Ery Leksana
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro/ RSUP Dr. Kariadi Semarang

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Natrium Laktat Hipertonik dan Strong Ions Difference (SID) Pada Pasien Sectio Caesaria Tutus Nurastadila; Ery Leksana; Uripno Budiono
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 2, No 3 (2010): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jai.v2i3.6455

Abstract

Latar belakang: Tatalaksana cairan merupakan bagian penting penanganan pasien pada masa perioperatif. Volume plasma yang adekuat penting untuk mempertahankan curah jantung dan seterusnya perfusi jaringan. Pada wanita hamil terjadi penumpukan natrium dan kalium selama kehamilan, akan tetapi secara kesuluruhan konsentrasi elektrolit -elektrolit tersebut menurun karena terjadi retensi cairan yang menyebabkan hemodilusi. Selama ini, volume perdarahan yang terjadi diganti berdasarkan jumlah yang keluar tanpa memperhatikan keseimbangan asam-basa. Dengan memperhatikan keseimbangan asam-basa, akan sangat membantu dalam mengelola pasien paska operasi.Tujuan: Untuk membuktikan bahwa cairan sodium laktat hipertonik lebih baik dibanding cairan haes-steril 6% dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa Stewart dalam tindakan operasi sectio caesaria.Metode: Penelitian ini termasuk eksperimental berupa uji klinik tahap 2 bertujuan untuk mengetahui efektifitas pemberian cairan sodium laktat hipertonik dan infus haes-steril 6% terhadap strong ions difference (SID) yang berdasarkan metode Stewart. Sampel berjumlah 48 pasien dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok LH mendapat sodium laktat hipertonik 250 ml dan kelompok Haes mendapat Haes-steril 6% 500 ml, selama operasi sectio caesaria. Darah vena diambil sebelum operasi dan setelah operasi. Data -data yang dicatat untuk perhitungan statistik yang termasuk dalam tujuan penelitian ini adalah kadar elektrolit. Uji statistik menggunakan independent t-test dan paired t-test, dengan derajat kemaknaan a = 0,05.Hasil: SID pada kelompok sodium laktat hipertonik sebelum dan sesudah operasi sectio caesaria mengalami kenaikan yang bermakna p=0,000 (p <0,05). SID pada kelompok Haes sebelum dan sesudah operasi sectio caesaria mengalami penurunan yang bermakna p=0,000 (p < 0,05).Simpulan : Pemberian infus sodium laktat hipertonik dapat mempertahankan SID paska operasi dimana SID meningkat menuju nilai normal dibandingkan infus Haes-steril 6% yang mengalami penurunan nilai SID.
Pengelolaan Pasca Operasi dan Rawat Intensif pada Pasien Trauma Rindarto Rindarto; Jati Listiyanto Pujo; Ery Leksana
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 2, No 1 (2010): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jai.v2i1.6471

Abstract

Pengelolaan pasca operasi di ICU pada pasien trauma sangat menentukan hasil akhir pasien, karena dengan pengelolaan yang baik di ICU, tingkat survival pasien trauma menjadi lebih tinggi. Pengelolaan pasien trauma di ICU terutama difokuskan pada pengelolaan hipotermi, koagulopati, asidosis, sindrom kompartemen abdomen dan ARDS, hal ini karena faktor-faktor tersebut merupakan penyebab utama kematian pada jam-jam pertama pasca trauma.
Monitoring Kardiovaskuler pada Pediatric Intensive Care Aprilina Rusmaladewi; Ery Leksana; Widya Istanto Nurcahyo
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 2, No 3 (2010): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jai.v2i3.6461

Abstract

Anestesi memegang peranan penting terhadap perkembangan Pediatric Intensive care karena ilmu pengetahuan dan keterampilan anestesiologist dalam mengelola jalan nafas dan pernafasan, monitoring sirkulasi dan akses vaskular. Pediatric Anestesi juga menjadi leader pada pengelolaan pernafasan pada anak dan intensive care. Ilmu pengetahuan anestesi dan keterampilan pada keadaan akut dan emergensi di dalam ruang operasi dan keterampilan dalam memberikan bantuan hidup dasar menjadikan anestesi menjadi leader di banyak PICU.
Perbedaan Pengaruh Pemberian Etomidate Dan Penthotal Terhadap Agregasi Trombosit Noor Hadi; Hari Hendriarto Satoto; Ery Leksana
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 3, No 3 (2011): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jai.v3i3.6440

Abstract

Latar Belakang: Perdarahan perioperatif sering dijumpai dalam setiap operasi. Penggunaan obat anestesi induksi (etomidat dan pentotal) berpengaruh dalam menghambat agregasi trombosit.Tujuan: untuk mengetahui perbedaan pengaruh etomidat dan pentotal terhadap agregasi trombosit.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental pada 43 pasien yang mendapat anestesi umum. Subjek selanjutnya dibagi menjadi dua kelompok, dengan kelompok I mendapatkan etomidat dosis 0,3mg/kgBB intravena, sedang kelompok II (n=20) mendapatkan penthothal dosis 5mg/kgBB intravena. Sampel darah pasien pada kedua kelompok diambil 5 menit sebelum dan 5 menit sesudah induksi. Semua spesimen dibawa ke Laboratorium Patologi Klinik untuk dilakukan pemeriksaan Tes Agregasi Trombosit dengan ADP 10, 5, dan 2 µM sebagai induktor. Uji statistik menggunakan paired t-test dan independent t-test (dengan p< 0,05 dianggap signifikan).Hasil: ADP 10 µM merupakan induktor yang paling sensitif dalam mendeteksi hipoagregasi. Pada penggunaan ADP 10 µM sebagai induktor didapatkan perbedaan persentase agregasi maksimal trombosit yang bermakna antara sebelum dan sesudah pemberian etomidat maupun pentotal dengan nilai p masing-masing 0,000. Persentase agregasi trombosit pasca perlakuan pada kelompok I (66,0±8,9) berbeda bermakna dengan kelompok II (77,9±6,8), dengan nilai p 0,000. Selisih persentase agregasi trombosit sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok I (14,7±3,9) juga berbeda bermakna dengan kelompok II (3,6±3,2), dengan nilai p 0,000. Hipoagregasi ditemukan pada 14 dari 23 pasien pada kelompok I, dan 1 dari 20 pasien pada kelompok II.Kesimpulan: Etomidat 0,3mg/kgBB intravena dan pentotal 5mg/kgBB intravena menyebabkan penurunan agregasi trombosit yang bermakna, namun penurunan agregasi trombosit pada kelompok etomidat lebih rendah secara bermakna dibandingkan pentotal, selain itu lebih banyak pasien dari kelompok etomidat yang mengalami hipoagregasi.
Magnesium Sulfat Intravena, Derajat Nyeri dan Kebutuhan Opioid Pasca Operasi Husni Riadi Nasution; Ery Leksana; Doso Sutiyono
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 2, No 3 (2010): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jai.v2i3.6457

Abstract

Latar belakang: Lebih dari 70% pasien paska operasi mengalami nyeri, dan 80% dari pasien ini mengalami nyeri yang berat selama perawatan di rumah sakit. Magnesium yang bersifat sebagai antagonis NMDA secara teori dapat meblokade proses sensitisasi sentral. Pemberian magnesium preoperatif diharapkan dapat mengurangi derajat nyeri dan kebutuhan opioid paska operasi.Metode: merupakan jenis penelitian eksperimental randomized post test only controlled group design. Dua puluh enam pasien yang menjalani operasi elektif bedah onkologi dengan anestesi umum inhalasi di RS dr. Kariadi Semarang, memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dibagi dalam dua kelompok. Dicatat tanda vital pra bedah. Kelompok MgSO 4 (I) diberi MgSO4 50 mg/kgBB dalam NaCl 250 mL sebelum insisi, kelompok kontrol (II) diberi NaCl 0,9% 250 mL. Premedikasi dengan midazolam 0,07 mg/kgBB iv, metoclopramid 10 mg iv, sulfas atropin 0,01 mg/kgBB. Induksi dengan Tiopental 5 mg/kgBB, atrakurium 0,5 mg/kgBB, fentanil 2 mcg/kgBB, lalu dilakukan intubasi. Rumatan anestesi dengan N 2 O:O2 =50%:50%, enfluran 0,8% - 1,5%, atrakurium intermiten. Selesai operasi pasien diekstubasi, dilakukan observasi di ruang pemulihan. Bila skor nyeri atau nilai Visual Analog Scale (VAS) > 3 cm diberikan meperidin 0,5 mg/kgBB iv. Dicatat tanda vital paska bedah, setiap 4 jam selama 24 jam. Di bangsal diberi analgetik meperidin 0,5 mg/kgBB bila VAS > 3 cm. Dicatat jumlah total kebutuhan meperidin. Efek samping yang terjadi dicatat. Uji statistik untuk VAS digunakan T-Test, sedangkan kebutuhan opioid dengan Mann-Whitney.Hasil: Derajat nyeri dan kebutuhan antara kedua kelompok berbeda tidak bermakna (p>0,05).Kesimpulan: pemberian MgSO 4 tidak signifikan mempengaruhi derajat nyeri dan kebutuhan opioid paska operasi.
Perbedaan Pengaruh Pemberian HES 6 % Dalam Larutan Berimbang Dengan HES 6 % Dalam Larutan Nacl 0,9 % Terhadap Perubahan pH, Strong Ion Difference Dan Klorida Pada Pasien Bedah Sesar Dengan Anestesi Spinal Suriyadi A; Mohamad Sofyan Harahap; Ery Leksana
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 4, No 1 (2012): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jai.v4i1.6432

Abstract

Latar belakang penelitian : Pemberian koloid sebagai preload pada bedah sesar dengan anestesi spinal lebih efektif dibandingkan kristaloid. Kebijakan pemilihan koloid berdasarkan jenis pelarutnya mulai dikembangkan terkait dengan dampak terhadap keseimbangan asam-basa.Tujuan : Melihat perbedaan pengaruh pemberian preload HES 6% dalam larutan NaCl 0,9% dengan HES 6% dalam larutan berimbang terhadap perubahan pH, SID dan kadar klorida pada pasien bedah sesar dengan anestesi spinal.Metode : Merupakan uji klinik eksperimental tahap II yang dilakukan secara acak tersamar ganda, menggunakan consecutive sampling, dibagi dua kelompok (n=24), kelompok HES 6% dalam larutan berimbang dan HES 6% dalam larutan NaCl 0,9%. Uji statistik t-test atau Wilcoxon signed rank test digunakan untuk membandingkan nilai pHSID, dan kadar klorida pada masing-masing kelompok, sedangkan uji statistik antarkelompok digunakan independent t-test atau Mann-Whitney U-test.Hasil : Nilai pH, SID, dan kadar klorida sebelum dan sesudah operasi antara NaCl 0,9% terdapat perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05)Kesimpulan : Terdapat penurunan pH, penurunan SID dan peningkatan kadar klorida pada kelompok HES 6% dalam larutan NaCl 0,9% dibandingkan HES 6% kelompok HES 6 % dalam larutan berimbang dan HES 6% dalam larutan terdalam larutan berimbang secara tidak bermakna.