Komang Andi Dwi Saputra
Bagian/SMF THT-KL RSUP Sanglah, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

GAMBARAN ALERGEN PASIEN RINITIS ALERGI DI POLIKLINIK THT RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2012-2013 Putu Suwita Sari; Komang Andi Dwi Saputra
E-Jurnal Medika Udayana Vol 6 No 7 (2017): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Allergic rhinitis is not a deadly disease, but it can cause significant decrease in productivity and quality of patient life. Allergen investigation in allergic rhinitis patient is important to determine the specific cause of allergy, so that the patient can do avoidance in order to prevent the recurrence of the disease. The purpose of this study is to obtain the allergen profile in allergic rhinitis patient. This study is a descriptive-retrospective study using secondary data from ENT Department and Medical Record Department of Sanglah Hospital in 2012-2013. The data from patient medical record will be calculated and analyzed. From 52 samples, 34 patients shows positive skin prick test (SPT) results. About 16 patients (30.8%) are positive for both inhalant and ingested allergen, 15 patients (28.8%) only positive to inhalant allergen, and 3 patients (5.8%) only positive for ingested allegen. The most common allergen is house dust mite with 24 patients (46.2%). Crab is the second most common with 15 patients (28.8%). It can be summarized that house dust mite is the most common allergen with 46.2%. Education and precaution against the exposure of house dust mite is important to all allergic rhinitis patients Keywords: allergic rhinitis, allergen, skin prick test
KARAKTERISTIK PASIEN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DI POLIKLINIK THT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH PERIODE JANUARI – JUNI 2013 A. A. Bagus Raditya Dharma Adi Putra; Komang Andi Dwi Saputra
E-Jurnal Medika Udayana Vol 5, No 12 (2016): E-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (48.497 KB)

Abstract

Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) merupakan lanjutan dari episode initial otitis media akut (OMA) dengan gejala adanya sekret persisten dari telinga tengah dengan perforasi membran timpani. Hal ini menjadi masalah penting untuk mengatasi ketulian yang saat ini terjadi pada negara berkembang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik pasien otitis media supuratif kronis di Poliklinik THT RSUP Sanglah pada periode bulan Januari - Juni tahun 2013. Data pasien yang menderita otitis media spuratif kronis dikumpulkan dari rekam medis pasien yang berobat di Poliklinik THT RSUP Sanglah, pada periode bulan Januari – Juni 2013. Jumlah total penderita otitis media supuratif kronis yang berobat di Poliklinik THT RSUP Sanglah selama periode bulan Januari – Juni 2013 adalah sebanyak 117 orang, dengan jumlah laki-laki yaitu 64 orang (54.7%) dan perempuan sebanyak 53 orang (45.3%). Kelompok umur yang terbanyak menderita OMSK adalah kelompok umur antara 11 – 20 tahun sebanyak 47 orang (40.2%). Distribusi keluhan yang diderita oleh pasien OMSK yaitu telinga berair (otorhe) sebanyak 107 orang (91.5%), nyeri telinga (otalgia) sebanyak 22 orang (18.8%), dan gangguan pendengaran sebanyak 58 orang (49.6%). Tipe penyakit yang paling banyak diderita oleh pasien OMSK adalah tipe benigna sebanyak 112 orang (95.7%) sedangkan tipe maligna sebanyak 5 orang (4.3%). Jumlah total penderita otitis media supuratif kronis yang berobat di Poliklinik THT RSUP Sanglah selama periode bulan Januari – Juni 2013 adalah sebanyak 117 orang.
PREVALENSI KASUS OTITIS EKSTERNA BERDASARKAN USIA, JENIS KELAMIN DAN DIABETES MELITUS DI POLIKLINIK THT RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2018 Putu Wahyu Dyatmika Tanaya; Agus Rudi Asthuta; Komang Andi Dwi Saputra; I Wayan Sucipta
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 3 (2020): Vol 9 No 03(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2020.V09.i3.P16

Abstract

ABSTRAK Otitis eksterna merupakan permasalahan dan kelainan pada telinga, hidung dan tenggorok (THT), merupakan kasus yang tergolong umum dan sering ditemui oleh dokter dalam praktek di lapangan baik dalam usia anak-anak maupun dewasa, dimana dari tahun ke tahun kasus tersebut terus mengalami peningkatan. Studi deskriptif ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi kasus otitis eksterna berdasarkan usia, jenis kelamin dan diabetes melitus di Poliklinik THT RSUP Sanglah Denpasar tahun 2018. Desain penelitian cross-sectional dengan metode pengambilan melalui teknik total sampling di Poliklinik THT RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2018. Total 70 sampel yang ada, hasil menunjukan kelompok usia tertinggi pasien otitis eksterna adalah pada masa Remaja Akhir (17-25 tahun) sebesar 24,3%. Pasien otitis eksterna berjenis kelamin laki-laki (60%) lebih banyak terdiagnosis otitis eksterna dan sebagian besar pasien tidak memiliki riwayat penyakit diabetes melitus (97,1%). Diagnosis otitis eksterna yang sering ditemukan adalah otitis eksterna akut terlokalisir (95,7%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, masih perlu dilakukan studi yang lebih lanjut dan mendalam untuk mengetahui hubungan dari otitis eksterna dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kata Kunci: prevalensi, otitis eksterna, THT, RSUP Sanglah
HUBUNGAN RINITIS AKUT DAN OTITIS MEDIA AKUT PADA ANAK USIA 0-12 TAHUN Made Agastia Wicaksana; Luh Made Ratnawati; Komang Andi Dwi Saputra
E-Jurnal Medika Udayana Vol 8 No 6 (2019): Vol 8 No 6 (2019): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.294 KB)

Abstract

Otitis Media Akut (OMA) adalah suatu infeksi yang diakibatkan karena disfungsi tuba Eustachius menyebabkan perkembangan bakteri pada telinga tengah. Rinitis akut adalah salah satu pencetus terjadinya OMA. OMA dengan rinitis akut juga merupakan salah satu infeksi tersering pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan rinitis akut dan otitis media akut pada anak usia 0-12 tahun. Penelitian bersifat analitik dengan menggunakan desain rancangan cross sectional yang dilaksanakan di poli THT RSUP Sanglah Denpasar. Data dalam penelitian diperoleh dari buku registrasi pasien poli THT RSUP Sanglah Denpasar dengan cara consecutive sampling. Data dianalisis dengan menggunakan software komputer SPSS 16. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 63 subjek penelitian, didapatkan sebanyak 11 (17,5%) subjek penelitian positif rinitis akut dan 52 (82,5%) subjek penelitian negatif rinitis akut. Didapatkan sebanyak 15 (23,8%) subjek penelitian positif otitis media akut dan 48 (76,2%) subjek penelitian negatif otitis media akut. Simpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara rinitis akut dan otitis media akut pada anak usia 0-12 tahun. Kata kunci: Rinitis Akut, Otitis Media Akut, Anak
GAMBARAN PENDERITA OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2014-2016 I Putu Arya Agung Pratama; I Made Sudipta; Komang Andi Dwi Saputra
E-Jurnal Medika Udayana Vol 8 No 4 (2019): Vol 8 No 4 (2019): Vol 8 No 4 (2019): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (121.567 KB)

Abstract

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah penyakit akibat terjadinya peradangan kronik di telinga tengah dan mastoid disertai adanya perforasi membran timpani yang persisten dan berulang. Di negara berkembang OMSK merupakan masalah infeksi telinga yang sering terjadi dan menyebabkan gangguan pendengaran, nyeri telinga (otalgia) serta keluarnya cairan pada telinga (otorea). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi penderita OMSK di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2014-2016 berdasarkan umur, jenis kelamin, sisi telinga yang terinfeksi dan tipe otorea. Penelitian ini dilaksanakan di Poli Klinik THT-KL RSUP Sanglah pada bulan Juni 2017- Desember 2017 menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien. Terdapat 382 pasien OMSK yang tercatat pada tahun 2014-2016. Angka kejadian terbanyak terjadi pada umur dewasa 26-45 tahun yaitu 165 pasien (43,2%). OMSK lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan angka kejadian 203 pasien (53,1%). Berdasarkan sisi telinga yang terinfeksi OMSK lebih banyak pada terjadi pada sisi unilateral yaitu 281 pasien (73,6%) dan berdasarkan tipe otorea lebih banyak dengan tipe aktif yaitu 261 pasien (68,3%). Kata kunci: OMSK, umur, jenis kelamin, sisi telinga yang terinfeksi, tipe otorea
PERBANDINGAN GEJALA KLINIS DAN HISTOPATOLOGIS PADA RHINOSINUSITIS KRONIS DENGAN POLIP NASAL EOSINOFILIK (ECRSWNP) DAN NON-EOSINOFILIK (NON-ECRSWNP) DI RSUP SANGLAH, DENPASAR PERIODE JANUARI 2017-SEPTEMBER 2018 Astari Rahayu Dewi; Sari Wulan Dwi Sutanegara; Komang Andi Dwi Saputra
E-Jurnal Medika Udayana Vol 8 No 7 (2019): Vol 8 No 7 (2019): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (247.505 KB)

Abstract

Rhinosinusitis kronis merupakan kondisi yang lazim ditemukan di masyarakat. Rhinosinusitis kronis dapat bermanifestasi dalam bentuk CRSwNP (Chronic Rhinosinusitis with Nasal Polyp). Pola inflamasi polip nasal pada CRS terdiri dari dua bentuk yakni inflamasi eosinofilik (ECRSwNP) dan inflamasi non-eosinofilik (non-ECRSwNP). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan gejala klinis dan histopatologis pada rhinosinusitis kronis dengan polip nasal eosinofilik (ECRSwNP) dan non-eosinofilik (non-ECRSwNP) di RSUP Sanglah, Denpasar periode Januari 2017-September 2018. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain penelitian cross-sectional retrospective (potong lintang retrospektif). Peneliti mendapatkan subjek penelitian sebanyak 24 orang. Data yang digunakan adalah data sekunder dari rekam medis pasien di bagian Rekam Medis RSUP Sanglah. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan gejala klinis, didapatkan bahwa keluhan berupa obstruksi nasi, sekret hidung dan rasa dahak di tenggorok lebih tinggi pada kelompok ECRSwNP dibandingkan dengan kelompok non-ECRSwNP. Untuk keluhan nyeri kepala dan wajah, kelompok non-ECRSwNP memiliki persentase yang lebih tinggi. Berdasarkan kondisi histopatologis, didapatkan bahwa sebaran eosinofil lebih padat dan dengan persentase lebih tinggi pada kelompok ECRSwNP dibandingkan dengan kelompok non-ECRSwNP. Sedangkan untuk infiltrasi neutrofil ditemukan lebih tinggi pada kelompok non-ECRSwNP. Kata Kunci: CRSwNP, eosinofilik, non-eosinofilik, perbandingan, gejala klinis, histopatologis
GAMBARAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PASIEN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DI POLIKLINIK THT-KL RSUP SANGLAH TAHUN 2013 Ni Luh Putu Diaswari Predani; Komang Andi Dwi Saputra
E-Jurnal Medika Udayana Vol 6 No 8 (2017): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.311 KB)

Abstract

Hearing loss is one of the most significant health problem which associated with many enduring difficulties. This study was conducted to determine hearing loss in CSOM patients, identify CSOM type and hearing loss description in CSOM patients. This study was carried out by using audiometric test from Audiology Division in ENT Policlinic Sanglah Hospital in 2013. The study material is audiometric test result by its sex characteristic, age, CSOM type, type of hearing loss and degree of hearing loss. Of 46 patients we found 62 ears of CSOM cases. The study result found 56.5% patients was female, 28.3% within age 31-40 years and benign type of CSOM 87.1%. The main results show: hearing description in CSOM patient are 16.1% with normal hearing and 83.9% with hearing loss; the most type of hearing loss is mild conductive hearing loss. Thus, it is concluded that hearing loss is often seen in CSOM patients. The result of this study could be applied to find more relation of hearing loss in CSOM patients. Keywords: chronic suppurative otitis media, hearing loss
KARAKTERISTIK PENDERITA YANG MENJALANI PEMERIKSAAN PENDENGARAN DI POLIKLINIK THT-KL RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2018 Kadek Kristian Dwi Cahya; Komang Andi Dwi Saputra; Agus Rudi Asthuta; Sari Wulan Dwi Sutanegara
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 8 (2021): Vol 10 No 08(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2021.V10.i8.P10

Abstract

Gangguan pendengaran ialah keadaan kurang mampu mendengarkan sebagian atau bisa juga keseluruhan pada salah satu atau kedua telinga. Kejadian gangguan pendengaran insidennya 40-45% pada lansia diatas 75 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita yang menjalani pemeriksaan pendengaran di Poliklinik THT-KL RSUP Sanglah Denpasar tahun 2018. Deskriptif merupakan jenis pada penelitian ini dengan rancangan studi potong-lintang. Total sampling merupakan teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dan terkumpul sebanyak 331 sampel terbanyak terjadi pada laki-laki sebanyak 208 orang (62,8%) kemudian paling sering pada golongan usia 0-5 tahun tercatat sebanyak 127 orang (38,4%), paling banyak melakukan tes pemeriksaan audiometri sebanyak 190 orang (57,4%) dengan diagnosis gangguan pendengaran yang lebih dominan tercatat sebanyak 118 orang (35,6%) dan hasil pemeriksaan paling sering adalah tuli sangat berat sebanyak 75 orang (22,7%) pada telinga kanan, sedangkan pada telinga kiri didominasi oleh hasil pemeriksaan normal sebanyak 88 orang (26,6%). Lebih dari 50% penderita gangguan pendengaran berjenis kelamin laki – laki dan dengan pemeriksaan audiometri sebanyak 57%. Untuk kelompok usia, diagnosis yang paling sering ditemukan serta hasil pemeriksaan berturut turut dengan kelompok usia 0-5 tahun tertinggi sebanyak 127 orang, diagnosis yang paling sering ditemukan pada telinga kanan adalah tuli derajat berat sedangkan pada telinga kiri ditemukan dominan dalam keadaan normal. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan spesifik sehingga menjadi pengembangan bagi penelitian analitik selanjutnya. Kata Kunci: Gangguan Pendengaran, usia, jenis kelamin, diagnosis, jenis pemeriksaan, hasil pemeriksaan audiometri, RSUP Sanglah Denpasar
COMPARISON OF CYTHOCROME P450 FAMILY 2 SUBFAMILY A POLYPEPTYDE 6 (CYP2A6) GENE POLYMORPHISM PROPORTION ON EARLY AND ADVANCED STAGE OF UNDIFFERENTIATED TYPE NASOPHARYNGEAL CARCINOMA IN BALINESE I Gde Ardika Nuaba; Komang Andi Dwi Saputra; I Ketut Suanda; I Gusti Ayu Trisna Dewi
INTERNATIONAL JOURNAL OF NASOPHARYNGEAL CARCINOMA Vol. 1 No. 03 (2019): International Journal of Nasopharyngeal Carcinoma
Publisher : TALENTA PUBLISHER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32734/ijnpc.v1i03.2066

Abstract

Introduction Nasopharyngeal carcinoma (NPC) is a malignancy derived from epithelial cells lining the nasopharynx. The etiology of nasopharyngeal carcinoma is multifactorial. One of the risk factors is CYP2A6 gene polymorphism which causes nitrosamines are not metabolized, leading to DNA change that could trigger cancer. Objectives The purpose of this study is to know the association of CYP2A6 gene polymorphism and clinical stage of undifferentiated type of NPC Material and Method This is a cross sectional analytic study. The sample in this study were 80 nasopharyngeal carcinoma patients whose treated in ENT-HN department of Sanglah General Hospital between 2017 - 2018. The collected data consist of subject’s characteristic and CYP2A6 gene polymorphisms identified by the PCR-RFLP technique. Results The probability of CYP2A6 gene polymorphism in the undifferentiated type of NPC in the Balinese tribe is 3.125 times greater in advanced stage than early stage. Based on multivariate analysis, there was a statistically significant association between CYP2A6 gene polymorphism and clinical stage of undifferentiated type NPC in Balinese with p value = 0,0048 (p < 0,05). Conclusion There is association between CYP2A6 gene polymorphism and clinical stage of undifferentiated type NPC in Balinese tribe.
Pengaruh cuci hidung dengan daun dewandaru (Eugenia uniflora L) terhadap infiltrasi sel inflamasi pada mukosa hidung tikus wistar yang menderita rinitis alergi Anggraini Anggraini; Sari Wulan Dwi Sutanegara; Komang Andi Dwi Saputra
Intisari Sains Medis Vol. 10 No. 3 (2019): (Available online: 1 December 2019)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.139 KB) | DOI: 10.15562/ism.v10i3.452

Abstract

Introduction: Pitanga Leaves (Eugenia uniflora L) was known to contain flavonoids such as quercetin – a substance that can prevent inflammation on an allergic reaction by preventing the degranulation of cell mast and prevent enzymes cyclooxygenase and lipoxygenase. The effects of quercetin in Suriname Cherry towards the allergic reaction can be identified by the decrease in inflammatory cell infiltration in the nasal mucosa.Methods: This study is a laboratory experiment using post-test only control group design. The study used 28 male Rattus norvegicus aged 8 – 12 weeks with body weights of 200 – 280 grams. The rats were divided into 4 groups: K Group (rats were induced with ovalbumin and were not treated), K1 Group (rats were induced with ovalbumin and were therapized an intranasal therapy using NaCl 3% in Day 21 – 31), P1 Group (rats were induced with ovalbumin and were given intranasal therapies with a 10mg/ml Pitanga Leaves extract in Day 21 – 31), and P2 Group (rats were induced with ovalbumin and were given internasal therapies with a 20mg/ml Pitanga Leaves extract. Afterwards, histopathology preparations were created, examined, and scored from inflammatory cell infiltration in the nasal mucosa.Results: Inflammatory cell infiltration was found on different significance between groups K, K1, P1, and P2 (p<0.05). On groups with 10mg/ml and 20mg/ml Pitanga Leaves extract therapy, there was a significant decrease in inflammatory cell infiltration compared to the control group (p<0.05). There was no significant difference between the K and K1 groups (p>0.05).Conclusion: Rats that were induced with allergic rhinitis and were given intranasal therapy using Pitanga Leaves extract had lower inflammatory cell infiltration compared to the rats that were not given therapy.Latar Belakang: Daun dewandaru (Eugenia uniflora L) telah diketahui memiliki kandungan flavonoid yang salah satunya merupakan kuersetin yang memiliki kemampuan untuk mencegah proses inflamasi pada reaksi alergi dengan cara mencegah degranulasi sel mast dan juga mencegah enzim siklooksigenase dan lipoksigenase. Pengaruh dari kuersetin pada daun dewandaru terhadap reaksi alergi ini dapat ditandai dengan penurunan infiltrasi sel inflamasi pada mukosa hidung.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan menggunakan post-test only control group design.  Penelitian ini menggunakan 28 ekor tikus jantan galur wistar berusia 8 – 12 minggu dengan berat badan 200-280 gram. Tikus dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu Kelompok K (tikus mendapatkan induksi ovalbumin dan tidak mendapatkan perlakuan), Kelompok K1 (tikus mendapatkan induksi ovalbumin dan terapi NaCl 3% secara intranasal pada hari ke 21-31), Kelompok P1 (tikus mendapatkan induksi ovalbumin dan terapi dengan ekstrak daun dewandaru 10mg/ml secara intranasal pada hari ke 21-31), dan Kelompok P2 (tikus mendapatkan induksi ovalbumin dan terapi dengan ekstrak daun dewandaru 20mg/ml secara intranasal pada hari ke 21-31). Kemudian dilakukan pembuatan dan pemeriksaan preparat histopatologi mukosa hidung dan dilakukan scoring pada infiltrasi sel inflamasi pada mukosa hidung.Hasil: Infiltrasi sel inflamasi ditemukan berbeda signifikan antar kelompok kontrol negatif, kontrol positif, perlakuan 1, dan perlakuan 2 (p<0.05). Pada kelompok terapi dengan daun dewandaru 10mg/ml dan 20mg/ml ditemukan infiltrasi sel inflamasi yang lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0.05). Pada kelompok kontrol negatif dan kontrol positif hasil ditemukan tidak berbeda signifikan (p>0.05).Simpulan: Pemberian terapi intranasal dengan ekstrak daun dewandaru pada tikus yang diinduksi rinitis alergi memiliki infiltrasi sel inflamasi yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang diinduksi rinitis alergi tanpa diberikan terapi.