I.N. Wijaya
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

AWAS BAHAYA SERANGAN LALAT BUAH PADA TANAMAN JERUK I.N. Wijaya; W. Adiartayasa
Buletin Udayana Mengabdi Vol 17 No 3 (2018): Buletin Udayana Mengabdi
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.253 KB) | DOI: 10.24843/BUM.2018.v17.i03.p05

Abstract

Sebagian besar penduduk Desa Katung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli sebagai petani jeruk yang tergabung dalam kelompok Subak Abian Kerta Winangun yang beranggotakan 97 orang. Pertanaman jeruk di daerah ini sangat berhasil, sehingga pendapatannya meningkat. Namun belakangan, petani resah karena tanaman jeruknya terserang hama lalat buah. Oleh karena itu perlu diadakan penyuluhan dan pelatihan tentang pengelolaan hama lalat buah pada tanaman jeruk. Adapun tujuan penyuluhan dan pelatihan ini untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada para petani setempat tentang bahaya serangan hama lalat buah serta pengendaliannya pada tanaman jeruk meliputi : gejala serangan, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan lalat buah dan cara pengendaliannya. Metode yang digunakan dalam pelatihan ini adalah penyampaian materi di ruangan dan praktek di perkebunan jeruk. Kegiatan penyuluhan dan demontrasi dilaksanakan hari Sabtu, tanggal 12 Agustus 2017 mulai pukul 10.00 sampai 14.00 WITA, bertempat di Balai Banjar Katung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Pelatihan ini dipandu oleh 4 (empat) orang pelatih yang berasal dari Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Pelatihan diikuti diikuti oleh 69 orang peserta. Penceramah memaparkan materinya dengan menggunakan alat peraga berupa power point dan menggunakan spesimen berupa gejala serangan lalat buah. Kemudian dilanjutkan dengan praktek lapangan selama 60 menit. Dalam pelaksanaan pelatihan tersebut, petani sangat antusias untuk mengikuti penyuluhan. Hal ini terbukti dari banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan ini, maka dilaksanakan evaluasi dengan pengisian kuisioner sebelum dan sesudah pelatihan.
PELATIHAN PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK BERAIR PADA BUAH SALAK DI DESA DUDA TIMUR, KECAMATAN SELAT KABUPATEN KARANGASEM W. Adiartayasa; I.N. Wijaya; I.G.N. Bagus; I.M.M. Adnyana; I.K. Siadi
Buletin Udayana Mengabdi Vol 17 No 3 (2018): Buletin Udayana Mengabdi
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (424.807 KB) | DOI: 10.24843/BUM.2018.v17.i03.p03

Abstract

Salak (Salacca edulis Reinw.) merupakan tanaman asli Indonesia dan buah salak mempunyai nilai yang cukup tinggi dan disukai oleh konsumen Indonesia. Salak Bali mempunyai pasar yang cukup baik di kota besar di Jawa seperti Surabaya, Solo, Semarang dan Jakarta. Desa Sibetan dan Duda Timur merupakan penghasil buah salak yang terbanyak. Umur simpan buah salak Bali berkisar antara 6-7 hari pada suhu penyimpanan 29oC, selama penyimpan bobot buah salak mengalami penurunan 20 persen. Kekerasan daging buah salak cenderung mengalami penurunan ditandai dengan makin melunaknya daging buah. Kerusakan buah salak dapat terjadi sejak berada pada pertanaman, waktu panen, pasca panen sampai ke pemasaran berkisar 40%. Kerusakan buah salak dapat terjadi akibat luka, memar, pencoklatan, buah pecah kulit, dan penyakit busuk berair. Menurut Adiartayasa (2004) kerusakan buah salak disebabkan oleh jamur yaitu Ceratocystis sp. dan Botryodiplodia sp. yang menyebabkan kulit buah salak menjadi berwarna coklat kehitaman dan berair, kulit buah mudah pecah dan terkelupas, serta daging buah busuk dan berair serta berwarna coklat. Lebih lanjut ekstrak daun sirih yang diperoleh dari solven metanol 5-15% memiliki daya hambatan yang tinggi terhadap pertumbuhan Botrydiplodia sp. pada media PDA. Sedang ekstrak daun sirih mempunyai kemampuan yang lebih rendah dalam menghambat pertumbuhan Botrydiplodia sp. Pengendalian penyakit Busuk Berair pada buah salak dilaksanakan pada Kelompok Tani dan Ternak Tabu Nandini di Desa Duda Timur, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem pada hari Senen, 14 Agustus 2017. Kegiatan pelatihan dilaksanakan pada Wantilan Kelompok Tani dan Ternak Tabu Nandini dan pemaparan pelatihan dibantu dengan alat bantu LCD serta dihadiri oleh 35 orang petani dan 6 orang dosen. Peserta mampu mengidentifikasi dan menunjukkan gejala penyakit Busuk Berair pada buah salak. Lebih dari 100 persen peserta dapat menunjukkan gejala penyakit Busuk Berair pada buah salak. Pengendalian penyakit Busuk Berair pada buah salak dalam penyimpanan dan pemasaran dapat menggunakan ekstrak daun sirih.
PELATIHAN BUDIDAYA TANAMAN JERUK BEBAS PENYAKIT CVPD DI DESA KERTA GIANYAR W. Adiartayasa; I.N. Wijaya; I. G.P. Wirawan; N.N. Darmiati; I K. Siadi
Buletin Udayana Mengabdi Vol 16 No 1 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.123 KB)

Abstract

Penyakit CVPD (citrus vein phloem degeneration) merupakan penyakit penting pada tanaman jeruk. Penyakit menyebar melalui bibit tanaman jeruk yang telah terinfeksi CVPD dan ditularkan melalui serangga vektor D. citri. Tanaman jeruk yang terserang CVPD memperlihatkan gejala daun menguning atau klorosis, warna tulang daun tetap hijau, ukuran daun menjadi kecil dan daun menjadi tebal dan kaku. Hasil pengamatan tanaman secara morfologi di Kecamatan Kintamani didapatkan 10 jenis tanaman jeruk yaitu jeruk Siam, Selayar, Besakih, Tejakula, Manis, Nipis, Purut, Lemo, dan jeruk Bali. Gejala penyakit CVPD pada masing-masing jenis tanaman jeruk mempunyai gejala klorosis bervariasi. Pelatihan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan budidaya tanaman jeruk bebas penyakit CVPD. Pelatihan ini telah dilaksanakan di Kantor Desa Kerta, pada hari Rabu tanggal 10 Agustus 2016. Kegiatan ini diikuti oleh 20 orang petani dan lima orang dosen Fakultas Pertanian Unud. Hasil evaluasi yang didapatkan 15 orang menguasi 90 persen materi, dan 5 orang menguasai 60 persen materi. Petani mengharapkan adanya pelatihan dan pendampingan yang berkelanjutan mengenai budidaya tanaman jeruk.