The research aims were to find out the causative agent vibriosis of Cromileptis altivelis having clinical symptom red mouth and its pathogenecity to Epinephelus fuscoguttatus. Seven isolats Vibrio were isolated from wound and kidney of C. Altivelis. The result of Koch postulate indicated that five vibrios as a causative agent of vibriosis, consisted of three vibrios (isolat JT 07, JT 10, JT 20) and two vibrios (isolat JT 4, JT 29) caused mortality of 100% and 40% on E. fuscogutatus respectively. Three isolat vibrios ( JT 7, JT 10, JT 20 ) with higher pathogenicity were continued to futher investigation. Mean time to death of V. fuscus (JT 07), V. alginolyticus and V. anguillarum, to E. fuscogutatus on concentration of 108 CFU/mL were 83,33% (11,25 hours); 79,16%(15,63 hours); dan 50% (20,5 hours) respectively; whereas on concentration of 109 CFU/mL were 95,83% (10,8 hours); 87,5%(15,28 hours); dan 62,5% (19,6 hours) respectively. Lethal Concentration Median (LC50) of V. Fuscus, V. alginolyticus, V. anguillarum were 3,2X107 CFU/mL; 4,8 X 108 CFU/mL; dan 2,24X108 CFU/mL. All isolates on concentration of 106 dan 107 CFU/mL did not cause 50% tested fish mortality Key words : Causative agent, Vibriosis, E. Fuscogutatus, V. parahaemolyticus, Pathogenicity Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji causative agent vibriosis pada ikan Kerapu Bebek (Cromileptis altivelis) dengan gejala klinis mulut merah serta patogenisitasnya terhadap ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus). Tujuh isolat Vibrio berhasil diisolasi dari bagian luka dan ginjal Kerapu Bebek Mulut Merah. Hasil uji postulat koch memperlihatkan lima isolat dimana isolat JT 07, JT 10, JT 20 dapat mengakibatkan kematian 100%, sedangkan isolat JT 04 dan JT 29 menyebabkan kematian 40%. Pada tiga isolat (Vibrio JT 07, JT 10 dan JT 20) yang memperlihatkan patogenitas yang lebih tinggi dilakukan uji lanjutan. Hasil karakterisasi melalui uji morfologi dan biokimia diperoleh bahwa isolat JT 07 memiliki kemiripan 96,15 % dengan Vibrio fuscus; JT 10 memiliki kemiripan 100% dengan Vibrio anguillarum dan JT 20 memiliki kemiripan 100% dengan Vibrio alginolyticus. Patogenisitas ketiga isolat vibrio tersebut secara berurutan adalah V. fuscus, V. alginolyticus, V. anguillarum, dimana diperoleh bahwa persentase kematian dan rerata waktu kematian (Mean Time to Death, MTD) pada penyuntikan intraperitoneal V. fuscus (JT 07), V. alginolyticus (JT 20) dan V. anguillarum (JT 10) dengan konsentrasi 108 CFU/mL adalah berturut-turut 83,33% (11,25 jam); 79,16% (15,63 jam); dan 50% (20,5 jam); sedangkan untuk konsentrasi 109 CFU/mL secara berurutan adalah 95,83% (10,8 jam); 87,5% (15,28 jam); dan 62,5% (19,6 jam). Lethal Concentration Median (LC50) V. fuscus, V. alginolyticus, V. anguillarum secara berurutan adalah sebesar 3,2X107 CFU/mL; 4,8 X 108 CFU/mL; dan 2,24X108 CFU/mL. Sedang pada konsentrasi 106 dan 107 CFU/mL semua isolat tidak menimbulkan kematian pada ikan uji. Hasil ini menunjukkan bahwa tiga causative agent tersebut bersifat patogen pada ikan kerapu. Kata kunci: Causative agent, Vibriosis, E. fuscogutatus V. parahaemolyticus, Patogenisitas