Ni Ketut Ratna Erawati
Fakultas Ilmu Budaya, Unud Jln. Pulau Nias Mo. 13 Denpasar

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

INTERPRETASI SEGMEN BUNYI BAHASA JAWA KUNA: ANALISIS SPEECH ANALYZER DAN FITUR DISTINGTIF Erawati, Ni Ketut Ratna
Aksara Vol 29, No 2 (2017): Aksara, Edisi Desember 2017
Publisher : Balai Bahasa Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (547.472 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v29i2.79.225-238

Abstract

Bahasa Jawa Kuna merupakan salah satu dialek temporal yang pernah ada di Indonesia, khususnya di Jawa.. Bahasa tersebut diperkirakan berkembang dari abad IX hingga akhir abad XV. Secara tipologi fonologis, bahasa Jawa Kuna memiliki sistem tujuh vokal dasar. Dari i sudut tipologi morfologis, bahasa tersebut termasuk tipe aglutinasi dengan ciri utamanya, yaitu satu kata terdiri dari satu atau lebih morfem sebagai pembentuknya. Bahasa yang  aglutinatif memiliki kata dasar dan morfem terikat sebagai pembentuk kata menampakkan ciri analisis yang bersifat morfofonemik. Dengan demikian, dalam proses pembentukan kata sering terjadi proses perpaduan morfem yang berdampak pada perubahan fonem. Oleh karena itu, telaah  morfem-morfem dan variasi fonem yang cukup banyak cocokdianalisis berdasarkan fonologi generatif. Secara fonologis, perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dapat ditelusuri dengan tepat berdasarkan teori fitur distingtif dan metode mekanik speechanalyser. Cara tersebut digunakan untuk menelaah dan menginterpretasi pelafalan segmen bunyi dalam bahasa Jawa Kuna. Di samping itu, segmen bunyi yang telah terjadi dalam tuturan yang ada dalam teks bahasa Jawa Kuna dapat dijelaskan secara lebih tuntas. Berdasarkan hasil telaahan, segmen bunyi terutamavokal dalam bahasa Jawa Kuna, seperti: segmen /u/ yang diikuti dengan /i/ berubah menjadi /w/, segmen bunyi /a/ diikuti /i/ menjadi /e/, dan segmen /i/ diikuti /a/ menjadi /y/.  Perubahan-perubahan seperti itu tentu memiliki kelas dan fitur bunyi yang saling mempengaruhi. Hal seperti itu  perlu dikaji lebih detail karena secara kasat mata satu segmen tunggal sebenarnya merupakan dua buah fonemmerger yang mengalami proses fonologis.  
INTERPRETASI SEGMEN BUNYI BAHASA JAWA KUNA: ANALISIS SPEECH ANALYZER DAN FITUR DISTINGTIF Ni Ketut Ratna Erawati
Aksara Vol 29, No 2 (2017): Aksara, Edisi Desember 2017
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (547.472 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v29i2.79.225-238

Abstract

Bahasa Jawa Kuna merupakan salah satu dialek temporal yang pernah ada di Indonesia, khususnya di Jawa.. Bahasa tersebut diperkirakan berkembang dari abad IX hingga akhir abad XV. Secara tipologi fonologis, bahasa Jawa Kuna memiliki sistem tujuh vokal dasar. Dari i sudut tipologi morfologis, bahasa tersebut termasuk tipe aglutinasi dengan ciri utamanya, yaitu satu kata terdiri dari satu atau lebih morfem sebagai pembentuknya. Bahasa yang  aglutinatif memiliki kata dasar dan morfem terikat sebagai pembentuk kata menampakkan ciri analisis yang bersifat morfofonemik. Dengan demikian, dalam proses pembentukan kata sering terjadi proses perpaduan morfem yang berdampak pada perubahan fonem. Oleh karena itu, telaah  morfem-morfem dan variasi fonem yang cukup banyak cocokdianalisis berdasarkan fonologi generatif. Secara fonologis, perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dapat ditelusuri dengan tepat berdasarkan teori fitur distingtif dan metode mekanik speechanalyser. Cara tersebut digunakan untuk menelaah dan menginterpretasi pelafalan segmen bunyi dalam bahasa Jawa Kuna. Di samping itu, segmen bunyi yang telah terjadi dalam tuturan yang ada dalam teks bahasa Jawa Kuna dapat dijelaskan secara lebih tuntas. Berdasarkan hasil telaahan, segmen bunyi terutamavokal dalam bahasa Jawa Kuna, seperti: segmen /u/ yang diikuti dengan /i/ berubah menjadi /w/, segmen bunyi /a/ diikuti /i/ menjadi /e/, dan segmen /i/ diikuti /a/ menjadi /y/.  Perubahan-perubahan seperti itu tentu memiliki kelas dan fitur bunyi yang saling mempengaruhi. Hal seperti itu  perlu dikaji lebih detail karena secara kasat mata satu segmen tunggal sebenarnya merupakan dua buah fonemmerger yang mengalami proses fonologis.  
IDENTIFIKASI DAN KONSERVASI NASKAH LONTAR KOLEKSI GRIYA PEMEREGAN DENPASAR N.K. Ratna Erawati; I K N. Sulibra; I B G. Widana
Buletin Udayana Mengabdi Vol 9 No 2 (2010): Volume 9 No.2 – September 2010
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.044 KB)

Abstract

Cultural heritage recorded on palm leaves manuscripts in Bali, especially in Sub-District Pemeregan Griya Pemecutan Denpasar City is a priceless legacy. It is necessary for the preservation of manuscripts through conservation activities and identify both physical and contents. Based on the results of activities conducted in 98 manuscripts palmyra fruit. 98 pieces of text are identified as many as 92 fruits and fruit 6 are unidentified or damaged. The identified scripts can be classified into 38 types of fruit Vedas; religion as much as 4 pieces; tutur as many as 43 pieces; itihasa as many as 4 pieces; babad of 2 pieces; tantri one, and as many as 6 palmyra fruit are damaged. Identification was obtained after all the palmyra manuscripts were conserved and they can be clearly read.
PEMBINAAN DAN PELATIHAN PENULISAN PAPAN NAMA DWIAKSARA SESUAI PASANG AKSARA DI KECAMATAN BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG I.K.N. Sulibra; N.M. Suryati; N.K.R. Erawati; L.P. Puspawati; I.W. Suardiana
Buletin Udayana Mengabdi Vol 16 No 3 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.632 KB)

Abstract

Keberadaan bahasa (termasuk bahasa Bali dengan sistem anggah-ungguh / sor-singgihnya serta sistem aksaranya) memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting dalam kelestarian budaya Bali. Bahasa Bali dengan akasara Balinya seringkali dipandang sebelah mata dan bahkah terpinggirkan sehingga tidak mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Hal nyata terlihat adalah bahasa Bali kini tidak menjadi bidang studi yang mandiri tetapi dimasukkan ke dalam pendidikan keterampilan dan seni. Hal ini tentu membawa dampak yang besar bagi kelangsungan hidup bahasa dengan aksaranya. Dapat diperbandingkan di negara-negara yang maju seperti Jepang, Cina, Korea, aksaranya begitu ditinggikan seperti yang terpampang di toko-toko, tempat-tempat umum dan sebagainya tidak menggunakan huruf Latin. Demikian juga negeri tetangga seperti Vietnam, Thailan, Myanmar meniru Jepang dan Cina.Sebenarnya pemerintah Bali sebelum tahun 2000 cukup perhatian dengan keberadaan bahasa, aksara, dan sastra Balinya dengan membuat peraturan daerah yang mengatur tentang penggunaan aksara Bali di papan-papan nama, tempat suci, nama kantor, dan sebagainya. Dalam perda itu diatur tata cata penulisan aksara Bali dalam ranah tradisional dan modern, bilingual dan multilingual. Namun, dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Bisa dilihat dan diamati penggunaan aksara Bali di papan nama sedikit sekali bahkan nyaris tidak ada. Walaupun ada yang menggunakannya, namun sebagian besar lebih salah dalam menuliskannya. Hal ini tentu tidak baik bagi kelangsungan hidup aksara Bali.
MIDDLE DIATHESIS IN OLD JAVANESE LANGUAGE Ni Ketut Ratna Erawati; Ketut Artawa; I Wayan Pastika; Made Sri Satyawati
e-Journal of Linguistics Vol. 8. Juli 2014 No.2
Publisher : Doctoral Studies Program of Linguistics of Udayana University Postgraduate Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.521 KB)

Abstract

Abstract Old Javanese Langusage (OJL) is the language of the archipelago which developed rapidly in the IX-XV centuries. The language has so many alternation verbs in the predicate of the clause structure. Therefore, the problem of the present study is interesting to explore. The term refers to the opinion proposed by Shibatani(1998) and Artawa (2003).Diathesis associated with middle in OJL was found to have three types, namely, the middle diathesis morphological, middle lexical, and middle perifrastic.
Struktur Semantis Verba “melaksanakan” dalam Bahasa Jawa Kuno Eka Sura; Ni Ketut Ratna Erawati
Linguistika: Buletin Ilmiah Program Magister Linguistik Universitas Udayana Vol 27 No 1 (2020): Maret
Publisher : Program Magister Linguistik Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (801.37 KB) | DOI: 10.24843/ling.2020.v27.i01.p03

Abstract

This research article focuses in analyzing the semantic structure of the verb "doing" in literature work of old javanese languange.The data was collected from Old Javanese Languange literary works such as Adiparwa and lontar Bhuana kosa using the observation method and note-taking techniques. The data were analyzed using distribution method. Distribution method was used to analyze semantic structure by using Natural Semantic Metalanguange (NSM) theory developed by Goddard and Wierzbicka (2014). The results shows that “doing” verb in Old Javanese Languange consists of verbs magawe, makirtya, nangun, makardi, makerti, and mayasa. Each verb had distinctive features that differentiate one verb to the others.
ASIMILASI FONEMIS BAHASA JAWA KUNA SALAH SATU TIPE MORFOFONEMIK Ni Ketut Ratna Erawati
Linguistika: Buletin Ilmiah Program Magister Linguistik Universitas Udayana Vol 19 (2012): March 2012
Publisher : Program Magister Linguistik Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.58 KB)

Abstract

Bahasa Jawa Kuna merupakan bahasa dokumenter. Bahasa ini digolongkan sebagai bahasa aglutinasi. Bahasa yang kaya akan proses morfemis ini cenderung mengalami perubahan-perubahan yang bersifat fonemis. Namun perubahan setiap bahasa berbeda. Dengan demikian dalam tulisan ini dibahas asimilasi fonemis dengan penerapan teori fitur Distingtif. Untuk itu dalam tulisan ini,  ditemukan proses fonemis berupa penggabungan antara /a/ + /i/?    /e/ , /a/ + /u/ ? /o/,  proses fonemis antara /u/ + /a/?  /w/, /i/ + /a/  ? /y/, proses fonemis dalam proses morfofonemik dengan nasal berupa keselarasan fitur,  pelesapan, dan satu proses fonologis berupa bunyi luncuran antarvokal sehingga dalam BJK ditemukan  asimilasi fonemis resiprokal, asimilasi fonemis progresif, asimilasi fonemis regresif, dan satu penyisipan bunyi luncuran nasal /n/.
Eksistensi dan Dinamika Kosa Kata Bahasa Jawa Kuna pada Masyarakat Bali Masa Kini Ni Ketut Ratna Erawati
Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies) Vol 5 No 1 (2015): AIR DAN PERUBAHAN SOSIAL DI BALI
Publisher : Pusat Kajian Bali Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (417.253 KB)

Abstract

AbstractHistorically, Bali had experienced two processes, namely“Javanisation” on the one side and “Balinisation” on theother side. The melting process of them can implicate for thedevelopment of culture and Balinese language. Acculturationand language may not be inevitable. The phenomenon canbe proven through a number of Old Javanese linguisticdata used by Balinese people. Based on the data obtainedturned out to use the vocabulary Old Javanese still existby following system or Balinese rules. It can be seen in thewritten realm and verbal realm. In the written realm, the useof Old Javanese often found in literary works, inscriptions(chronicle), awig-awig (traditional law), the person’s name,the name of the area or place, and name of organization orsocial group. In the verbal realm, the Old Javanese usage canbe encountered in activities, such as performing arts, customsand religious ceremonies, mabebasan (textual singing),advice, Balinese language speech contest or in seminars. Theuses of Old Javanese vocabulary in the realm of languagegive the impression of authority, more archaic, and moreaesthetically pleasing.
TIPOLOGI KAUSATIF FORMAL BAHASA JAWA KUNA Ni Ketut Ratna Erawati
Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya Vol 42, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (10.648 KB)

Abstract

The old Javanese language (OJL) is a language with rich morphemes that form words. This implicates the syntactic process in the language. One example of a syntactic alternation is a causative. Causative is a valence-raising mechanism in the structure of a clause. This study aims to describe the formal causative in OJL. Causative in OJL is morphologically marked on the verb. Causative verbs can be formed from non-causative ones, such as adjectives and basic verbs. In OJL there are three types of causative: morphological, lexical and analytic causative. Morphological causative is formed by affixes like mang- / ng+-i , paha-+-in-, -um-+-akên (a), infix - um-, and -in- / -an, -in- ( in the passive voice). Lexical causative is the basic form which has a causative meaning. Analytic causative is formed by adding a verb form gawe, matangyan, and hetu. Intransitive verb clause is diathesis patientive. The transitive verb clause has two macro roles, namely actor and undergoer. When the two macro situations are merged into a single macro situation, the particles are connected by conjunctions: sawet, matangyan, apan, and karana
The Heritage Structure of Sanskrit Compound in Old Javanese Language: A Contrastive Linguistics Study Ni Ketut Ratna Erawati; I Made Wijana
Udayana Journal of Social Sciences and Humanities Vol 1 No 1 (2017): UJoSSH, Feburary 2017
Publisher : Research and Community Services Institutes of Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.951 KB) | DOI: 10.24843/UJoSSH.2017.v01.i01.p06

Abstract

Sanskrit and Old Javanese language are not cognate language. In a language comparative study, the language that has no geneologis relationship could be analyzed contrastively. In typological morphological, Sanskrit is classified into flective language, while the Old Javanese language is classified agglutinative languages. The aim of this writing is to describe and explain the grammatical process of Sanskrit compound word that orbed into Old Javanese. The data tabulation belonging to the compound words were analyzed explanative descriptively according to the nature of the data and the methods and techniques that relevant to the object of study. The methods and techniques used were framed into three stages, namely the data providing, data analysis, and presenting analysis. The theoretical basis of language comparison is similarity or semblance of form and meaning. Based on the analysis, the compound word in Old Javanese language largely derived from the Sanskrit in free base form or derivation form. The forms are borrowed intact and some are accompanied by grammatical processes in the Old Javanese. The similarity and resemblance of these forms are inherited as a loan. The Old Javanese compounding process has the structure: Sanskrit + Sanskrit, Sanskrit + Old Javanese, Old Javanese + Sanskrit. Grammatical processes that occurred are affixation appropriate rules of Old Javanese.