analysis (Anova) show that there are treatments with significant effect. The treatment with significant effect are slope, vegetation, and combination of slope and vegetation. Results from continued test with LSD (Least Significant Difference) show significant difference among treatments.
Analisa Pola Penyebaran Aliran Air Tanah Pada Model Tanggul Fitri Herawaty; Mustafril Mustafril; Dewi Sri Jayanti
Rona Teknik Pertanian Vol 7, No 2 (2014): Volume 7, No. 2, Oktober 2014
Publisher : Department of Agricultural Engineering, Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/rtp.v7i2.2680

Abstract

Abstrak. Rembesan merupakan salah satu masalah yang sering terjadi pada tanggul. Besarnya rembesan sangat dipengaruhi oleh sifat permeabilitas tanah. Permeabilitas tanah akan menurun dengan meningkatnya kadar air dalam tanah. Rembesan yang terjadi pada tanggul akan membentuk suatu pola aliran air di dalam tubuh tanggul. Rembesan air akan berjalan sejajar dengan garis muka air tanah sehingga garis rembesan juga merupakan garis aliran. Sehingga garis-garis equipotensial akan memotong garis rembesan ini sehingga jarak vertikal antara perpotongan adalah sama. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai debit rembesan berdasarkan rumus empiris jauh lebih kecil dibandingkan dengan metode pengukuran langsung dan program SEEP/W. Hal ini disebabkan karena pada metode empiris selain faktor permeabilitas dan dimensi tanggul, juga dipengaruhi oleh panjang zona basah. Sebaliknya, pada pengukuran secara langsung dan metode analisis dengan program SEEP/W, debit rembesan hanya dipengaruhi oleh nilai permeabilitas, tinggi muka air dan dimensi tanggul, sedangkan panjang zona basah tidak berpengaruh Analyses of Spreading Seepage Pattern on Embankment Model Abstract. Seepage are one problem that often occurs in the embankment. The magnitude of seepage is greatly influenced by the soil permeability characteristic. Soil permeability would decreased with increasing water content in the soil. Seepage that occurs in embankments would form a pattern of water flow inside the embankment. Seepage water will run parallel with the water  levels line so that seepage is also a flow line. So that the equipotential lines will cut the line permeability so that the vertical distance between the intersections is the same. The results obtained indicate that the seepage discharge based on empirical formula smaller than the direct measurement method and program SEEP/W. This is due because of at the empirical method besides permeability and embankment dimension, also influenced by length of wet zone. In contrast, the direct measurement and analysis methods with the program SEEP/W, seepage discharge is only affected by the value of the permeability, water levels and embankment dimensions, while the length of wet zone does not effect.
Model Simulasi Penanganan Pascapanen Sekunder (Teknologi Pengolahan) Nanas (Ananas comosus merr) (Studi Kasus: Kabupaten Aceh Tengah) Raida Agustina; Dewi Sri Jayanti; Siti Mechram
Rona Teknik Pertanian Vol 7, No 1 (2014): Volume 7, No. 1, April 2014
Publisher : Department of Agricultural Engineering, Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/rtp.v7i1.2645

Abstract

Abstrak. Nanas (Ananas comosus Merr) mempunyai prospek agribisnis yang semakin meningkat baik untuk kebutuhan buah segar maupun bahan olahan. Model simulasi penanganan pascapanen sekunder (teknologi pengolahan) nanas (selai, dodol dan manisan) merupakan salah satu upaya untuk menginformasikan kepada pihak yang terkait agar dapat memperoleh informasi tingkat keuntungan (pendapatan) yang lebih besar, jika dibandingkan dengan menjual langsung dalam bentuk buah segar. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan informasi kelayakan penanganan pascapanen sekunder (teknologi pengolahan); mensimulasi tingkat keuntungan yang diperoleh petani nanas melalui produk olahan; serta memprediksi tingkat keuntungan petani nanas selama 8 tahun ke depan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Powersim untuk melihat kelayakan penanganan pasca panen sekunder (teknologi Pengolahan) nanas berdasarkan analisis teknis dan ekonomi. Pada tahun 2008 petani nanas mendapatkan penerimaan dari manisan nanas sebesar Rp 5.072.874,60, penerimaan dari selai nanas sebesar Rp 4.191.896, 60, dan  penerimaan dari dodol nanas sebesar Rp 26.664.472,00. Jika diasumsikan harga jual produk olahan nanas tetap maka pada tahun 2020 penerimaan petani dari penjualan manisan nanas bisa mencapai Rp 30.998.132,90, penerimaan dari selai nanas bisa mencapai Rp 25.586.879,80, dan  penerimaan dari dodol nanas bisa mencapai Rp 135.572.561,00. Total keuntungan petani nanas dari penerimaan hasil penjualan produk olahan nanas yang berupa manisan, selai dan dodol di Kabupaten Aceh Tengah mencapai Rp 35.929.243,20 pada tahun 2008. Dan hasil simulasi prediksi pada tahun 2020 keuntungan petani nanas dapat mencapai Rp 195.147.574,00.. Simulation Model of Secondary Postharvest Handling (Processing Technology) of Pineapple (Ananas comosus Merr) (Case Study: Aceh Tengah District)Abstract. Pineapple (Ananas comosus Merr) has a growing agribusiness prospects in terms of  fresh fruit and processed materials. Simulation model of secondary postharvest handling (processing technology) of  pineapple (jam, candy, and dodol) is an effort informing the relevant parties in order to obtain information rate of profit (income) greater compared with direct selling in the form of fresh fruit. The purpose of this study was to get some information of an eligibility secondary postharvest handling (processing technology); to simulate the level of benefits pineapple growers through refined products, as well as to predict the pineapple farmer returns for 8 years.  Data processing was performed using software Powersim to measure the feasibility of secondary post-harvest handling (processing technology) pineapple based on the technical and economic analysis. In 2008, farmers obtain an acceptance of dodol pineapple Rp 5,072,874.60 pineapple, pineapple jam acceptance of Rp 4,191,896, 60, and acceptance of candy pineapple Rp 26,664,472.00. If it is assumed selling price of processed pineapple products in 2020 remains the farmer acceptance of dodol pineapple sales may reach Rp 30,998,132.90, acceptance of pineapple jam may reach Rp 25,586,879.80 and acceptance of pineapple candy may reach Rp 135 572. 561.00. The total profit of the pineapple growers receive from the sale of refined products such as dodol pineapple, jam, and candy in Aceh Tengah District reached Rp 35,929,243.20 in 2008. And the simulation results predicted 2020 profit pineapple farmers may reach Rp 195,147,574.00